Tiga tahun mereka mengarungi rumah tangga, batu terjal belum juga hilang. Himpitan ekonomi menjadi pemicunya, Abian yang selalu bekerja keras namun Maysarin tak pernah puas, selalu menuntut.
Awalnya ia sabar dan selalu berusaha memenuhi keinginan sang istri, namun kini ia tak lagi bisa menahan semuanya. Sayangnya saat ia butuh dukungan, Maysarin tak peduli. Hingga akhirnya Abian terjerembab ke jalan yang salah, dia mabuk dan bermain judi sebagai pelampiasan.
"Kamu mabuk lagi?!" Maysarin berteriak.
"Diam kau!!" Hardik Abian, dia berjalan sempoyongan dengan sebuah botol di tangannya, matanya menatap nyalang pada Maysarin.
"Jangan, tolong jangan lakukan!" Mohon Maysarin, namun tak ada gunanya.
Suaminya kini di bawah pengaruh minuman keras, tenaganya tak cukup kuat untuk menolak.
"Layani aku sekarang!"
Tanpa menghiraukan istrinya yang ketakutan, Abian menerkam layaknya binatang buas yang sedang lapar. Tak peduli dengan tangisan, teriakan dan rontaan Maysarin, ia tetap melakukan aksinya tanpa perasaan.
Hampir setiap malam Abian pulang dalam keadaan mabuk, tak jarang Putra mereka yang masih berusia 3 tahun melihat kekerasan yang dilakukan Ayahnya. Sungguh miris keadaan Abian kini, dia tak lagi mampu bertahan dengan kerasnya ombak yang dihadapi bahtera rumah tangganya.
Dengan bukti luka lebam dan lecet disekujur tubuhnya, Maysarin mengadukan keburukan suaminya kepada warga sekitar. Mereka iba dan berniat melindungi Maysarin dari kebejatan suaminya.
Seorang bidan bersedia menjadi tempat Maysarin dan Beska, putra mereka untuk berlindung. Abian yang mengetahui Maysarin dan putranya tak ada di rumah, meracau dan mengamuk dalam keadaan mabuk.
"Kau tidak akan bisa menemui istrimu lagi, Abian!" Seru seorang warga.
"Kemana kalian menyembunyikan anak dan istriku!"
"Tak perlu kau tahu," ucap warga yang lain.
"Istri dan anakmu sudah aman di rumah bu bidan, akibat tindak kekerasanmu itu mereka terluka dan sangat syok. Kami berharap kamu menjauhi mereka mulai sekarang," ucap pak RT lebih bijak.
"Dasar suami tak berguna!" Ucap warga lain.
Abian tak menghiraukan ucapan warga, dia berjalan sempoyongan menuju ke rumah bu bidan yang tak jauh dari situ untuk menemui Maysarin.
Sesampainya di depan rumah bu bidan, Abian mencoba masuk namun tak diperbolehkan. Dia berteriak dan memukul gerbang rumah bu bidan dengan keras.
"Maysarin!!!" Teriaknya.
"Aku tahu kamu di dalam, keluarlah. Ayo kita pulang!" Dia terus menggedor-gedor gerbang, "Maysarin! Buka pintunya!"
Abian terus berteriak namun pemilik rumah tak bergeming, bu bidan dan warga setempat sudah bertekad melindungi Maysarin dari amukan suaminya.
Warga yang merasa ketenangannya terusik mencoba menghentikan Abian dan memintanya untuk meninggalkan tempat itu. Namun ia memberontak, meracau tidak jelas.
Warga pun emosi dan akhirnya baku hantam terjadi, Abian yang seorang diri tak mampu melawan tindakan main hakim sendiri yang dilakukan warga. Mereka ramai-ramai memukul, menginjak dan menghantam sekujur tubuh Abian dengan benda apapun yang ada.
Tanpa disadari ada mata seorang anak kecil yang menyaksikan itu, Beska menatap tindakan warga dari jendela kaca yang berada di lantai dua rumah bu bidan. Seingatnya sang Ayah sangat sayang padanya, ia selalu mendapatkan permen saat Ayahnya pulang kerja.
Namun keributan selalu muncul saat Ayah dan Ibunya mulai berdebat, entah apa yang mereka ributkan, ia hanya bisa menangis di pojokan dan menyaksikan semuanya dalam diam.
Dan kini ia pun hanya bisa diam menatap amukan warga pada Ayahnya. Haruskah ia senang? Mengingat sang Ayah begitu kejam pada ibunya. Namun jauh dalam lubuk hatinya ia bersedih, ingin sekali menolong Ayahnya tapi tak mungkin.
"Ibu, kasian Ayah," lirih Beska pada ibunya.
"Biarkan saja," Maysarin nampak acuh.
Beska kembali menatap jendela, Ayahnya terlihat sangat lemah dan mulai kehilangan kesadarannya.
"Ayah..," ia usap lembut kaca seolah sedang mengusap wajah Ayahnya. Tatapannya sendu, namun ia tak punya keberanian melawan Ibunya.
Warga akhirnya bisa dihentikan, namun bagaimana dengan Abian? Dia nampak sangat buruk, penuh luka dan darah disekujur tubuhnya. Tubuhnya tak lagi bergerak, matanya terpejam dan tetesan darah mengaliri wajahnya.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments