Sinar mentari cukup menyilaukan pagi itu, Abian mengerjap saat sebuah benda mengenai wajahnya. Ia tak cukup sadar dengan keadaan sekitarnya, sampai ia benar-benar membuka matanya dan dengan kesadaran penuh, ternyata benda tadi ialah uang logam yang orang lempar kepada dirinya.
Dia mengumpat dan berteriak, "Hey!! Apa kalian pikir aku ini pengemis!!"
Abian hendak berdiri namun tubuhnya terasa remuk dan sakit disetiap sendi tulangnya, sesaat kemudian ia sadar dengan keadaannya. Pakaian kotor dan compang camping serta wajah yang dipenuhi luka membuat siapa saja yang melihatnya mengira ia orang gila.
Perutnya sangat lapar dan tak ada pilihan lain, dengan terpaksa ia memunguti koin yang orang-orang lempar untuknya. Dengan lahap ia memakan nasi bungkus pemberian ibu warung karena uang koinnya tak cukup untuk membeli sebungkus nasi.
Duduk di tepi jalan sambil melahap makanannya, ia menangis. Keadaannya kini sungguh memalukan. Bodoh, sungguh bodoh!
Satu-satunya yang ia pikirkan kini orang tuanya, dia malu untuk pulang namun ia pun tak tahu harus kemana sekarang.
Berjalan gontai sepanjang puluhan kilometer rasanya tak mungkin, ditambah pandangan orang yang menatapnya dengan jijik. Hingga akhirnya ada mobil bak terbuka yang rela memberinya tumpangan.
Sesampainya di depan rumah orang tuanya, ia memandang malu pada dirinya sendiri, bagaimana nanti reaksi orang tuanya melihat pemandangan dirinya kini. Ia beranikan diri mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.
Tok tok tok
Perlahan pintu terbuka, asisten rumah tangga itu belum sadar yang dihadapannya kini adalah tuannya. Sempat bengong lalu ia masuk memanggil seseorang.
Ayah Abian keluar dan menatapnya tajam, sementara dibelakangnya terdengar suara isak tangis seorang wanita, Ibundanya.
Abian bersimpuh di kaki Ayahnya, meraung memohon permintaan maaf. Namun Ayahnya tak bergeming, tetap berdiri tanpa mengeluarkan kata.
"Bangunlah!" Seru sang Ayah, "Seorang pria tidak seharusnya menangis. Bangkit dan pertanggung jawabkan perbuatanmu."
Rupanya peristiwa kemarin telah sampai ke telinga keluarganya, tak bisa dibayangkan oleh Abian bagaimana perasaan mereka mendengarnya.
"Ayah sungguh kecewa padamu, Abian," terdengar suara berat sang Ayah menahan gemuruh luka di hatinya, "Kami yang salah karena terlalu memanjakanmu selama ini, kami terlalu berharap banyak padamu hingga kini kami harus menerima kenyataan pahit seperti ini, kami terluka sangat dalam."
"Ayah, ampuni perbuatanku," ratap Abian.
"Tidak seharusnya kau meminta maaf padaku, sebagai seorang pria perbuatanmu pada anak dan istri sungguh memalukan, Abian!" Ayah menghela nafas, menahan deru amarahnya, "Pergi dan perbaiki dirimu, tunjukkan pada kami jika kau mampu berubah."
Pak Yahya melangkah masuk, pintu ditutup dengan berat hati oleh asisten rumah tangga. Sementara sang Ibu menangis sejadi-jadinya, ingin sekali ia memeluk putra kesayangannya itu, namun keluarga telah sepakat untuk mengacuhkannya. Meski berat, hal ini harus mereka lakukan agar Abian bisa belajar dari kesalahan dan memperbaiki dirinya.
Abian memutar arah, kebodohannya mengambil keputusan untuk menikah dini ia sesali kini. Namun sudah terlambat, banyak hati yang telah tersakiti karena kebodohannya.
Yang kini harus ia lakukan adalah berubah. Yang lalu biarkan jadi cambuk untuknya bercermin, siapa dia tanpa keluarga. Dia bertekad dalam hati untuk menjadi pria yang lebih baik seperti ucapan Ayahnya.
Singkat cerita, setelah melalang buana tanpa tujuan akhirnya Abian bertemu seseorang yang menjanjikan pekerjaan. Namun nasib baik belum berpihak padanya, ternyata ia ditipu dan terdamparlah ia di negara Malaysia secara ilegal, sebagai buruh bangunan.
.
.
.
**maaf belum bisa up tiap hari ya, maklum penulis baru
salam dari Author lelet**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Desi Arisumanti
lanjut lagi thor,bagus ceritanya
2020-11-26
6