.
Akhir pekan yang dinanti Aaliya telah tiba. Gadis itu turut membantu ibu angkatnya mempersiapkan makan malam. Bukan memasak, hanya merapikan rumah dan menyiapkan meja makan. Setelah tugasnya selesai, ia akan menunggu Abian di halaman depan.
Tak berapa lama kemudian…
"Abian!" Teriak Aaliya yang melihat Abian nampak kebingungan di tepi jalan, lalu ia pun mendekat.
"Maaf membuatmu menunggu," ucap Abian
"Aku baru saja keluar dan melihatmu sedang kebingungan."
"Iya, kau tidak memberiku nomor rumah, itu sebabnya aku bingung, gedung rumah susun ini memiliki banyak pintu."
Aaliya terkekeh pelan.
"Maaf", ucapnya, "Mari ikut denganku, ibu sudah menunggumu."
Abian mengikuti langkah kaki Aaliya dari belakang, dari sisinya berjalan gadis itu terlihat sangat proporsional. Tubuh tinggi dan berisi, kaki jenjangnya berjalan bak supermodel. Munafik jika ia tak tertarik, namun lagi-lagi ia harus menampiknya.
Dari balik pintu nampak wanita paruh baya menyambut hangat kedatangan mereka. Setelah berkenalan, Bu Fatma mengajak mereka menyantap makan malam yang telah disediakan.
Setelah makan malam selesai…
"Terima kasih atas undangannya, aku sangat senang, dan lagi semua makanan ini sangat lezat," ucap Abian pada Bu Fatma.
"Tidak usah sungkan, aku memasaknya dengan senang hati," ucap Bu Fatma, "jika kau berteman dengan Aaliya, maka anggap juga aku ini ibumu."
"Anggap juga? Apa maksud perkataanmu, itu artinya Aaliya hanya menganggap Anda ibu, maksud saya..." Abian bingung
"Ya, Aaliya bukan putri kandungku, dia seorang yatim piatu dan sudah menganggapku sebagai ibunya," Bu Fatma menghela nafas, "Aku menyayanginya seperti anakku sendiri."
Bu Fatma harus mengatakan yang sejujurnya sedini mungkin, beliau hanya takut jika pria itu berniat jahat pada Aaliya. Setidaknya jika ia tahu Aaliya seorang yatim piatu, pria itu iba dan tidak berani menyakitinya.
"Kamu berasal dari kota mana, Nak?" Tanya bu Fatma pada Abian.
"Aku pendatang dari negara lain."
"Iya kah, dari mana?"
"Aku dari Indonesia."
"ya ya, banyak sekali orang Indonesia yang bekerja di sini," Ucap Bu Fatma
Mereka berbincang tak berapa lama, lalu Abian memutuskan untuk pamit dan Aaliya menemaninya keluar.
"Aaliya, kamu sebatang kara di dunia ini?" Tanya Abian tiba-tiba.
Aaliya menoleh, tak ada jawaban dari bibirnya.
"Kalau begitu kita sama," lanjut Abian
Lalu hening, mereka berdua berjalan beriringan dalam diam. Aaliya bingung harus menanggapi seperti apa ucapan Abian.
"Maaf jika aku membuatmu sedih," tambah Abian.
"Tidak, hal menyedihkan itu sudah lama berlalu, aku sudah bangkit sekarang," Aaliya mencoba tersenyum, menahan pahitnya hidup yang ia lalui sebelumnya akibat ditinggal orang-orang yang dia sayangi.
"Aku berasal dari pedalaman Sabah, hidupku di sini adalah hidupku yang baru, aku memulai semuanya dari sini seorang diri, aku terus bertahan demi impian orang-orang yang menyayangiku," Aaliya menghela nafas sejenak, "Mereka menginginkanku bahagia, aku sukses, dan memiliki kehidupan yang lebih baik."
Abian menghentikan langkahnya, dia menoleh menatap Aaliya sejenak. Tak disangka kehidupan gadis manis di depannya ini sungguh keras.
"Beruntung aku bertemu Bu Fatma, dia menyayangiku dengan tulus dan memberiku kehangatan seorang ibu," tambah Aaliya.
Mereka saling membuang pandangan ke arah lain, Aaliya menyembunyi kan air matanya sementara Abian teringat akan ibunya, wanita yang teramat sangat ia sayangi.
Abian berdehem untuk menormalkan pita suaranya.
"Hei, jangan menangis, orang-orang itu akan berpikir kita sepasang kekasih yang sedang bertengkar," Abian mencoba menghibur Aaliya.
Aaliya tertawa sambil mengusap air mata yang tak bisa dikontrol.
"Kau ada waktu malam ini?" Tanya Abian kemudian.
"Iya, aku punya banyak waktu malam ini," jawab Aaliya.
Abian memutuskan untuk menghabiskan waktunya kali ini untuk berbagi, berbagi kesedihan, berbagi kebahagiaan dan kebersamaan dengan gadis itu.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments