"Aku berangkat sekolah dulu ya mas! " Pamit Cerry seraya mengulurkan tangannya, di depan suaminya.
"Hm, " Darrel menyahut sambil mengunyah sarapannya. Ia menoleh dan masih mendapati tangan Cerry mengudara tak jauh darinya.
Kemudian Darrel memberikan tangannya namun gadis itu malah mencebikan bibirnya, dengan wajah berubah kesal.
"Massss.. " Serunya membuat Darrel menoleh mendengar rengekan gadis itu "aku minta uang jajan bukan mau salaman ih! "
"Oh bilang dong, kirain mau salim. " Darrel berdiri sambil merogoh saku celananya.
"Mas aja yang gak peka, " gerutunya sambil melipat kedua tangan di depan dada, menunggu suaminya memberi uang jajan padanya.
"Nih, cukup kan? " Ia meletakan selembar uang kertas bergambar seorang pahlawan dan di bagian sisi lainnya seorang penari adat.
Mata Cerry membulat, ia mengangkat uang itu tinggi seperti sedang menerawangnya.
"Massss.. " Ia menghentakan kakinya kesal.
Darrel yang sudah duduk kembali menoleh, menatap dengan kerutan di keningnya.
"Aku tuh anak SMA bukan anak PAUD, masa cuma lima ribu sih? Ini cuma buat naik angkot satu kali doang juga abis. " Cerry meletakan uang itu di meja tepat di hadapan Darrel.
"Ya kalau gitu gak usah naik angkot, supir kan ada yang bisa ngaterin kamu, " jawabnya santai, seolah olah itu bukanlah suatu hal yang besar. Ia meletakan cangkir kopi di atas meja.
"Tau ah, aku gak mau sekolah. Masa aku harus nahan lapar sampai sore coba, kalau tau gini aku nolak aja buat nikah sama kamu. " Cerry menghempaskan bokongnya di kursi.
"Loh emang kenapa? " Darrel memutar badannya melihat wajah istri kecilnya yang tengah kesal padanya.
"Mas Darrel, " ia mencondongkan wajahnya lebih dekat "pelit!! Weeekkk.. "
"Ennak aja! " Giliran Darrel yang melotot, ia kembali berdiri dan mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya.
Para pelayan dan Sandi asisten Darrel, yang berjajar tidak jauh dari meja makan saling melirik dengan bibir yang terlihat menahan tawa menyaksikan kelakuan lucu sepasang pengantin baru itu.
"Nih kartu kredit kamu, " Ia meletakan sebuah kartu berwarna gold berlambang D "itu unlimited, jadi jangan takut habis. "
Cerry mengambil kartu itu dari hadapannya, ia meneliti dengan seksama kartu itu "sandinya? " ia kembali menengadah menatap suaminya.
"Tuh Sandi, gede banget masa gak kelihatan? " Darrel menunjuk asistenya. Mata Sandi membulat tapi ketika matanya bertemu dengan Darrel buru buru ia merubah kembali ekspresi terkejutnya menjadi datar, hei kenapa namanya di bawa bawa?
Cerry melihat arah telunjuk Darrel, ia mengerutkan keningnya tidak faham dengan maksud suaminya itu dan detik berikutnya..
"Kode, kode, kode, massss.. " Ucap Cerry dengan nada geram, ia gemas sendiri pada laki laki dewasa yang kelakuannya masih saja seperti anak kecil ini.
"Oh kode, makanya bicara yang jelas dong. Kodenya tanggal lahir kamu! San mana barang yang aku pesan? " ia melihat asistenya mendekati meja makan dan meletakan sebuah paper bag di hadapan Cerry.
"Apa ini? " Cerry membuka paper bag di hadapannya dan seketika dirinya kembali di buat terkejut melihat sebuah kotak ponsel yang bergambar apel di gigit di dalam sana "mas ini buat aku? " ia mengambil ponsel pintar tersebut.
"Bukan, itu buat kucing. Ya buat kamu lah! Kamu suka? " Sebelah sudut bibir Darrel tertarik melihat binar kebahagian di wajah istrinya itu.
Mungkin memang dirinya baru pertama kali memiliki barang barang seperti itu. Darrel menggeleng pelan jika ingat asal usul gadis yang hidupnya tak seberuntung dirinya itu. Ada rasa kasihan jika ingat nasib malang istrinya.
"Suka mas, " Cerry mengangguk angguk dengan bibir yang tak berhenti untuk mengembangkan senyum "terimakasih!! "
"Syukur lah kalau kamu suka. " Ia kembali menghabiskan sisa sandwich di piringnya "ya udah sana berangkat, nomor aku udah ada di sana jangan lupa hubungi aku jika kamu kesulitan. "
"Siap komandan! " Cerry berdiri dengan cepat dan sebelah tangan terangkat menempel di keningnya seperti saat hormat bendera. Darrel menggeleng dengan senyum tipis di bibirnya.
Cup
"Dah mass.. " Cerry berlari meninggalkan meja makan. Setelah mendaratkan sebuah ciuman di pipi Darrel, laki laki itu mematung seketika ia tidak menyangka jika gadis itu akan menciumnya.
"Pak Joko ayooo.. " Teriaknya pada supir yang akan mengantarnya, suaranya menggema di setiap sudut rumah, membuat Darrel yang masih diam mematung tersadar seketika.
Darrel meraba pipinya perlahan wajahnya terasa panas, apa mungkin kini ia sedang merona akibat ciuman istrinya tadi.
Para pelayan terdengar berbisik, ia mengedarkan pandangannya dan kembali mengubah mimik wajahnya serius.
"Lihat apa kalian? Sana kembali bekerja!! "
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Fermina Maygawati
la g jadi dpt uang cashhhh
la masak di kantin bisa bayar pake CC 😂😂😂😂
keren bgt tuh sekulah 🤩🤩🤩🤩
2021-05-30
1
rista_su
jangan galak" bos.. awas didoain bucin ama pelayan"mu 🤣
2021-05-16
0
Ririe Handay
cieee...blushing....😆
2021-04-12
4