Di kantin yang cukup ramai penduduk, kehadiran Angkasa dan dua karyawannya yang mengintil di belakang membuat seluruh karyawan di kantin langsung batuk berjamaah. Bagaimana mungkin seorang CEO perusahaan makan di kantin? Bahkan dari mereka banyak yang mengucek mata mengira salah lihat. Mereka saling bergumul dengan temannya "Itu Pak Angkasa?"
"Serius? Wah gawat dia mau makan disini!"
"Kita harus pergi sebelum dia membuka topengnya."
"Bisa bisa seluruh orang disini terkena kutukan."
"Aku masih belum mau mati."
"Ayo lah pergi."
Beberapa karyawan pun ada yang berniat pergi dari tempat itu. Disela mereka yang berebut akan pergi dari tempat itu, Riana malah masuk ke dalam kantin. Ia tertawa mengikik seperti halnya hantu berambut panjang.
"Hihihi aku akan menjadi orang pertama yang melihat wajah pak presdir saat makan." Ucap Riana tersenyum menyeringai. Untuk menghindari kutukan ia memerlukan sesuatu untuk melindungi wajahnya. Ia comot helm dari motor yang terparkir didepan kantin. Ia pakai helm itu. Situasi aman terkendali sekarang, ia bebas menonton wajah direktur galak itu seraya mengikik.
Angkasa mengatakan sesuatu pada penjaga kantin. "Nasi dan lauk pauknya dibungkus ya."
Penjaga kantin menjawab "Nggak makan disini aja Pak? Kertas nasinya--"
"Diam dan kerjakan, paham?"
"Iya pak, diem."
Dua pria yang sudah mengambil makanannya pun diam diam kabur meninggalkan Angkasa.
Riana yang sudah siap siap akan menonton wajah Angkasa tiba tiba dicolek dari belakang. "Duh." Riana mengabaikan orang yang mencolek pinggangnya, ia terlihat seru melihat angkasa didepan penjaga kantin. Dua tiga kali ia dicolek kembali, Riana pun kesal dan langsung menoleh ke belakangnya. Saat melihat ke belakangnya ia tak mendapati seorang pun. Ia langsung merinding. "Mbak, disini!" Ucap pria yang ternyata ada dibawahnya, posturnya sangat pendek dan kecil mirip seperti Ucok baba. "Ah maaf, maaf." Ucap Riana, pria itu menggeleng "Helm saya tuh!"
"Helm? Eh Iya ini." Ucap Riana seraya memberikan helmnya pada pria itu.
Tiba tiba ia terkejut saat melihat Angkasa berjalan keluar dari kantin seraya membawa bungkusan nasi dan lauk pauknya. Riana sangat menyayangkan hal itu. "Yah kok dibawa makanannya, kirain mau makan disini. Hufft gagal deh aing ngeliat wajah pak direktur."
"Kamu kenapa cemberut gitu?" Tanya Mitha yang tiba tiba datang
"Aku kira dia bakal makan di kantin." Keluh Riana
"Siapa?" Tanya Mitha
"Ce-E-O."
"Maksud Lo si Angkasa pura? Orang serba misterius kayak dia mana mau makan disini."
"Iya ya, dia pasti bakalan menghindari keramaian."
"Tuh tau. Apalagi dia direktur di perusahaan ini, tau sendiri selera orang kaya gimana."
"Tapi jujur loh, aku penasaran sama wajahnya."
"Maksud Lo mengenai rumornya yang punya tompel gede di mukanya."
"Pengen ketawa tapi takut dosa." Ucap Riana berseloroh
"Apa kayak Kakashi di anime Naruto? yang Kakashi bibirnya dower itu."
"Ah kamu ngomong anime lagi, nggak ngerti aku. Dasar kaum wibu."
"Haha."
"Iya loh Ri, dia kenapa ya menyembunyikan wajahnya. Masa sih untuk menghindari kutukan?"
"Dia punya kurap apa ya?"
"Lo kenal si Sari nggak?"
"Sari...wangi?"
"Lo kira teh celup!"
"Sekretaris Angkasa yang beberapa bulan lalu keluar akibat terkena kutukan karena melihat secuil wajah Angkasa tanpa topeng."
"Nggak, aku nggak tahu."
"Itu baru secuil loh, seupil! Dia katanya langsung mencret mencret sesudah melihat secuil wajah Angkasa."
"Masa sih sampe segitunya?"
"Iya udah gitu, ada rumor kalo ngeliat matanya selama lebih dari lima detik bakal kena sial."
"Ih serem."
"Makanya udahlah Lo nggak usah coba nyari tahu wajah Angkasa kayak gimana. Bisa celaka lo."
"Iya ya. Iya deh, aku nggak bakal mencoba nyari tahu lagi."
"Anak pintar."
Angkasa baru saja menyelesaikan makan di dalam ruangannya. Ia merasa cukup kenyang saat itu, ia minum beberapa teguk air dan membuang bungkus nasinya kedalam tong sampah. Ia menutup wajahnya dengan topeng kembali. Ketika ia sedang terduduk didepan laptopnya dan bersiap memulai pekerjaan seseorang masuk.
Pria berusia empat puluh delapan tahun, berpakaian rapih dengan jas dan celana hitam berjalan mendekati mejanya. Ia berjalan tegas dengan memasang ekspresi wajah sedikit kesal, Angkasa terkejut melihat ayahnya itu tiba tiba muncul. "Apa apaan kamu Angkasa, baru satu bulan kamu sudah memecat seratus karyawan. Hal konyol macam apa yang kamu lakukan huh?" Tanya Sanjaya.
"Sebelum memecat orang, saya sudah mempertimbangkan layak tidaknya dia berada disini."
"Masalahnya adalah kamu memecat orang yang penting penting dan sangat memerlukan pekerjaan." Ucap Sanjaya.
"Jika mereka sangat memerlukan pekerjaan, tentu mereka akan memberikan kinerja yang baik bagi perusahaan."
"Angkasa, kamu tidak tahu mencari pekerjaan diluar sana susah. Hidup semakin sulit, kamu yang lahir dari keluarga berada sejak kecil pasti tidak tahu tentang masalah ini. Kamu hidup dengan sendok emas di mulut."
"Ah sudahlah pah."
"Kamu tuh, papa nggak ngajarin kamu untuk bersikap sombong dan semena mena. Kamu harus menjadi orang yang prihatin terhadap sesama."
"Iya pah, iya." Ucap Angkasa coba menurut, padahal ia tidak memperdulikannya.
Sanjaya mengeluarkan sebuah dokumen dari tangannya dan menyodorkannya pada Angkasa. "Apa ini?" Tanya Angkasa.
"Daftar pengeluaran perusahaan. Kamu cari tahu kenapa pengeluaran kita banyak sekali di bagian kebersihan."
Angkasa melirik sebentar ke dokumen itu lalu berkata. "Sampai 1M?" Tanya Angkasa mengernyit.
"Sepertinya ada yang korupsi di bagian ini, benar benar tidak bisa dibiarkan. Ayah harap kamu bisa membongkar ini semua secepatnya. Atau kita akan menderita kerugian yang banyak."
Seseorang mengetuk pintu dan mempermisikan diri mengambil tempat sampah lalu pergi. Ternyata dia adalah seorang Cleaning service.
"Apakah kita harus menyewa orang untuk menyamar dan membongkar korupsi itu?" Tanya Angkasa.
"Tidak, kamu saja." Ucap Sanjaya
"Eh? Maksud papah?" Tanya Angkasa
"Kamu yang akan menyamar menjadi orang itu."
"What, aku?!"
###
Ada anak baru yang bekerja sebagai cleaning service. Riana mendengar gosip itu dari Mitha. "Tapi aneh deh, dia masa nggak lepas lepas maskernya. Lagi kerja pakai masker terus, apa nggak sumpek itu idung." Ucap mitha, Riana seru mendengar gosipannya. "Dia lagi flu kali." Ujar Riana. "Maybe dan dia ganteng banget loh Ri." Ucap Mitha. "Kamu ini, nggak bisa liat yang jidat bening dikit nih." Balas Riana. "Emang bener, penglihatan gue mah nggak pernah salah. Lu liat aja banyak cewek yang bantu dan ajarin dia saat kesusahan. Dia populer dalam waktu sehari tau nggak." Ujar Mitha lagi. Riana hanya mengekeh mendengarnya. "Namanya juga keren Ri."
"Apa namanya?" Tanya Riana.
"Awan!"
"Hmm bagus ya."
"Iya bener banget, kamu selaksa awan yang menggantung diatas sedangkan aku adalah langitmu!"
"Pret"
"Haha."
Beberapa jam kemudian Riana melihat seorang anak PKL meminta bantuan Awan. Ternyata mereka sedang mengotak atik mesin foto kopi besar yang sedang paperjam. Awan terlihat kesusahan hingga sampai keringatnya bercucuran saat mengotak atik mesinnya.
Anak PKL itu meminta bantuan Riana. "Kak tolong bantuin kakak ini membenarkan mesin fotokopinya kak." Mohon anak PKL itu, Riana pun membantu Awan. "Misi dulu deh." Ucap Riana menyuruh Awan keluar. Riana mulai memasukkan tangannya kedalam mesin. Awan langsung memegang tangannya
"Jangan, nanti kesetrum!" Ucap Awan, Riana menatapnya dan tersenyum. "Nggak apa apa kok, kan hati hati." Ucap Riana. Awan perlahan melepas tangan Riana.
"Usahain tangan kamu nggak nyentuh dua besi ini karena nanti akan nyetrum." Ucap Riana, Awan menyimak.
"Nih lihat, tarik kertasnya perlahan dan dia akan keluar." Jelas Riana seraya menarik kertas yang menggulung itu. Awan mengangguk angguk paham. Riana mulai menutup pintu mesinnya dan menekan bermacam tombol. Ia bertanya pada Anak PKL "Mana yang mau difoto kopi?"
"Ini kak." Ucap Anak PKL itu.
Riana memasukkan dokumen yang mau difoto kopi. Ia menekan beberapa tombolnya lalu foto kopi. Awan melihat betapa cepatnya gadis itu memfoto kopi tanpa kendala.
"Makasih ya kak." Ucap Anak PKL lalu bergegas pergi.
Awan dan Riana segera keluar dari ruangan sempit itu. "Cleaning service disini emang sering dimintai bantuan anak PKL dalam menangani mesin foto kopi. Jadi kita mesti terbiasa hehe."
"O-oh gitu." Ucap Awan.
"Kamu anak baru itu kan? Kalo ada kendala minta bantuan aja sama cleaning service yang lain, nggak apa apa kok. Awalnya juga aku malu tapi akhirnya aku sadar orang orang sini terlalu baik."
Baik?
"Iya." Jawab Awan, Riana pun bergegas pergi meninggalkan lelaki itu sendirian.
Jika saja gadis itu tahu siapa dirinya, ia pasti akan sangat terkejut. Ini gila, dia harus menjadi seorang Cleaning service untuk membongkar korupsi di perusahaannya. Dan kenapa harus menjadi Cleaning service? Ini tidak lain bagian dari rencana konyol ayahnya yang ingin anaknya itu lebih menghargai orang lain. Ia benar benar paham sedang berada di situasi seperti apa.
Ditambah ia harus melakukan banyak pekerjaan memalukan yang mengikis harga dirinya sebagai CEO perusahaan. Ini menjengkelkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
pinnacullata pinna
lucu thor
btw aku mampir dan memberikan like dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah
2021-02-08
2
ARSY ALFAZZA
like like 😇
2021-02-06
2
Ulat_bulu
kayaknya bakalan ngocok perut nih...ketawa loh yaaa...bukan sembelit...😃😃😃😃
2021-02-05
1