***
3 tahun yang lalu
Aaliya duduk didalam bus antar kota, bus itu akan membawanya menuju pelabuhan. Ia duduk dengan meletakkan kedua tangannya di atas pangkuan, menatap jendela kaca dengan tatapan nanar.
Entah apa yang akan dia lakukan sekarang, hidupnya seakan tiada artinya lagi.
Dulu hidupnya bahagia bersama sang nenek di pedalaman pulau Sabah. Meski kedua orang tuanya sudah meninggal sejak ia kecil, namun kasih sayang sang nenek mampu membuat Aaliya tak merasa kekurangan.
Setiap hari Aaliya membantu nenek mencari kayu bakar selepas pulang sekolah dan tetap belajar di malam harinya.
Hidupnya bersama sang nenek memang sangat sederhana, namun hal itu tidak lantas membuatnya malu ataupun menyerah pada keadaan.
Nenek menginginkan Aaliya terus melanjutkan sekolahnya, mengingat prestasinya yang selalu bagus di sekolah.
Ketika masuk SMA, Aaliya harus menempuh perjalanan sejauh puluhan kilometer ke sekolah SMA terdekat dari desanya.
Aaliya tidak pernah menyerah, ia berjanji akan membahagiakan sang nenek jika sudah berhasil nanti.
Namun takdir berkata lain, di hari kelulusannya nenek jatuh sakit selama beberapa hari. Tubuh rentanya mengisyaratkan jika ia akan beristirahat dalam waktu yang sangat lama.
'Nenek sudah tua Aaliya, suatu hari jika nenek pergi kamu harus kuat, kamu harus jadi orang yang hebat, kamu harus memiliki keluarga yang bahagia,' Ucap nenek dengan suara yang hampir hilang terbawa angin senja.
'Pergilah dari sini, Nak. Tempat ini tidak akan memberikanmu apa-apa, kamu harus memberanikan diri pergi ke tempat yang jauh lebih besar, gapai cita-citamu, ciptakan hidup yang baru untukmu Aaliya.'
Tak berselang lama, nenek tertidur seakan ia sangat mengantuk. Beliau menutup matanya perlahan dengan nafas yang perlahan melemah.
Aaliya memanggil nenek berulang kali, namun tak ada jawaban. Nenek telah tertidur, dalam tidur yang sangat lelap dan tak akan pernah bangun lagi.
Teriakan histeris Aaliya tak mampu mengembalikan sang nenek pada dirinya. Beliau telah kembali, kembali ke haribaan sang pencipta.
.
.
.
Beberapa hari setelah pemakaman sang nenek, Aaliya masih duduk termenung seorang diri di dalam rumahnya.
Tak tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya, rasanya tak sanggup jika harus menjadi sebatang kara seperti ini. Apakah ia harus menyusul sang nenek saja? Tidak, itu pasti akan membuat nenek kecewa pada dirinya.
Aaliya tiba-tiba teringat seseorang yang bisa membantunya. Dia beranjak dari rumahnya menuju ke sekolah.
Setibanya di sekolah, "Pak Saleh, apa bapak punya waktu sebentar? Ada yg ingin saya bicarakan dengan bapak," pria paruh baya yang akrab disapa pak saleh itupun mengangguk mengiyakan.
Melihat Aaliya lagi setelah beberapa minggu kelulusan sebenarnya membuat hati pak Saleh bahagia, beliau sudah menganggap Aaliya seperti putrinya sendiri.
Ketekunan dan kerja keras Aaliya membuat pak Saleh kagum. Pak Saleh pula lah yang membantu Aaliya mendapatkan beasiswa selama di SMA.
Pak Saleh merupakan guru BK, jadi sudah menjadi kewajibannya membantu murid yang mengalami masalah. Tak terkecuali Aaliya, ia tak segan meminta bantuan pak Saleh meski ia sudah lulus.
Aaliya memasuki ruang BK setelah pak Saleh lebih dulu masuk.
"Ada apa Aaliya?" Tanya pak Saleh tanpa basa basi, mereka sudah duduk berhadapan di sofa ruang BK.
"Saya ingin meminta pendapat bapak mengenai suatu hal," Jawab Aaliya dengan wajah sendu.
Aaliya mencoba menahan bulir air mata yang hampir jatuh di pelupuk mata, suaranya tercekat di tenggorokan.
Dia menggenggam kedua tangan yang ia letakkan di atas pangkuan, menahan nafas mencoba untuk mengatakan sesuatu yang dirasa sangat berat.
Demi keinginan sang nenek yang telah pergi, Aaliya harus memberanikan diri mengungkapkan hal ini. Ia butuh dukungan dan bimbingan, dan Aaliya merasa pak Saleh merupakan orang yang tepat.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔 𝑵𝒂𝒚𝒍𝒂 𝑨𝒊𝒔
lanjut semangat
2021-01-04
0
Author_Ay
semangat
2020-12-04
1
Pvxchy
Kasihan ya Aaliya :'(
2020-11-01
1