04

"Hellen." panggil Bibi May saat sudah membuka matanya.

"Bibi May." Hellen menjawab dengan mata yang masih terpejam. "Bibi sudah bangun?" tanya Hellen yang kini sudah membuka mata menatap mata sayu Bibi May.

Setelah selesai mengurusi biaya adminiatrasi , Hellen bergegas menuju ruang inap Bibi May dan duduk dikursi samping ranjang, namun Ia ketiduran disana, bangun saat Bibi May memanggilnya.

"Bibi May mau minum?" tanya Hellen yang mendapatkan gelengan dari Bibi May.

"Bibi dimana ini?? kepala Bibi pusing, kenapa tempat ini rasanya asing" tanya Bibi May masih mengumpulkan kesadaran dan masih binggung dimana Ia tidur sekarang.

"Bibi pingsan dan Hellen bawa Bibi kerumah sakit, kenapa Bibi nggak bilang kalau sakit, seharusnya Bibi istirahat kalau merasakan sakit" jawab Hellen yang merasa aneh jika Bibi May berbaring lemas gini padahal biasanya Bibi May selalu mengomel padanya.

"Bibi sudah merasa baikan, apa tak seharusnya Bibi pulang saja?" tanya Bibi may yang mendapatkan gelengan dari Hellen.

"Tidak Bibi... dokter bilang Bibi harus dirawat beberapa hari." jawab Hellen.

"Tapi bagaimana dengan biaya nya Hellen?" tanya Bibi May terlihat sedih.

"Tak perlu memikirkan biaya, Hellen masih punya tabungan" jawab Hellen tak percaya Bibi nya itu masih memikirkan biaya padahal sedang sakit .

"Tapi nanti kamu.."

"Sudahlah Bibi, lebih baik Bibi istirahat lagi, Hellen akan mencari makan malam untuk kita, Bibi mau makan apa?" tawar Hellen.

"Tidak... Bibi tidak lapar." jawab Bibi May.

"Ayolah Bi... jangan seperti ini meminta lah seperti biasa, jika Bibi seperti ini seperti bukan Bibi saja.." gerutu Hellen membuat Bibi May tersenyum geli.

"Bibi hanya ingin susu hangat dan roti tawar." pinta Bibi May.

"Baiklah biar Hellen belikan dulu, Bibi istirahat saja jangan memikirkan apapun, apalagi kabur dari tempat ini." kata Hellen kemudian keluar dari ruangan Bibi May.

"Bocah itu.." gumam Bibi May sambil tersenyum.

Tak berapa lama Hellen kembali membawakan susu hangat dan sebungkus roti tawar.

"Bibi belum tidur ?" Tanya Hellen saat memasuki ruangan dan melihat Bibi May sedang melihat acara televisi, untung saja Hellen memilih kelas 2 jadi Bibi May bisa merasa nyaman disini, jika saja Hellen memilih kelas 3 pasti sangat kasian sekali dengan Bibi May, pasti akan membosankan karena tidak ada fasilitas televisi.

"Aku tidak mengantuk Hellen." kata Bibi May mencoba bangun dan dibantu oleh Hellen.

Hellen menyiapkan tempat makan dan minum didepan Bibi may agar lebih mudah untuk dinikmati.

"Pulang lah istirahat, kamu pasti lelah." perintah Bibi May.

"Aku akan tidur disini menemanimu Bi, lagi pula besok aku libur kerja." kata Hellen santai.

"Tapi kamu belum pulang dan mengganti bajumu kan ??" tanya Bibi May.

"Hmm , ya sudah aku akan pulang dulu untuk mengambil baju dan setelah itu kemari lagi" kata Hellen.

"Tidurlah dirumah." kata Bibi May.

"Tidak aku akan tidur disini, aku akan kembali Bibi May jika merasakan sakit atau butuh sesuatu pencet saja tombol ini agar ada suster datang membantu mu" tukas Hellen nampak mendekatkan sebuah tombol berwarna hijau.

"Baiklah." jawab Bibi May.

Hellen bergegas keluar ruangan untuk pulang dan mengambil beberapa pakaian untuknya dan untuk Bibi May.

"Hellen.." panggil Bibi May sebelum Hellen keluar kamar.

"Ada apa Bi.. apa ada yang sakit ??" tanya Hellen khawatir dan hendak berbalik.

"Terima kasih." Kata Bibi May yang disenyumi lalu diangguki oleh Hellen kemudian Hellen keluar dari ruangan itu.

Bibi May menghela nafas saat Hellen tak lagi terlihat, meskipun ia sering memarahi keponakanya itu tapi ia sangat menyanyangi Hellen sejak dulu, bahkan ia rela bekerja apapun untuk membesarkan dan menyekolahkan Hellen , namun beruntung karena Hellen termasuk anak cerdas yang selalu mendapat beasiswa jadi semenjak sekolah menengah hingga kuliah Hellen selalu medapatkan beasiswa.

Dan kini saat dirinya sakit Hellen tak mengabaikann nya , justru ia melihat kasih sayang yang tulus terpancar dari mata Hellen.

Jika biasanya Hellen selalu acuh dengan nya dan tak pernah mendegarkan omelannya kali ini tidak, Hellen terlihat begitu menyayangginya.

Sejujurnya ia tak ingin membebani Hellen namun mau bagaimana lagi, ia sudah menahan sakit beberapa hari yang lalu hingga membuat dirinya pingsan karena tak tahan dengan rasa sakitnya.

Bocah itu pasti mengeluarkan banyak biaya untuk kamar inap ini , dan mengapa pula harus memberikan kamar inap yang mewah seperti ini, kamar yang biasa saja sudah membuat May bersyukur malah diberikan kamar mewah ini, May merasa kasian dengan Hellen harus memikirkam kebutuhan hidup dirinya dan Hellen dan sekarang masih harus menguras tabunganya untuk ini.

Sungguh May harus bersikap baik dan berhenti mengomel dengan Hellen mulai besok.

..

Hellen berjalan menuju parkiran motornya dan melihat Dokter Diego yang berjalan kearahnya, ahh bukan kearahnya mungkin memang Dokter Diego harus lewat jalan ini.

"Kau mau kemana Hellen ??" tanya Dokter Diego berhenti didepan Hellen membuat Hellen sedikit Gugup.

"Aku ingin mengambil beberapa baju dirumah untuk ku dan Bibi." jawab Hellen salah tingkah.

"Mau kuantar?" tanya Dokter Diego.

"Tak.. tak perlu Dokteer.." jawab Hellen kali ini benar benar gugup.

"Haha tak perlu sungkan." kekeh Dokter Diego nampak mengelus rambut Hellen kemudian berjalan meninggalkan Hellen.

"Apa itu tadi ???? dia bahkan menyentuh rambutku.." batin Hellen Antara Gugup dan senang ia tak bisa merasakan .

..

Hellen selesai mandi, dan melihat dirinya dicermin.

"Apa aku masih sama ?" tanya Hellen sambil melihat dirinya dicermin.

"Apa aku harus mengubah rambutku?" gumam Hellen lagi.

"Sepertinya cocok jika rambutku pendek" kata Hellen lagi lalu tak lama ia memukul kepalanya sendiri.

"Bodoh !!! untuk apa aku bercermin, Bibi May sedang menunggumu " kata Hellen kesal dengan dirinya sendiri.

Segera Hellen membawa dua tas dan segera menacap gas menuju rumah sakit dengan montor kesayangan nya.

Sedangkan itu dikamarnya Kevin nampak menatap langit langit kamarnya sambil sesekali mengecek ponselnya.

"Tumben sekali gadis bodoh itu tidak mengacaukan malamku." batin Kevin kembali mengecek ponselnya.

Biasanya jika ia sedang bersama dengan wanita bayaranya gadis bodoh itu pasti menganggunya , mengingatkan tentang jadwal besok pagi padahal dirinya sendiri yang terlambat.

Sungguh memang mengesalkan namun Kevin akui kinerja Hellen sungguh memuaskan, pernah sekali Hellen ijin karena sakit dan nyatanya penganti hellen bukanya menyelesaikan pekerjaan malah membuat pekerjaan Hellen berantakan.

Maka dari itu Kevin berusaha tetap sabar meskipun Hellen sering membuatnya kesal namun ia juga menyadari jika ia tak bisa hidup tanpa Hellen.

"Kakakkkkkkk." panggil gadis muda yang membuyarkan lamunan Kevin.

"Ya ampun bisa nggak sih nggak usah teriak teriak." kata Kevin kesal pada Nia adik satu satunya .

"Habis Kakak ngalamun sih ditanya dari tadi nggak jawab jawab.." kata Nia cemberut.

"Iya iya maaf." ucap Kevin terkekeh.

"Kakak kapan pulang?" tanya Nia.

"Tadi.. gimana sama kerjaan kamu??" tanya Kevin pada adiknya itu.

"Baik kok... Kakak kapan mau nikah??" tanya Nia yang membuat mood Kevin sebal.

Nikah lagi Nikah lagi... inilah alasan yang membuat kevin betah di apartemennya dan tak pernah pulang selalu ditanyakan kapan Nikah.

Bersambung...

Jangan lupa like vote dan komen yaa..

Terpopuler

Comments

Firman Firman

Firman Firman

gak salah babang Kevin gak bisa hidup tanpa gadis culun 😄🤭

2024-04-12

3

shadowone

shadowone

ga bisa hidup? waahhh

2024-04-04

0

Dhevandra Alfariano_03

Dhevandra Alfariano_03

kata keramat bagi jomblo dan perjaka matang "kapan nikah"

2024-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!