.
Pukul 7 malam, Aaliya belum juga siap. Entah kenapa ia begitu lama memilih baju, padahal kan hanya pergi ke pasar malam. Pada akhirnya ia hanya memakai celana jeans dan kaos oblong warna putih dengan rambut dikuncir kuda. Sangat sederhana tapi cantik.
Mereka berjanji akan bertemu di pertigaan jalan sebelum pasar malam. Sesaat kemudian Aaliya menemukan sosok tampan itu di tengah ramainya orang berlalu lalang.
Abian nampak berbeda, pakaian kotor nan kumal yang biasa ia kenakan saat kerja sudah tak ada lagi, tergantikan dengan wajah yang bersih nan rupawan. Kaos hitam polos dengan celana jeans panjang sangat biasa, namun sangat mempesona.
"Kau mau makan apa?" Tanya Aaliya.
"Terserah kamu saja."
Akhirnya mereka memilih kedai sederhana yang terdapat meja makan di luar ruangan. Menu yang mereka pilih nasi goreng pattaya, nasi goreng khas Thailand.
Ditemani udara malam dan orang-orang yang berlalu lalang ke pasar malam, mereka makan malam dengan tenang tanpa mengatakan sepatah katapun hingga mereka selesai menyantapnya.
"Kenapa kamu repot-repot mentraktirku?" Tanya Abian.
"Tidak apa-apa, aku hanya tidak ingin memiliki beban dan rasa bersalah terus menerus."
"Tapi itu hal sepele," Tambah Abian.
Aaliya hanya tersenyum, tidak mungkin dia mengatakan yang sesungguhnya jika wajah Abian terus ada di pikirannya.
"Baiklah, terima kasih untuk traktirannya," Lanjut Abian.
"Sama-sama."
"Oia, kamu tinggal dimana Aaliya?"
"Di rumah susun itu," Jawab Aaliya menunjuk arah gedung rumah susunnya, "Kamu sendiri tinggal dimana?" Tanyanya.
"Aku?" Tanya Abian menunjuk wajahnya sendiri.
"Iya kamu, siapa lagi?"
Abian terkekeh pelan, "Di bangunan itu," Jawabnya singkat.
"Itu kan tempat kerja, kamu tidak pulang ke rumah?"
Sejenak Abian membisu, "Aku tidak punya rumah, tempat kerja kami sekaligus menjadi rumah. Saat bangunannya selesai kita akan pergi, proyek baru akan menjadi rumah baru juga untuk kami, begitu seterusnya," Cerita Abian sambil tersenyum kecut.
"Lalu bagaimana dengan orang tuamu?"
Abian melirik ke arah Aaliya, menatapnya tajam dengan tatapan tidak suka.
"Maaf jika aku lancang," Buru-buru Aaliya menyadari kesalahannya.
Abian tak menjawab, sejak pertanyaan yang dilontarkan Aaliya itu suasana berubah menjadi kaku. Aaliya yang tak enak hati akhirnya mengajak Abian pulang bersama dengan berjalan kaki.
Di pertigaan jalan mereka harus berpisah, Aaliya berjalan lurus sementara Abian belok kanan karena bangunan itu ada di belakang gedung rumah susun Aaliya.
"Hmm..maaf karena kelancanganku kamu menjadi tidak nyaman," Ucap Aaliya sebelum mereka berpisah.
"Tidak apa-apa, lain kali akan ku ceritakan jika kita sudah berteman."
"Teman? Baiklah, mulai sekarang kita berteman," Aaliya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Oke," Abian menyambutnya.
Mereka berjabat tangan dengan erat, jabat tangan sebagai tanda persahabatan.
Orang bilang persahabatan antara laki-laki dan wanita itu tidak ada karena sudah bisa dipastikan akan ada campur tangan perasaan di dalamnya. Bagaimana dengan mereka?
"Kalau begitu sekarang kau yang berhutang padaku," Canda Aaliya.
Abian mengangkat alisnya heran, "Iya kah? Baiklah jika kamu menganggapnya begitu, aku pergi dulu."
"Oke, sampai jumpa lagi."
Aaliya tersenyum manis dan melambaikan tangan, disambut dengan tanda 'oke' dari jari Abian sambil mengedipkan satu matanya. Sesaat kemudian, mereka berpandangan dan lalu tertawa bersama.
Aaliya berjalan riang dengan senyum manis masih terpasang di wajah cantiknya. Hingga di depan gedung rumah susunnya, Bu Fatma melihatnya heran. Panggilannya sampai tak dihiraukan, gadis itu seperti asyik dengan dirinya sendiri.
'wajahnya terlihat sangat gembira,' Ucap hati Bu Fatma.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Iiy Bungamas
ak suka ceritanya karena dari kemarin memang cari novel yg ceritanya bukan dari kalangan berada yg biasanya CEO
tp ini beda bget
semangat thor
2021-01-10
0
R⃟ Novie 𝚆⃠🐛🍆
semangat thor
2020-11-01
2
Hiatus
lanjut kak ,semangat up y
2020-11-01
2