Story Of Naura

Story Of Naura

01

Naura dan Erika adiknya, terlihat sedang sibuk mendekor ruang keluarga rumah mereka. Karena apa? karena hari ini adalah hari jadi Pernikahan orang tua mereka yang ke 20 Tahun.

Naura hanyalah anak angkat di keluarga Budiman, namun kedua orang tua angkatnya sangat menyayangi Naura, tanpa membeda-bedakan kasih sayang mereka dengan Erika, anak kandung mereka.

Ayah dan Ibunya, adalah sosok orang tua yang sempurna bagi Naura.

Naura merasa sangat bahagia dan bersyukur, bisa hidup bersama keluarga yang penuh keharmonisan serta saling mencintai.

"Akhirnya selesai juga!" Ucap Erika, menghela nafas kasar, sembari meregangkan otot-otot tubuhnya.

Masih ada waktu satu jam sebelum orang tua mereka pulang. Naura dan Erika memutuskan untuk membersihkan tubuh yang penuh dengan bau keringat terlebih dahulu, sebelum menyambut kepulangan Ayah dan Ibu mereka nanti.

Beberapa menit kemudian.

Tok tok tok....

Suara ketukan pintu terdengar dari luar rumah.

Naura dan Erika bergegas keluar untuk memberikan kejutan kepada orang tua mereka.

"Barengan ya dek!" ucap Naura pelan. Yang dijawab anggukan kepala oleh Erika, adiknya.

"Satu... dua... tiga..."

"SURPRISE....."

Ucap Naura dan Erika kencang, secara bersamaan.

Niat memberikan kejutan, tapi malah mereka berdua yang terkejut serta merasa malu, pada sosok yang berdiri di depan pintu rumah mereka saat ini.

"Assalamualaikum," ucap seorang Pria paruh baya terdengar ramah.

"Waalaikumsalam, cari siapa ya Pak?" ucap Naura ramah, bertanya.

"Benar ini kediaman Bapak Budiman dan Ibu Yuliana?" tanya Pria tersebut.

"Iya, benar Pak. Ada apa ya?" tanya Naura dengan perasaan yang mulai gelisah. Ntah mengapa perasaan Naura menjadi tidak enak, saat Pria paruh baya tersebut menyebutkan nama orang tuanya.

"Maksud kedatangan saya kemari, untuk memberitahukan bahwa bapak Budiman beserta Istrinya, mengalami kecelakaan dan sekarang sudah dilarikan ke Rumah Sakit Pelita Jaya!"

Terkejut, sedih, takut, dan tak tahu apalagi yang Naura dan Erika rasakan setelah mendengar ucapan pria tersebut.

Erika yang berada di samping Naura, spontan menangis tersedu-sedu memeluk lengan Naura.

"Kak, Bagaimana Ayah dan Ibu, Kak?" Ucap Erika bertanya, disela tangisannya. Naura merasakan kesedihan, serta kecemasan yang sama seperti yang dirasakan adiknya. Namun Naura berusaha untuk tetap tenang dihadapan Adiknya.

******

Kedua kakak beradik itu, berlari menyusuri lorong Rumah Sakit, mencari ruangan Ayah dan Ibu mereka berada.

Langkah Naura tertahan saat tiba didepan sebuah ruangan, yang merupakan ruang perawatan Ibu dan Ayahnya.

Ya Allah.... ku mohon jangan. Kalimat Itu terus terucap dihati Naura, ia berusaha membuang semua pikiran-pikiran buruk yang terlintas di benaknya.

Pintu perlahan di buka oleh Erika, ia terus melangkah menghampiri kedua orang tuanya. Namun berbeda dengan Naura yang jatuh terduduk lemas di lantai, saat melihat Ibunya meraung menangis, di depan Ranjang Pasien, yang seluruh tubuhnya sudah tertutupi kain.

Naura terdiam. Matanya memancarkan kesedihan yang teramat mendalam, tapi tidak sedikitpun mengeluarkan air mata. Naura merasa sangat sedih, langit tempatnya bernaung seakan runtuh seketika. Hatinya tersayat-sayat, rasanya begitu sakit, sakit... sekali.

Lain Naura lain juga dengan Erika yang langsung memeluk ayahnya, dengan tangis yang juga pecah. Ibu dan anak itu meraung menangisi Jenazah Ayahnya yang sudah terbujur kaku.

Yuli, yang baru menyadari bahwa salah satu Putrinya masih terdiam duduk lemas didepan pintu, berusaha bangkit dan perlahan menghampiri putrinya Naura.

"Bu.....?"

Ucap Naura kehilangan tenaganya, memandang Ibunya seolah bertanya dan berharap jika semua ini tidak nyata.

"Kak... Ayah sudah pergi nak! Ikhlaskan lah agar Ayahmu bisa beristirahat dengan tenang,"

Ucap ibu Naura sedih, masih dengan air mata yang mengalir diwajahnya.

Mendengar ucapan Ibunya, air mata yang sedari tadi berusaha ditahan oleh Naura, lolos dengan begitu derasnya mengalir bak anak sungai.

"Ayah.......!" pekik Naura, berlari memeluk Jenazah Ayahnya.

Naura yang kebetulan sangat dekat dengan ayahnya, merasa begitu sangat kehilangan. Naura merasa hilang sudah tempatnya bersandar, hilang sudah sosok pria yang selalu menjaga dan melindunginya, Hilang sudah sosok Pria yang selalu memberikan Begitu besar cinta dan kasih sayangnya pada Keluarga.

"Ayah..... apa ayah akan bahagia setelah meninggalkan kami? Apa ayah bisa tanpa kami? Kami harus bagaimana yah? Kami tidak bisa tanpa Ayah. Jangan tinggalkan Kami Yah.." ucap Naura, mengusap wajah pucat ayahnya.

"Kak, ikhlaskan Ayah. Biarkan Ayah tenang disisi Allah," Sahut Ibu dan Erika memeluk Naura.

"Ayah, apa ayah ingat yang ayah katakan tadi pagi sebelum pergi? Ayah bilang ayah akan pulang lebih cepat untuk melihat senyum kedua Putri Ayah. Apa ini yang Ayah bilang akan pulang cepat? Ayah pulang dengan sangat cepat kesisi Allah meninggalkan kami disini," Sambung Naura lagi berbicara pada Jasad Ayahnya.

"Kak, Ikhlaskan Ayah jika kamu ingin Ayah bahagia dan pergi dengan tenang kak!" ucap Yuli dengan suara seraknya.

"Bu... Ayah, Bu.... Ayah meninggalkan kita."

"Kak, Kamu tahu betapa Ayah selalu membanggakan kamu. Ayah selalu mengatakan, jika putrinya Naura adalah Anak dan kakak yang baik untuk kami. Putri yang sangat bisa diandalkan. Sekaranglah saat nya kamu membenarkan semua ucapan Ayah, kak. Jangan buat dia kecewa dengan penilaiannya selama ini padamu," ucap Ibu, semakin menambah kesedihan Naura.

"Jika Ayah bahagia disana, kami ikhlas melepaskan Ayah. Kami akan Ikhlas Yah.Terima kasih karena telah menjadi Ayah terbaik buat kami. Ayah jangan khawatir, aku janji akan menjaga Ibu dan Erika. Meski sangat berat, tapi aku ikhlas jika ini memang sudah waktunya Ayah pergi. Ayah yang tenang disana ya... Kami disini akan selalu mendoakan Ayah. Kami disini akan hidup dengan baik.

Ayah, aku berharap. Di kehidupan selanjutnya, kita akan dipertemukan lagi dengan ikatan yang sama. Aku ingin selalu dan selalu di setiap Kehidupan menjadi anak Ayah. Aku sangat menyayangi Ayah...... selamat jalan Ayah," Ucap Naura disela Isak tangisnya, kembali menutup wajah ayahnya.

Semua yang menyaksikan hal tersebut, meneteskan air matanya, melihat kesedihan yang dirasakan oleh Keluarga Naura. Terutama saat melihat dan mendengar tangisan Naura yang terasa sangat memilukan hati yang mendengarnya.

.

.

.

Haii semua, Ini karya pertama aku. Maaf jika masih banyak kesalahan dalam penulisannya. Maaf juga jika alurnya tidak semenarik cerita cerita lain, yang sudah kalian baca.

Terima kasih buat yang sudah mampir baca Cerita aku yang jauh dari kata bagus ini. Untuk yang sudah baca tinggalkan jejaknya ya.

Terimakasih dan mohon dukungannya🙏🤭

Terpopuler

Comments

Raufaya Raisa Putri

Raufaya Raisa Putri

br awal udah bnyk bawang bombai

2024-07-28

0

aryda

aryda

karyamu yg pertama dan terbaik

2023-02-19

0

Sakinah aulia

Sakinah aulia

mengandung bawang😭😭

2023-02-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!