.
Terik matahari masih belum sepenuhnya memanasi bumi, sinarnya masih terasa hangat menyentuh kulit. Tepat pukul 08.15 kapal feri itu menepi di dermaga, menumpahkan seluruh isinya agar segera keluar dari dalam perut kapal.
Orang-orang berhamburan keluar, saling berdesakan dan mendorong satu sama lain seolah mereka takut tertinggal. Seorang gadis melangkahkan kakinya turun dari kapal. Pandangan matanya mengedar ke sekeliling, ia memejamkan mata dan menarik nafas dalam.
Tak peduli dengan orang-orang yang bergegas kesana kemari di sekelilingnya, Aaliya menghirup dalam-dalam udara baru yang ia rasakan. Tempat baru, oksigen baru dan orang-orang baru kini ada di hadapannya untuk memulai hidup yang baru.
Aaliya sudah duduk di dalam sebuah taksi. Selembar kertas bertuliskan sebuah alamat yang tadi sempat ia tunjukkan pada sopir taksi telah disimpan kembali. Ia mendapatkan alamat tersebut dari Pak Saleh, beliau mengatakan kalau itu adalah saudaranya.
Ketika ia sudah sampai di rumah sederhana milik keluarga Pak Saleh, Aaliya bertekad untuk segera menemukan tempat tinggal baru. Mereka sangat tidak ramah dan menganggap dirinya adalah orang asing yang perlu dicurigai.
"Kami tidak memiliki kamar tamu, rumah ini sudah sempit, apalagi besok putra sulung kami akan datang beserta keluarganya," Ucap wanita pemilik rumah.
"Segera cari tempat baru, kami tidak suka ada orang asing di sini," Tambah seorang pria, mungkin suaminya.
"Baiklah, terimakasih sudah mau menerima saya," Jawab Aaliya tanpa ada sahutan dari keduanya.
Gadis itu hanya menginap selama satu malam dan pergi keesokan harinya. Pergi begitu saja tanpa pamit, toh mereka juga tidak akan merasa kehilangan.
Sudah satu jam lebih ia berjalan berkeliling di kota asing itu tanpa arah, perutnya berbunyi dan peluhnya bercucuran. Dia baru ingat sejak semalam perutnya belum diisi apapun. Kemudian ia mencari tempat makan terdekat dan makan dengan lahap. Dia harus kuat, dia harus bertenaga untuk menghadapi hari-harinya ke depan.
Aaliya melanjutkan perjalanan, sepertinya tempat ini bukanlah pusat kota, karena tak banyak gedung pencakar langit seperti yang ia bayangkan. Hanya ada gedung perkantoran yang tidak terlalu tinggi, ruko dan beberapa rumah makan di pinggir jalan. Tak lama kemudian ia melihat sebuah restoran sederhana yang memasang iklan lowongan kerja.
"Permisi, apa benar tempat ini membutuhkan seorang pekerja?" Tanya Aaliya pada seorang wanita di balik meja kasir.
"Silahkan tanya sendiri pada pria itu," Jawabnya ketus.
Aaliya pergi menuju pria yang sedang duduk di samping restoran sesuai petunjuk wanita itu. Seorang pria paruh baya dan berwajah cukup ramah.
"Apa kau bersedia saya tempatkan di bagian belakang? Karena hanya itu posisi yang kami butuhkan saat ini," Jawab pria itu setelah Aaliya menyapanya.
"Saya siap, Pak. Apapun akan saya lakukan, saya pasti akan bersungguh-sungguh dalam bekerja."
"Baiklah kalau begitu, kau sudah bisa bekerja mulai sekarang," Ucap pria yang diketahui bernama Pak Felix
Aaliya pun sumringah dan bahagia mendapatkan pekerjaan pertamanya di kota asing ini.
Namun itu hanya awalnya, dua minggu kebahagiaan itu sirna setelah kembalinya putra Pak Felix. Melihat Aaliya yang cantik, Jonathan tak bisa menahan hasrat untuk menyentuhnya.
Beberapa kali jonathan berusaha mendekati namun Aaliya selalu bisa menghindar. Ia tahu maksud jahat pria itu sejak pertama kali melihat sorot matanya.
Meski Aaliya baru datang dari pedalaman, namun ia bukan gadis yang terlalu lugu. Dia bisa merasakan gerak gerik Jonathan yang sangat mengganggu.
Hingga suatu malam, Jonathan berhasil menerobos masuk kamar Aaliya. Nasib baik Aaliya langsung bangun begitu mendengar suara pintu dibuka paksa.
Gadis itu berteriak meminta tolong, dan teriakannya berhasil membangunkan seisi rumah, dia berharap orang-orang akan menolongnya dari terkaman pria busuk itu.
Harapan tinggalah harapan, Jonathan pandai bersilat lidah. Dia memutarbalikkan fakta yang ada, dan parahnya pak Felix mempercayai perkataannya.
"Kamu pikir anak saya mau dengan wanita rendahan sepertimu? Dia lulusan universitas ternama di Australia, mana mungkin dia melirik seorang pelayan," Ucap pak Felix ketika sidang di antara mereka berlangsung.
"Wanita ini menggodaku pah, dia meminta tolong saya memperbaiki jendela kamarnya, tapi tiba-tiba dia berteriak seolah-olah saya akan menyentuhnya," Jonathan bermain kata-kata dengan sempurna, dan semua orang percaya.
Aaliya terdiam menunduk, menangis hanya akan menguras tenaganya. Dia sadar akan posisinya, dia asing dan seorang diri, tak ada yang bisa dimintai tolong. Sekeras apapun membela diri, semua akan sia-sia.
Malam itu Aaliya pergi, tak tahu lagi akan kemana. Sebulan bekerja tanpa digaji, dengan alasan tidak layak mendapatkannya. Untung saja uang hasil penjualan rumah nenek masih cukup untuk bekalnya sebelum mendapatkan pekerjaan lagi.
Aaliya duduk di pelataran ruko yang tertutup, malam semakin larut dan dingin. Pada akhirnya ia berbaring di sana, beralaskan kain seadanya.
Gadis itu tiba-tiba sangat merindukan nenek, ia rindu kehangatan dan kenyamanan di rumah. Hanya dirinya sendiri yang bisa ia dekap untuk mengusir dingin, kerinduan itu perlahan mengantarkannya pada tidur yang lelap. Matanya yang tertutup dihiasi air mata yang mulai mengering.
Esok entah apa lagi yang akan gadis itu hadapi, hanya Tuhan yang tahu.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Sunnyta Mukherji
seperti kisah nyata
2021-12-04
0
Maricha
mipil baca ya kak
2020-11-30
1
Pvxchy
huhu, dunia yang keras
2020-11-28
1