"Ibu ingin melihatmu bersenang-senang sesekali."
"Aku cukup senang menghabiskan waktu bersama Ibu."
"Tidak, Nak. Itu tidak cukup, kamu juga butuh teman, terutama … ," Bu Fatma menggantungkan ucapannya.
"Terutama apa, bu?" Tanya Aaliya penasaran.
"Teman hidup."
"Teman hidup???"
"Iya Aaliya, Ibu ingin kamu mencoba sedikit saja membuka hatimu, jangan kau tutup rapat-rapat Aaliya."
Bu Fatma menginginkan Aaliya tidak mengacuhkan semua pemuda yang mencoba mendekatinya, mungkin saja salah satu dari mereka cocok, begitu pikirnya.
"Kenapa Ibu mengatakan itu? Apa Ibu tidak suka aku di sini? Apa aku merepotkanmu?"
"Bukan seperti itu, Nak."
"Maaf bu, aku pergi dulu," Aaliya beranjak keluar dengan perasaan kesal.
Bu Fatma menghela nafas berat, ia tahu betul gadis kesayangannya itu mudah sekali merajuk jika sudah membahas soal kekasih.
'Apa yang terjadi di masa lalu hingga membuatnya menutup hati seperti itu. Aku hanya ingin dia bahagia, apa salahnya?' pikir Bu Fatma dalam hati.
.
.
.
Aaliya mengayuh sepedanya ditengah terik matahari. Sudah sejam ia mengelilingi komplek tanpa tujuan, ia hanya ingin membuang kekesalan hatinya akibat pertanyaan Bu Fatma.
Dia bahagia dengan hidupnya yang sekarang, baginya sudah cukup, dia tak membutuhkan yang lain lagi.
Kenyataan hidup yang ia alami membuatnya takut, membuatnya sakit, sakit ditinggal pergi. Ayah, Ibu, Nenek, semua yang dia sayangi pergi
Jika ia menyayangi seseorang, apakah takdir bisa berjanji padanya agar tak membawanya pergi? Ah, Aaliya sungguh takut, rasa sakit ditinggalkan itu masih membekas hingga ia tak mau merasakannya lagi.
Tiba-tiba saja ..
'Bruuukkk..'
"Au..sakit," Aaliya yang sedang tidak fokus bersepeda menabrak seseorang hingga mereka berdua terjatuh.
"Maaf nona, apa kau baik-baik saja?" Pria itu berdiri, mengulurkan tangannya kepada Aaliya untuk membantunya berdiri.
"Aku tidak apa-apa."
Aaliya menyambut uluran tangan pria itu, lalu berdiri saling berhadapan.
Pandangan mereka beradu, dalam sepersekian detik pandangan itu semakin dalam. Dari mata mengalir sesuatu yang aneh, masuk ke hati sanubari yang terdalam dan menetap di sana, menemukan kehangatan di tempatnya yang baru.
Tangan mereka masih saling menyatu, mereka tak menyadari jika semesta telah menitipkan sesuatu di hati mereka.
'meoooww..' Suara kucing memutuskan tatapan itu.
"Oh, maaf. Aku kurang berhati-hati," Ucap Aaliya canggung.
"Tidak apa-apa, aku yang terlalu buru-buru," Pria itu juga sama canggungnya.
Sementara sang kucing telah berhasil membawa lari sepotong ikan dari bungkus makanan yang terkoyak di jalanan.
"Hei, makananku!" Teriak pria itu, menghela nafas kasar.
"Maaf tuan, ini semua karena kesalahanku, jika saja aku lebih berhati-hati pasti makanan itu tidak akan jatuh dari tanganmu," Ucap Aaliya merasa bersalah.
"Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Aku akan melanjutkan pekerjaanku," Ucap pria itu lemah.
"Tunggu!"
Pria itu menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang.
"Kau bekerja di sini? Di bangunan ini?" Tanya Aaliya menatap bangunan bertingkat yang masih setengah jadi itu.
"Iya, kenapa?" Tanya pria itu ketus.
"Bagaimana kau bisa bekerja jika belum makan. Sebagai gantinya, aku akan mentraktirmu."
"Tidak perlu."
"Aku akan merasa bersalah jika kau tidak menerimanya."
"Aku sudah tidak berselera untuk makan, jadi sekarang kau bisa pergi."
Pria itu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti, melanjutkan pekerjaannya sebagai pekerja kasar.
'Apa aku tidak keliru melihatnya masuk kesana? Dia cukup tampan, bahkan terlalu tampan untuk ada di sana.'
Aaliya buru-buru menghentikan lamunannya, apa yang sedang ia pikirkan? Aneh.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔 𝑵𝒂𝒚𝒍𝒂 𝑨𝒊𝒔
mampir kekaryaku ya. mari salinh dukung
2021-01-04
0
putrimaharani
lanjut kak
2020-10-30
2