05

"Aku antar? " Darrel membukankan pintu mobilnya untuk gadis kecil yang sudah menjadi istrinya itu.

"Gak usah mas, aku naik angkot aja. " Tolak Cerry dengan halus, ia tidak mau merepotkan laki laki itu. Karena ia tau jika suaminya itu juga harus ke kantor.

"Gak usah bandel, apa kata orang jika tau istri seorang Darrel berangkat sekolah naik angkot. "

"Cih, lebay banget sih. Mana ada yang tau aku istrinya mas. Kan kita nikahnya diam diam! " Cerry memutar bola matanya jengah.

"Ck. Buruan masuk deh gak usah ngajak debat pagi pagi!! " Jawab Darrel tegas tanpa menerim bantahan.

Gadis itu mendengus namun tetap menurut. Ia masuk ke dalam mobil sport mewah milik Darrel. Tidak berapa lama mobil itu melaju membelah kepadatan jalanan pagi. Dimana semua orang tengah siap melakukan aktifitasnya.

"Kenapa mesti pake sepatu jelek kayak gitu sih? " Darrel melirik sekilas sepatu buluk yang di pakai Cerry.

"Kenapa emang? " gadis itu balik bertanya.

"Ya gak papa, cuma gak takut copot tuh sepatu pas di pake jalan? Kemarin aku mau beliin seragam sama sepatu, kamu gak mau, aku kira seragam kamu masih pada bagus makanya aku biarin, tau gini aku beliin aja. " Entah ia bertanya atau menggerutu artinya sama saja bagi Cerry, ia tak mempedulikan perkataan laki laki di sampingnya ini.

"Mas kamu tidak usah nganterin aku sampai ke gerbang sekolah, " Cerry menghentikan laju mobil Darrel yang sedikit lagi sampai di gerbang sekolah.

"Kenapa? malu di anterin suami ke sekolah? " Darrel melirik Cerry dengan bibir tersenyum tipis.

"Bukan malu? Tapi nanti__ ah ribet. "

"Kamu punya pacar? " Dengan cepat Cerry menggeleng "berarti gak ada yang perlu kamu khawatirin dong? " Darrel tak memperdulikan lagi wajah kesal Cerry.

Mobil yang ia tumpangi akhirnya sampai di depan sekolah Cerry, sekolahnya memang bukan sekolah elite namun sekolah itu cukup bagus dan terkenal. Karena gadis itu bisa di bersekolah di sana berkat usahanya mendapatkan beasiswa.

"Awas copot tuh sepatu! " Darrel memberikan tangannya dan gadis itu menyambutnya untuk segera mencium tangan suaminya itu. Bibir Cerry mencebik kesal mendengar ejekan Darrel.

Cerry berlalu dari hadapan Darrel namun laki laki itu tak segera meninggalkan tempatnya. Ia masih betah di sana melihat setiap langkah istri kecilnya dari dalam mobil. Dimana gadis itu sepertinya risih menjadi pusat perhatian karena tidak seperti biasanya ia datang dengan di antar mobil mewah.

Baru juga beberapa langkah, kaki Cerry terhenti. Ia menunduk melihat sepatu bagian depannya yang tiba tiba terbuka seperti minta makan. Gadis itu cemberut, ia berjongkok membenarkan sepatunya. Namun memang seperti kata Darrel tadi sepatu itu memang sudah tak layak pakai.

Pandangan matanya menangkap kaki seseorang di hadapannya, ia menyipitkan matanya karena kaki itu tidak menggunakan celana abu abu namun celana hitam pekat lengkap dengan sepatu pantofel. Perlahan ia mendongak dan benar saja dugaannya, Darrel sudah berdiri di sana dengan gagah, menatapnya datar.

Laki laki itu berlutut, ia melepaskan kedua sepatu itu dari kaki gadis kecilnya. Selanjutnya!!

"Kyaaaaa.. " Pekik Cerry, karena dengan tiba tiba Darrel menggendong Cerry ala bridal style "mas ngapain? Turunin aku mas? " tanya Cerry dengan wajah yang sudah merona. Ia panik karena Darrel tak mendengarkan permintaannya.

Darrel tak menghiraukan ucapan Cerry, ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam bangunan sekolah.

"Tunjukan di mana kelas kamu!! " Perintahnya dengan tatapan lurus ke depan. Dengan ragu ragu Cerry menunjukan jalan menuju kelasnya.

Setelahnya, ia menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya itu. Aroma maskulin sangat menyengat menusuk hidungnya, membuat dirinya nyaman berada dalam gendongan laki laki tersebut. Sementara laki laki yang kini tengah menggendong Cerry, tak memperdulikan tatapan sekitar nya. Ia hanya berfikir bagaimana ia membawa gadis itu ke kelasnya dengan selamat.

Semua murid yang mereka lewati tak ada yang bertanya, mereka hanya berbisik dengan tatapan berbinar, apalagi para kaum hawa yang hanya bisa membayangkan seandainya dirinya yang mendapat perlakuan manis itu. Apalagi laki laki itu sangat tampan bak artis korea yang selalu membuat para gadis berteriak histeris. Tak sedikit pula yang diam diam mengabadikan momen itu dengan kamera handphone masing masing.

Sesampainya di kelas. Darrel menurunkan Cerry di depan sebuah meja yang ia duga adalah tempat gadis itu biasa duduk. Setelah gadis itu turun dari gendongannya, ia berbalik pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Cerry meringis saat mendapat tatapan penuh pertanyaan dari semua teman sekelasnya. Perlahan ia berjalan dengan kaki telanjang dan duduk di kursinya.

"Cerry, itu siapa? "

"Pacar kamu ya? "

"So sweet banget sih? "

"Ya ampunn ganteng nya, "

Cerry hanya bisa menelungkupkan wajahnya di antara lipatan kedua tangannya diatas meja. Karena ia tidak dapat menjawab berbagai pertanyaan dari teman temannya itu.

Tidak berapa lama seorang guru pun masuk dan secara langsung menyelamatkan dirinya dari berbagai pertanyaan itu.

Namun belum juga Cerry bernafas lega, tiba tiba seseorang mengetuk pintu yang sengaja di biarkan terbuka. Semua mata tertuju pada pintu termasuk guru yang sedang menulis di papan tulis.

"Cari siapa? " tanya bu Wati guru tersebut.

"Saya hanya mengantar ini, " laki laki itu menunjukan sneakers warna putih di tangannya.

Tanpa menunggu jawaban dan ijin dari bu Wati. Darrel melangkah masuk menuju tempat duduk Cerry. Ia berlutut di depan gadis itu, perlahan ia mengangkat sebelah kaki dan mengusapnya dengan lembut, wajah Cerry kembali di buat merona walau ia masih terkejut akan kehadiran laki laki itu di hadapannya. Darrel memakaikan satu persatu sepatu di kaki gadisnya dengan telaten.

Setelah selesai memakaikan sepatu itu. Darrel berdiri, bibirnya tersenyum tipis kemudian dia mengusap puncak kepala Cerry. Ia kembali melangkah meninggalkan kelas itu.

"Maaf mengganggu waktu mengajar anda, permisi!! " Darrel mengangguk sopan pada Bu Wati kemudian ia benar benar berlalu dari ruangan itu.

Cerry menghembuskan napas panjang, seakan tadi ia tidak bisa bernapas saat laki laki itu memakaikan sepatu padanya. Ia melihat sekeliling dan tatapan itu kembali ia dapatkan dari teman teman sekelasnya. Bahkan kali ini tatapan penuh tanya itu ia dapat juga dari bu Wati.

"Cerry! " Bu Wati menatap Cerry dengan penuh pertanyaan.

"Eum itu_ itu, anu_ anu.. " Cerry menggaruk belakang telinga dengan telunjuknya.

"Cerry! " Geram bu Wati.

"Saudara bu, ah iya saudaranya bunda? " Ia menunduk melihat kedua tangan yang saling meremas.

"Yakin? " Sekali lagi bu Wati bertanya seolah masih ragu dengan jawab Cerry.

"Ya-yakin bu. " Cerry mengangguk dengan cepat.

"Baiklah, sekarang kita lanjutkan pelajaran. "

Cerry mengelus dada bersamaan dengan nafas berhembus dengan berat.

.

.

.

Terpopuler

Comments

erni aurelia

erni aurelia

ini ceritanya saling berhubungan ya sama judul yg lain

2022-01-06

0

nichic

nichic

so sweet Darrell, tipe irit bicara LBH byk bertindak

2021-07-21

1

mami Fauzan

mami Fauzan

mau donk digendong SM babang deril

2021-05-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!