Menunggu

Siang yang terik menemani Aaliya mengayuh sepedanya, sampai di tempat tujuan dia terkesima. Bangunan yang sudah satu bulan ini tak ia kunjungi sudah berbeda. Bangunan itu nampak sudah tinggi, semua lantai sudah rapi, dan mungkin tinggal pengerjaan akhir saja.

Gadis itu hendak bertanya pada seseorang namun suasana nampak lengang, tak terdapat banyak pekerja lalu lalang seperti biasanya.

"Maaf, aku mencari seseorang di sini. Apa kau mengenal Abian?" Tanya Aaliya pada seorang pria yang membawa kaleng cat berukuran besar.

"Ya, aku mengenalnya," jawab pria itu.

"Bisa tolong panggilkan? Aku tunggu di sini."

"Dia baru saja pergi."

"Pergi kemana?" Tanya Aaliya.

"Aku tak tahu, pekerjaannya di sini sudah selesai."

'itu artinya dia pindah ke proyek yang baru,' gumam Aaliya dalam hati.

"Apa kau tahu kemana mereka pergi?"

"Aku tidak tahu, itu bukan urusanku," jawab pria itu ketus, "Kau sudah selesai? Aku mau bekerja lagi."

"Sudah, maaf mengganggu waktumu."

Pria itu melengos pergi, sementara Aaliya bingung dan tak tahu harus mencari kemana.

Dia merasa bersalah kini, ini semua salahnya. Sejak malam itu Aaliya tak menemuinya lagi, dan sekarang Abian pergi tanpa berpamitan padanya. Mungkinkah dia marah? Mungkinkah Abian kecewa pada dirinya? Aaliya benar-benar menyesal sekarang.

"Kau ingin tahu dimana Abian?" Seru seseorang dengan suara lantang.

Aaliya mencari-cari sumber suara, ternyata seorang pria yang ada di lantai tiga sedang memperhatikan dirinya. Tak berapa lama pria itu turun untuk menemui Aaliya.

"Kamu tahu kemana Abian pergi?"

"Dia pergi dua jam yang lalu, proyeknya yang baru ada di Perai, hanya itu yang aku tahu, nona," jawab pria itu dengan senyum ramah.

"Perai? Dimana tepatnya?" Tanya Aaliya nampak bingung.

"Maaf nona, aku tidak tahu lebih jauh lagi."

'Perai itu sangat luas, bagaimana aku bisa menemukannya?,' gumam Aaliya dalam hati.

Perai merupakan kota yang berada di seberang kota Penang, jaraknya cukup jauh. Untuk bisa mencapainya, diperlukan waktu 15 menit menyeberang dengan kapal feri. Atau dengan kendaraan pribadi melewati jembatan yang terbentang di atas selat pemisah antara Pulau Penang dan Perai.

Aaliya hampir putus asa, sebelum akhirnya pria itu bersuara.

"Jika kau ingin bertemu, pergi dan kejarlah dia. Kepergiannya belum lama, mungkin sekarang dia masih ada di Butterworth."

Aaliya nampak berpikir sejenak, benarkah ia akan mengejar pria itu?

"Kesempatan tidak datang dua kali, nona."

Pria itu seperti mengetahui apa yang dipikirkan Aaliya. 

"Pergi atau lupakan," lanjut pria itu dengan senyum penuh makna.

Aaliya tersadar, jika ia tidak pergi mengejarnya maka ia harus melupakan pria itu, selamanya. Tidak, itu tidak bisa ia lakukan.

"Baiklah, aku akan mengejarnya. Terima kasih banyak, tuan," ucap Aaliya yang berlalu pergi dengan semangat menggebu-gebu.

Pria itu hanya mengangguk dan tersenyum, ia ingat percakapannya dengan Abian beberapa saat yang lalu.

***

Sesaat Sebelum Pergi

"Abian, akhir-akhir ini aku memperhatikanmu, kau nampak sedang memikirkan sesuatu," ucap Leon.

Abian tersenyum kecut, "Aku sedang memikirkan seseorang."

"Hmm, apakah dia seorang gadis?"

Abian tersenyum, "ya."

"Apakah gadis itu tau kau sedang memikirkannya?" Tanya Leon lagi.

"Aku rasa tidak, sudah satu bulan lamanya dia tidak menemuiku."

"Apa yang terjadi pada pertemuan kalian terakhir kali?"

"Kami hanya berbincang, Leon," Abian tak pernah memberitahu tentang masa lalunya pada siapapun, selain pada Aaliya.

"Dan kau tidak berusaha menemuinya selama satu bulan ini?"

Abian menggeleng pelan, "Aku rasa dia sudah tak mau bertemu lagi denganku."

"Ckckck, bagaimana bisa kamu menyimpulkan sendiri tanpa memastikannya lebih dulu, Abian," Leon menghela nafas, "Proyek yang baru masih satu minggu lagi akan dimulai, lebih baik kau pastikan dulu perasaanmu pada gadis itu."

"Tapi aku harus pergi sekarang, rombongan akan segera berangkat," kilah Abian.

"Ayolah kawan, kau bukan anak kecil, kau bisa menyusulnya nanti."

Abian bimbang, namun akhirnya dia tetap pergi. Sementara Leon masih tinggal karena harus menyelesaikan pengerjaan akhir selama dua minggu lagi.

"Leon, aku pergi dulu. Apakah aku boleh minta tolong padamu?"

"Tentu saja, kawan."

"Aku akan menunggu gadis itu hingga sore nanti di Butterworth, jika dia tidak datang maka aku akan melanjutkan perjalanan."

"Baiklah, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku pastikan gadis itu akan mengejarmu kesana," ucap Leon

"Terima kasih."

Abian seperti memiliki firasat jika Aaliya hari ini akan menemuinya, namun dia tak bisa menunggunya di sana seperti orang bodoh, sementara kawan-kawannya yang lain sudah angkat kaki dari bangunan itu.

Dia putuskan menunggu di Butterworth, sebuah terminal sekaligus pelabuhan. Di sana tempat berhenti bus-bus dari segala penjuru kota Penang, dan juga pelabuhan bagi orang yang akan menyeberang ke kota Perai.

Tak bertemu dengannya dalam waktu yang cukup lama membuat beban di hatinya, ada rasa hampa tersendiri yang bergelayut manja. Abian akan menunggu, sekedar menunggu kehadiran gadis manis itu, tanpa berharap lebih.

***

 

Terpopuler

Comments

Arta Manihuruk

Arta Manihuruk

seru,,tapi yg baca kok hanya sedikit yah..novel baru kah

2021-01-10

0

Mutty Al Soebandi

Mutty Al Soebandi

tak ad hp kah?

2021-01-05

0

Desi Arisumanti

Desi Arisumanti

semoga belum allya belum terlambat

2020-12-01

1

lihat semua
Episodes
1 Rutinitas
2 Masa Lalu (1)
3 Masa Lalu (2)
4 Masa Lalu (3)
5 Sarapan Pagi
6 Bersepeda
7 Gelisah
8 Berteman
9 Lotre
10 Rentenir
11 Makan Siang
12 Bercerita
13 Undangan
14 Berbagi
15 Cerita Kelam (1)
16 Cerita Kelam (2)
17 Cerita Kelam (3)
18 Cerita Kelam (4)
19 Keraguan
20 Menunggu
21 Mengejarnya
22 Kembali
23 Menginap
24 Menahannya
25 Rapuh
26 Bimbang
27 Memasak
28 Keputusan
29 Penjelasan
30 Ide
31 Harga diri
32 Pinjaman
33 Belanja
34 Pertanyaan
35 Hari Pertama
36 Hari Kedua
37 Hari Ketiga
38 Imitasi
39 Pria Bersahaja
40 Merindu
41 Jujur
42 Kepastian
43 Ikrar
44 Gazebo
45 Pernikahan
46 Milikku
47 Cambuk
48 Menunda
49 Pewaris
50 Kepergian
51 Melemah
52 Kue Brownies
53 Pemeriksaan
54 Buku
55 Mendekap
56 Badai
57 Berhenti Berharap
58 Tertutup
59 Benteng
60 Sang Putra
61 Alkatiri.corp
62 Utusan
63 Merekam
64 Pemerasan
65 Berpura-pura
66 Sakit
67 Berisik
68 Keputusan Sepihak
69 Apel Merah
70 Tas Sekolah
71 Bersenang-senang
72 Mengintimidasi
73 Memaksa
74 Abbas Altamirano
75 Sang Tamu
76 Dua Ayah
77 Meninggalkan
78 Melepas Rindu
79 Ayah
80 Tersembunyi
81 Mencari
82 Getir
83 Mengikuti
84 Seperti Dirinya
85 Kecurigaan
86 Rekayasa
87 Bagaimana Jika?
88 Memancing
89 Majalah
90 Mendamba
91 Misi
92 Godaan
93 Mawar Merah
94 Lelah
95 Drama
96 Mencubit
97 Hanya Satu
98 Peraduan
99 Pertanyaan
100 Misteri
101 Kekaguman
102 Kopi Espresso
103 Bersama Alan (I)
104 Bersama Alan (II)
105 Bersama Alan (III)
106 Perpisahan
107 I Love You, Now and Forever
108 Bermain Bola
109 Membersamaiku
110 Menjahilinya
111 Sebuah Foto
112 Kejadian Kelam
113 Andai Saja
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Rutinitas
2
Masa Lalu (1)
3
Masa Lalu (2)
4
Masa Lalu (3)
5
Sarapan Pagi
6
Bersepeda
7
Gelisah
8
Berteman
9
Lotre
10
Rentenir
11
Makan Siang
12
Bercerita
13
Undangan
14
Berbagi
15
Cerita Kelam (1)
16
Cerita Kelam (2)
17
Cerita Kelam (3)
18
Cerita Kelam (4)
19
Keraguan
20
Menunggu
21
Mengejarnya
22
Kembali
23
Menginap
24
Menahannya
25
Rapuh
26
Bimbang
27
Memasak
28
Keputusan
29
Penjelasan
30
Ide
31
Harga diri
32
Pinjaman
33
Belanja
34
Pertanyaan
35
Hari Pertama
36
Hari Kedua
37
Hari Ketiga
38
Imitasi
39
Pria Bersahaja
40
Merindu
41
Jujur
42
Kepastian
43
Ikrar
44
Gazebo
45
Pernikahan
46
Milikku
47
Cambuk
48
Menunda
49
Pewaris
50
Kepergian
51
Melemah
52
Kue Brownies
53
Pemeriksaan
54
Buku
55
Mendekap
56
Badai
57
Berhenti Berharap
58
Tertutup
59
Benteng
60
Sang Putra
61
Alkatiri.corp
62
Utusan
63
Merekam
64
Pemerasan
65
Berpura-pura
66
Sakit
67
Berisik
68
Keputusan Sepihak
69
Apel Merah
70
Tas Sekolah
71
Bersenang-senang
72
Mengintimidasi
73
Memaksa
74
Abbas Altamirano
75
Sang Tamu
76
Dua Ayah
77
Meninggalkan
78
Melepas Rindu
79
Ayah
80
Tersembunyi
81
Mencari
82
Getir
83
Mengikuti
84
Seperti Dirinya
85
Kecurigaan
86
Rekayasa
87
Bagaimana Jika?
88
Memancing
89
Majalah
90
Mendamba
91
Misi
92
Godaan
93
Mawar Merah
94
Lelah
95
Drama
96
Mencubit
97
Hanya Satu
98
Peraduan
99
Pertanyaan
100
Misteri
101
Kekaguman
102
Kopi Espresso
103
Bersama Alan (I)
104
Bersama Alan (II)
105
Bersama Alan (III)
106
Perpisahan
107
I Love You, Now and Forever
108
Bermain Bola
109
Membersamaiku
110
Menjahilinya
111
Sebuah Foto
112
Kejadian Kelam
113
Andai Saja

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!