Masa Lalu (3)

.

Terik matahari masih belum sepenuhnya memanasi bumi, sinarnya masih terasa hangat menyentuh kulit. Tepat pukul 08.15 kapal feri itu menepi di dermaga, menumpahkan seluruh isinya agar segera keluar dari dalam perut kapal.

Orang-orang berhamburan keluar, saling berdesakan dan mendorong satu sama lain seolah mereka takut tertinggal. Seorang gadis melangkahkan kakinya turun dari kapal. Pandangan matanya mengedar ke sekeliling, ia memejamkan mata dan menarik nafas dalam.

Tak peduli dengan orang-orang yang bergegas kesana kemari di sekelilingnya, Aaliya menghirup dalam-dalam udara baru yang ia rasakan. Tempat baru, oksigen baru dan orang-orang baru kini ada di hadapannya untuk memulai hidup yang baru.

Aaliya sudah duduk di dalam sebuah taksi. Selembar kertas bertuliskan sebuah alamat yang tadi sempat ia tunjukkan pada sopir taksi telah disimpan kembali. Ia mendapatkan alamat tersebut dari Pak Saleh, beliau mengatakan kalau itu adalah saudaranya.

Ketika ia sudah sampai di rumah sederhana milik keluarga Pak Saleh, Aaliya bertekad untuk segera menemukan tempat tinggal baru. Mereka sangat tidak ramah dan menganggap dirinya adalah orang asing yang perlu dicurigai.

"Kami tidak memiliki kamar tamu, rumah ini sudah sempit, apalagi besok putra sulung kami akan datang beserta keluarganya," Ucap wanita pemilik rumah.

"Segera cari tempat baru, kami tidak suka ada orang asing di sini," Tambah seorang pria, mungkin suaminya.

"Baiklah, terimakasih sudah mau menerima saya," Jawab Aaliya tanpa ada sahutan dari keduanya.

Gadis itu hanya menginap selama satu malam dan pergi keesokan harinya. Pergi begitu saja tanpa pamit, toh mereka juga tidak akan merasa kehilangan.

Sudah satu jam lebih ia berjalan berkeliling di kota asing itu tanpa arah, perutnya berbunyi dan peluhnya bercucuran. Dia baru ingat sejak semalam perutnya belum diisi apapun. Kemudian ia mencari tempat makan terdekat dan makan dengan lahap. Dia harus kuat, dia harus bertenaga untuk menghadapi hari-harinya ke depan.

Aaliya melanjutkan perjalanan, sepertinya tempat ini bukanlah pusat kota, karena tak banyak gedung pencakar langit seperti yang ia bayangkan. Hanya ada gedung perkantoran yang tidak terlalu tinggi, ruko dan beberapa rumah makan di pinggir jalan. Tak lama kemudian ia melihat sebuah restoran sederhana yang memasang iklan lowongan kerja.

"Permisi, apa benar tempat ini membutuhkan seorang pekerja?" Tanya Aaliya pada seorang wanita di balik meja kasir.

"Silahkan tanya sendiri pada pria itu," Jawabnya ketus.

Aaliya pergi menuju pria yang sedang duduk di samping restoran sesuai petunjuk wanita itu. Seorang pria paruh baya dan berwajah cukup ramah.

"Apa kau bersedia saya tempatkan di bagian belakang? Karena hanya itu posisi yang kami butuhkan saat ini," Jawab pria itu setelah Aaliya menyapanya.

"Saya siap, Pak. Apapun akan saya lakukan, saya pasti akan bersungguh-sungguh dalam bekerja."

"Baiklah kalau begitu, kau sudah bisa bekerja mulai sekarang," Ucap pria yang diketahui bernama Pak Felix

Aaliya pun sumringah dan bahagia mendapatkan pekerjaan pertamanya di kota asing ini.

Namun itu hanya awalnya, dua minggu kebahagiaan itu sirna setelah kembalinya putra Pak Felix. Melihat Aaliya yang cantik, Jonathan tak bisa menahan hasrat untuk menyentuhnya.

Beberapa kali jonathan berusaha mendekati namun Aaliya selalu bisa menghindar. Ia tahu maksud jahat pria itu sejak pertama kali melihat sorot matanya.

Meski Aaliya baru datang dari pedalaman, namun ia bukan gadis yang terlalu lugu. Dia bisa merasakan gerak gerik Jonathan yang sangat mengganggu.

Hingga suatu malam, Jonathan berhasil menerobos masuk kamar Aaliya. Nasib baik Aaliya langsung bangun begitu mendengar suara pintu dibuka paksa.

Gadis itu berteriak meminta tolong, dan teriakannya berhasil membangunkan seisi rumah, dia berharap orang-orang akan menolongnya dari terkaman pria busuk itu.

Harapan tinggalah harapan, Jonathan pandai bersilat lidah. Dia memutarbalikkan fakta yang ada, dan parahnya pak Felix mempercayai perkataannya.

"Kamu pikir anak saya mau dengan wanita rendahan sepertimu? Dia lulusan universitas ternama di Australia, mana mungkin dia melirik seorang pelayan," Ucap pak Felix ketika sidang di antara mereka berlangsung.

"Wanita ini menggodaku pah, dia meminta tolong saya memperbaiki jendela kamarnya, tapi tiba-tiba dia berteriak seolah-olah saya akan menyentuhnya," Jonathan bermain kata-kata dengan sempurna, dan semua orang percaya.

Aaliya terdiam menunduk, menangis hanya akan menguras tenaganya. Dia sadar akan posisinya, dia asing dan seorang diri, tak ada yang bisa dimintai tolong. Sekeras apapun membela diri, semua akan sia-sia.

Malam itu Aaliya pergi, tak tahu lagi akan kemana. Sebulan bekerja tanpa digaji, dengan alasan tidak layak mendapatkannya. Untung saja uang hasil penjualan rumah nenek masih cukup untuk bekalnya sebelum mendapatkan pekerjaan lagi.

Aaliya duduk di pelataran ruko yang tertutup, malam semakin larut dan dingin. Pada akhirnya ia berbaring di sana, beralaskan kain seadanya. 

Gadis itu tiba-tiba sangat merindukan nenek, ia rindu kehangatan dan kenyamanan di rumah. Hanya dirinya sendiri yang bisa ia dekap untuk mengusir dingin, kerinduan itu perlahan mengantarkannya pada tidur yang lelap. Matanya yang tertutup dihiasi air mata yang mulai mengering.

Esok entah apa lagi yang akan gadis itu hadapi, hanya Tuhan yang tahu.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Sunnyta Mukherji

Sunnyta Mukherji

seperti kisah nyata

2021-12-04

0

Maricha

Maricha

mipil baca ya kak

2020-11-30

1

Pvxchy

Pvxchy

huhu, dunia yang keras

2020-11-28

1

lihat semua
Episodes
1 Rutinitas
2 Masa Lalu (1)
3 Masa Lalu (2)
4 Masa Lalu (3)
5 Sarapan Pagi
6 Bersepeda
7 Gelisah
8 Berteman
9 Lotre
10 Rentenir
11 Makan Siang
12 Bercerita
13 Undangan
14 Berbagi
15 Cerita Kelam (1)
16 Cerita Kelam (2)
17 Cerita Kelam (3)
18 Cerita Kelam (4)
19 Keraguan
20 Menunggu
21 Mengejarnya
22 Kembali
23 Menginap
24 Menahannya
25 Rapuh
26 Bimbang
27 Memasak
28 Keputusan
29 Penjelasan
30 Ide
31 Harga diri
32 Pinjaman
33 Belanja
34 Pertanyaan
35 Hari Pertama
36 Hari Kedua
37 Hari Ketiga
38 Imitasi
39 Pria Bersahaja
40 Merindu
41 Jujur
42 Kepastian
43 Ikrar
44 Gazebo
45 Pernikahan
46 Milikku
47 Cambuk
48 Menunda
49 Pewaris
50 Kepergian
51 Melemah
52 Kue Brownies
53 Pemeriksaan
54 Buku
55 Mendekap
56 Badai
57 Berhenti Berharap
58 Tertutup
59 Benteng
60 Sang Putra
61 Alkatiri.corp
62 Utusan
63 Merekam
64 Pemerasan
65 Berpura-pura
66 Sakit
67 Berisik
68 Keputusan Sepihak
69 Apel Merah
70 Tas Sekolah
71 Bersenang-senang
72 Mengintimidasi
73 Memaksa
74 Abbas Altamirano
75 Sang Tamu
76 Dua Ayah
77 Meninggalkan
78 Melepas Rindu
79 Ayah
80 Tersembunyi
81 Mencari
82 Getir
83 Mengikuti
84 Seperti Dirinya
85 Kecurigaan
86 Rekayasa
87 Bagaimana Jika?
88 Memancing
89 Majalah
90 Mendamba
91 Misi
92 Godaan
93 Mawar Merah
94 Lelah
95 Drama
96 Mencubit
97 Hanya Satu
98 Peraduan
99 Pertanyaan
100 Misteri
101 Kekaguman
102 Kopi Espresso
103 Bersama Alan (I)
104 Bersama Alan (II)
105 Bersama Alan (III)
106 Perpisahan
107 I Love You, Now and Forever
108 Bermain Bola
109 Membersamaiku
110 Menjahilinya
111 Sebuah Foto
112 Kejadian Kelam
113 Andai Saja
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Rutinitas
2
Masa Lalu (1)
3
Masa Lalu (2)
4
Masa Lalu (3)
5
Sarapan Pagi
6
Bersepeda
7
Gelisah
8
Berteman
9
Lotre
10
Rentenir
11
Makan Siang
12
Bercerita
13
Undangan
14
Berbagi
15
Cerita Kelam (1)
16
Cerita Kelam (2)
17
Cerita Kelam (3)
18
Cerita Kelam (4)
19
Keraguan
20
Menunggu
21
Mengejarnya
22
Kembali
23
Menginap
24
Menahannya
25
Rapuh
26
Bimbang
27
Memasak
28
Keputusan
29
Penjelasan
30
Ide
31
Harga diri
32
Pinjaman
33
Belanja
34
Pertanyaan
35
Hari Pertama
36
Hari Kedua
37
Hari Ketiga
38
Imitasi
39
Pria Bersahaja
40
Merindu
41
Jujur
42
Kepastian
43
Ikrar
44
Gazebo
45
Pernikahan
46
Milikku
47
Cambuk
48
Menunda
49
Pewaris
50
Kepergian
51
Melemah
52
Kue Brownies
53
Pemeriksaan
54
Buku
55
Mendekap
56
Badai
57
Berhenti Berharap
58
Tertutup
59
Benteng
60
Sang Putra
61
Alkatiri.corp
62
Utusan
63
Merekam
64
Pemerasan
65
Berpura-pura
66
Sakit
67
Berisik
68
Keputusan Sepihak
69
Apel Merah
70
Tas Sekolah
71
Bersenang-senang
72
Mengintimidasi
73
Memaksa
74
Abbas Altamirano
75
Sang Tamu
76
Dua Ayah
77
Meninggalkan
78
Melepas Rindu
79
Ayah
80
Tersembunyi
81
Mencari
82
Getir
83
Mengikuti
84
Seperti Dirinya
85
Kecurigaan
86
Rekayasa
87
Bagaimana Jika?
88
Memancing
89
Majalah
90
Mendamba
91
Misi
92
Godaan
93
Mawar Merah
94
Lelah
95
Drama
96
Mencubit
97
Hanya Satu
98
Peraduan
99
Pertanyaan
100
Misteri
101
Kekaguman
102
Kopi Espresso
103
Bersama Alan (I)
104
Bersama Alan (II)
105
Bersama Alan (III)
106
Perpisahan
107
I Love You, Now and Forever
108
Bermain Bola
109
Membersamaiku
110
Menjahilinya
111
Sebuah Foto
112
Kejadian Kelam
113
Andai Saja

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!