.
"Aaliya, jujur pada Ibu. Apa kamu menyukainya?"
Pertanyaan Bu Fatma cukup menohok, mencabik-cabik pikirannya, karena dia sendiri tak tahu.
"Aku tak tahu, bu," Aaliya menjawab pasrah.
"Kamu terlihat sangat bahagia saat bertemu dengannya, tak seperti biasanya. Ibu rasa kamu mulai menyukainya."
"Aku juga bingung bu, yang aku tahu saat bersamanya aku bisa tertawa, bahagia dan tanpa beban. Dan anehnya aku selalu ingin bertemu lagi dengannya."
Bu Fatma bahagia mendengar jawaban Aaliya, sudah bisa dipastikan anak gadisnya ini sedang merasakan jatuh cinta. Baguslah jika ia mau membuka hati, begitu pikirnya.
"Katakan pada Ibu, Abian pria yang seperti apa?"
"Dia tampan, hidung mancung dan senyum yang manis, tubuhnya kekar namun sikapnya lembut, bahkan kemarin dia menyuapiku makan," Aaliya tersipu malu mengingat hal itu.
Mata Aaliya menerawang membayangkan pria yang sedang ia ceritakan, "Anak gadis Ibu sedang jatuh cinta rupanya," ledek Bu Fatma.
"Jatuh cinta?" Pipinya merah merona bak tomat yang sudah masak, "Apa benar yang ibu katakan itu?"
"Hmm, ketika kamu merasa gelisah saat jauh lalu bahagia saat ada di dekatnya, itu tandanya kau sedang jatuh cinta," terang Bu Fatma.
Aaliya menyerap kata yang diucapkan ibu angkatnya itu, jika benar itu cinta maka apa yang harus ia lakukan sekarang?
"Ibu jadi penasaran pria seperti apa yang mampu membuatmu jatuh cinta,"
"Dia pria biasa bu, tapi sangat mempesona."
Bu Fatma tertawa, "kamu jujur sekali, Aaliya," kemudian berdehem pelan, "Ajaklah dia kemari, Ibu ingin bertemu dengannya."
"Aku tidak yakin dia mau," jawab Aaliya ragu, namun sesaat kemudian ia ingat keinginan Abian untuk berterima kasih pada ibunya.
"Baiklah, nanti akan ku sampaikan padanya."
Bu Fatma mengangguk pelan, ia memandang anak gadisnya yang kini berlalu pergi. Sementara Aaliya berlari kecil menuju tangga dan masuk kedalam rumahnya.
Dia duduk di sofa dan memeluk bantal yang ada, masih memikirkan kalimat yang diucapkan Bu Fatma, dia sedang jatuh cinta? Beginikah rasanya? Gadis itu membenamkan kepala nya ke dalam bantal yang dipeluknya, mungkin malu karena tersenyum seorang diri.
Hatinya berbunga-bunga bak bunga melati di musim hujan, kali ini ia memiliki alasan lagi untuk bertemu Abian. Sungguh lucu tingkah gadis itu saat jatuh cinta.
.
.
.
Keesokan harinya
Aaliya menghentikan sepedanya, kali ini tak sulit baginya menemui Abian.
"Ibuku mengundangmu makan malam nanti di akhir pekan," Jadwal sift malamnya masih 3 hari lagi, jadi ia memutuskan undangan itu di hari minggu agar ia bisa berada di rumah.
"Aku harap kau mau memenuhi undangan ibuku," lanjut Aaliya.
"Tentu saja, aku akan memenuhinya," Jawab Abian dengan senyum khasnya.
"Terima kasih, ibu pasti senang mendengarnya."
Abian hanya mengangguk pelan, "sama-sama."
'apa yang sudah gadis itu ceritakan pada ibunya sampai aku diundang makan malam?' gumam Abian dalam hati.
Aaliya kembali mengayuh sepedanya dengan riang, meski hanya sekejap namun pertemuannya dengan Abian cukup membuatnya berbunga-bunga. Ada getar-getar syahdu dalam hatinya kini.
Pertemuan berikutnya dia harus menunggu sampai akhir pekan tiba. Dia bersemangat kali ini dan berharap 3 hari kerja yang akan dia lalui segera berakhir.
"Ibu, aku sudah menyampaikannya pada Abian," ucap Aaliya saat sudah sampai di rumah Bu Fatma, "Akhir pekan saja agar aku bisa ikut makan malam."
"Baiklah, Ibu akan memasak yang spesial."
"Aku akan sedikit membantu nanti," Tawar Aaliya
"Ibu tidak yakin," Bu Fatma melengkungkan bibirnya.
"Apa ibu khawatir aku akan merusak masakannya?"
Bu Fatma diam sejenak, lalu mereka tertawa bersama.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments