Tak Mungkin Tergoda?

Raffa keluar dari kamarnya dengan langkah tenang. Di lorong rumahnya yang panjang dan sejuk, ia berjalan sambil mengenakan jam di tangan kiri. Matanya memindai keadaan rumah dengan penuh kesadaran. Para pelayan sudah terlihat sibuk membereskan perabot, menyapu debu di perabotan, dan menyiapkan sarapan di dapur. Pemandangan itu bukan hal baru bagi Raffa. Itu adalah rutinitas yang selalu ia lihat sejak kecil dan entah mengapa, terasa begitu kosong.

Tangannya meraih gagang pintu kamar Arexa. Ia membukanya perlahan. Hening, tak ada siapa pun di dalam. Bahkan Meira pun tak terlihat. Hanya ruangan sunyi, dengan ranjang yang rapi dan udara yang masih menyimpan aroma lembut dari penghuninya.

Raffa melangkah masuk dengan dahi berkerut. Telinganya tiba-tiba menangkap suara gemericik air dari balik kamar mandi. Pandangannya pun berpaling ke arah pintu yang tertutup rapat itu.

"Sepertinya ... dia bukan wanita pemalas," gumamnya pelan, lalu duduk di tepi ranjang. Ia mengusap pelipisnya. Wanita yang malas mandi selalu membuatnya muak. Kehidupannya sudah terlalu sempurna untuk diganggu oleh aroma tubuh yang tak sedap.

Cklekk!

Kepalanya spontan terangkat. Tubuhnya menegang. Terlihat Arexa keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk putih yang melilit tubuh rampingnya. Rambut panjangnya meneteskan air, basah, dan ia mengibaskannya dengan cepat. Raffa tak bisa mengalihkan pandangan. Ia terpaku, jakunnya bergerak naik-turun, tatapan matanya dalam dan tak berkedip.

"Aaaaa! Kenapa Anda bisa ada di sini?!"

Teriak Arexa panik, satu tangan mencengkeram handuk di d4danya agar tidak jatuh. Ia melangkah mundur, refleknya seolah baru saja menangkap hantu.

Raffa langsung memalingkan wajah. Ia berdehem pelan, berusaha mengontrol dirinya yang mulai gugup. "Ehm ... saya datang untuk membicarakan sesuatu."

Ia berdiri. Langkahnya mendekat perlahan, membuat Arexa mundur setengah langkah. Mata pria itu tak lepas dari wajah pucat Arexa, tangan kanannya masuk ke saku celana, seolah tak ada yang aneh.

Langkahnya berhenti tepat di hadapan wanita yang kini tertunduk, tubuhnya gemetar. Raffa menarik napas dan menundukkan wajahnya, menatap langsung wajah panik itu. "Tenang saja. Saya tidak menyukai tubuh wanita yang ... tepos," ucapnya datar.

Arexa langsung melebarkan matanya. Ia mengangkat kepala hendak memprotes, tapi justru tatapannya bertemu tepat dengan wajah Raffa yang begitu dekat. Hidung mereka pun hampir bersentuhan.

"BUNDAAA! MEI DAPET LO—"

Raffa dan Arexa langsung menjauh dari satu sama lain. Mata mereka sama-sama tertuju pada Meira, yang kini berdiri di ambang pintu dengan ekspresi bingung dan polos.

Meira mendekat sambil menggenggam roti di tangannya. "Om Baik ngapain? Cali Mei yah? Mei balu ambil loti di dapul, di kacih Bibi. Cemua olang dicini baik, kacih makan Mei cama Bunda." ucap anak itu dengan riang.

Raffa tersenyum tipis. Ia berj0ngk0k, lalu mengulurkan tangan ke arah Meira, seolah ingin menyentuhnya tapi juga takut membuat gadis kecil itu takut. Tapi saat tangannya mendarat di kepala Meira dan mengacak pelan rambutnya, Meira malah tersenyum bahagia.

"Setelah ini ke ruang makan, ya? Kita sarapan bersama." Suaranya lembut, tak seperti tadi.

Saat Raffa berdiri dan melirik ke arah Arexa, wanita itu masih sibuk menahan handuknya yang nyaris melorot. Bahu dan pahanya yang terbuka cukup membuat tubuh Raffa bereaksi. Tapi ia menahan diri.

"Segeralah bersiap. Saya tak akan mungkin tergoda oleh tubuh teposmu itu," desisnya sebelum melangkah keluar kamar, meninggalkan Arexa yang kini bergumam geram dengan wajah memerah.

"Tepos?! Pria tidak normal pasti nggak akan tergoda sama tubuh wanita! Bahkan kalau ‘gunung’nya sebesar bola basket pun, gak bakal ngaruh, karena memang nggak normal!" gerutunya kesal.

Meira hanya memandangnya dengan polos sambil mengunyah roti di tangannya. "Ngoblol apa meleka ini? Nda ngelti Mei," gumamnya.

.

.

.

Di ruang makan suasana cukup tenang. Kecuali Meira, yang sedang berjuang dengan sendok di tangannya. Setelah merasa kesal, ia meletakkan sendok dan langsung mengambil ayam goreng, melahapnya dengan penuh semangat.

Raffa hanya mengamatinya. Tak ada rasa risih. Justru ia tampak terbiasa. Pandangannya kemudian beralih ke Arexa, yang hanya mengambil sedikit makanan. Raffa tak suka. Ia langsung berdiri, lalu mengambilkan sepiring nasi dan lauk tambahan, meletakkannya di piring Arexa.

Wanita itu tertegun. Matanya membelalak tak percaya. "Saya tak bisa menghabiskannya!" protes Arexa.

"Habiskan! Tubuhmu terlalu kurus. Bahkan angin pun bisa menerbangkanmu. Lihat, tulangmu kelihatan semua. Sudah seperti lidi, kau tahu?"

Arexa menggertakkan gigi. Ia makan dengan kesal, mengutuk Raffa dalam hati. Tapi benar—ia memang tak terbiasa makan banyak. Beberapa suap saja, perutnya sudah kembung.

Raffa hanya menatap diam, dengan sorot mata tajam. Arexa pun menatapnya dengan pasrah, "Saya sudah tak sanggup," lirih Arexa.

"Nda canggup? Nda papa, ada Mei bial Mei habiskan," ucap Meira sambil mengunyah. Ia langsung menarik piring Arexa ke hadapannya.

"Ayo anak-anak Mei cayang, macuklah ke dalam pelut becal ini," lanjutnya antusias.

Arexa spontan bersendawa keras. Wajahnya langsung memerah, ia menutup mulut dan memalingkan wajah dari Raffa. Sungguh tidak anggun. Sungguh ... memalukan.

Raffa menyesap air putih di gelasnya, lalu menatap Arexa. "Hari ini kita akan menemui dokter. Untuk membahas soal bayi tabung. Kamu sudah siap, kan?"

Arexa mengangguk cepat. "Ya! Saya siap!" jawabnya penuh semangat.

Raffa menyipitkan mata. "Kenapa dia semangat sekali? Apa karena uang yang ku janjikan? Hais ... semua wanita memang gil4 uang," batinnya kesal.

"Kalau begitu, bersiaplah. Adakah pakaian lain yang lebih pantas untuk kamu pakai? Jujur saja, mata saya sakit melihat baju murahan itu."

Arexa menunduk, menatap pakaian yang ia kenakan. Kaos lusuh dan celana jeans usang.

Apa yang salah?

"Di baju saya nggak ada jarum yang menyakiti mata Anda, Tuan," ucapnya polos.

"Kamu—" Raffa menghela napas keras, lalu pergi dari ruang makan, meninggalkan tatapan bingung dari Meira dan Arexa.

"Om Baik malah yah?" tanya Meira.

Arexa tersenyum. "Semut menggigitnya, jadi dia sedikit kesal. Habiskan, Meira sudah kenyang belum?"

Meira menggeleng. "Bunda, kita balu makan enak. Tiap hali kita makan enak, celu kan? Kalau Om Baik malah, kita di ucilnya ... nda ada makan enak lagi kita," ucap Meira polos.

Arexa tersenyum getir. "Dia itu seperti wanita, suka ngambek. Bunda akan bekerja lebih keras, agar kita bisa makan enak setiap hari, oke?"

Meira menggeleng lagi. "Cudah ada donatul, ngapain kelja? Kata Bu Lomlah, kelja kalau nda ada donatul. Culuh Om Baik adopci Bunda, bial kita makan enak tiap hali."

Arexa menutup wajahnya. "Meeeii ... kita bukan kucing yang bisa diadopsi," gumamnya pasrah.

Brak!

"Pakai ini."

Raffa kembali—meletakkan sebuah pakaian di kursi sebelah Arexa. Dress hijau lembut, elegan, dan pastinya mahal. Arexa menatap bingung, memegang pakaian itu dengan tangan gemetar.

"Kayak bajunya Nyi Lolo yah," gumam Meira sambil menatap dress itu takjub.

Arexa melirik ke arah Raffa. "Harus banget pakai ini? Sepertinya saya nggak akan nyaman. Lagian, ini baju siapa?"

"Milik siapa itu tidak penting, pakailah. Dress itu akan memudahkanmu saat proses pemeriksaan nanti."

"Heuh? Apa hubungannya?" Arexa kembali menatap dress di tangannya, bingung.

Raffa mengamati ekspresinya. "Dia ini sebenarnya ... b0d0h, atau pura-pura polos?" batinnya.

_______________________

Jangan lupa dukungannya kawaaan, terima kasih banyaaak🤩

Terpopuler

Comments

jumirah slavina

jumirah slavina

meleka lagi ngomongin ninja hatoli yg melewati gunung dan lembah Meimei...


🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2025-09-05

20

RaDja

RaDja

sederhananya rakyat kita cukup makan saja Alhamdulillah apalagi dapat bonus tempat nyaman Masya Allah
ga muluk-muluk
meski ada yang beberapa keblinger berhadapan dengan diposisikan menjadi kaya-raya hingga lupa asal muasal hingga bicara menyakiti sesama
ya sudahlah semoga semua selalu dalam kebaikan dalam segala situasi aamiin

2025-09-05

17

Srie Handayantie

Srie Handayantie

meimeii pinter juga ternyata yahh 👍👍 benerr Krena skrg ada donaturr tingal nikmati makan enak tidur nyenyak badan sehat dan senang . rugiii dong kalau gak di manfaatkan 🤣🤣👏

2025-09-05

10

lihat semua
Episodes
1 Dalam Pangkuan Sang CEO
2 Rahim Yang Tergadai
3 Perjanjian(Menikah)
4 Kehidupan Yang Berubah
5 Tak Mungkin Tergoda?
6 Program Bayi
7 Cara Minim Rasa Sakit
8 Ketakutan Arexa
9 Tetap Bayi Tabung
10 Tagihan
11 Wanita Yang Menari
12 Persiapkan Dirimu
13 Percobaan Yang Gagal
14 Panggilan Dekat
15 Hadiah Untuk Meira
16 Kekhawatiran Tania
17 Kepanikan Raffa
18 Pijatan Istri Kecil Raffa
19 Sebatas Istri Rahasia
20 Ketahuan?
21 Kecemburuan Raffa
22 Mulai Tak Terbiasa
23 Apa Yang Dia Lakukan Disini?!
24 Berdansa Bersama
25 Hukuman Untuk Istri Kecil
26 Malam Ini, Bisa Dong?
27 Lakukanlah! Aku ... siap
28 Noda Di Atas Seprai
29 Tentang Meira
30 Jamur-mu
31 Mulai Bergantung
32 Aku Kira Cukup Sekali
33 Akal-Akalan Raffa
34 Demam
35 Candaan Hangat
36 Bujukan Yang Gagal
37 Istri Kecil Raffa
38 Menolak Rasa
39 Kecurigaan Tania
40 Satu Nama Yang Menghancurkan Harapan
41 Mulai Menyadari
42 Hamil?
43 Kebimbangan Arexa
44 Aku Ingin Cerai
45 Kecurigaan Jingga
46 Kedatangan Nenek Cetar
47 Rencana Mama Mertua
48 Kepanikan Raffa
49 Setelah Ini, Istriku Kembali Kan?
50 Istri Kita Hilang
51 Tempat Persembunyian Tiga Istri
52 Pelukan Di Tengah Penyesalan
53 Periksa Kandungan
54 Jadi Calon Ayah Siaga
55 Karena Kamu Yang Mengisinya
56 Trombofilia
57 Kesepakatan Yang Berakhir
58 Sikap Manis Meira
59 Suntikan Untuk Joni
60 Harus LDM
61 Cincin Yang Melingkar Di Jari Manis
62 Menahan Diri
63 Si Terong
64 Kehebohan Ketiga Bocah
65 Kembali Ke Jakarta
66 Anting Yang Sama
67 Apa Kakak Ingin Kita Bercerai?
68 Aku Akan Membelamu Walau Dunia Menuduhmu
69 Saling Menguatkan
70 Hari Pertama Meira Sekolah
71 Perdebatan Karena Si Joni
72 Laki-laki Atau Perempuan?
73 Kecanggungan Raffa
74 Si Terong Dengan Tingkahnya
75 Wanita Bermata Abu
76 Kelahiran Keponakan
77 Ketegangan
78 Dendam Diego
79 Lahirnya Pewaris Mahendra
80 Kehidupan Setelah Menjadi Ayah
81 Tertangkap
82 Perpisahan Yang Menyakitkan
83 Pengacara Handal
84 Jangan Katakan Itu, Sayang
85 Sidang Tiba
86 Ketegangan Di Ruang Sidang
87 Panas
88 Perjuangan Devon
89 Terungkap
90 Rasa Kecewa Diego
91 Kembali Kumpul Bersama
92 Kebebasan Sepenuhnya
93 Jasa Gratis
94 Suami Enggak Peka
95 Kehebohan Keluarga Mahendra
96 Mencoba membujuk
97 Kenyataan Di Balik Darah
98 Hubungan Yang Terikat
99 Senja Yang Mengakhiri Kisah
100 Untuk Sayangku
101 CERITA BARU
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Dalam Pangkuan Sang CEO
2
Rahim Yang Tergadai
3
Perjanjian(Menikah)
4
Kehidupan Yang Berubah
5
Tak Mungkin Tergoda?
6
Program Bayi
7
Cara Minim Rasa Sakit
8
Ketakutan Arexa
9
Tetap Bayi Tabung
10
Tagihan
11
Wanita Yang Menari
12
Persiapkan Dirimu
13
Percobaan Yang Gagal
14
Panggilan Dekat
15
Hadiah Untuk Meira
16
Kekhawatiran Tania
17
Kepanikan Raffa
18
Pijatan Istri Kecil Raffa
19
Sebatas Istri Rahasia
20
Ketahuan?
21
Kecemburuan Raffa
22
Mulai Tak Terbiasa
23
Apa Yang Dia Lakukan Disini?!
24
Berdansa Bersama
25
Hukuman Untuk Istri Kecil
26
Malam Ini, Bisa Dong?
27
Lakukanlah! Aku ... siap
28
Noda Di Atas Seprai
29
Tentang Meira
30
Jamur-mu
31
Mulai Bergantung
32
Aku Kira Cukup Sekali
33
Akal-Akalan Raffa
34
Demam
35
Candaan Hangat
36
Bujukan Yang Gagal
37
Istri Kecil Raffa
38
Menolak Rasa
39
Kecurigaan Tania
40
Satu Nama Yang Menghancurkan Harapan
41
Mulai Menyadari
42
Hamil?
43
Kebimbangan Arexa
44
Aku Ingin Cerai
45
Kecurigaan Jingga
46
Kedatangan Nenek Cetar
47
Rencana Mama Mertua
48
Kepanikan Raffa
49
Setelah Ini, Istriku Kembali Kan?
50
Istri Kita Hilang
51
Tempat Persembunyian Tiga Istri
52
Pelukan Di Tengah Penyesalan
53
Periksa Kandungan
54
Jadi Calon Ayah Siaga
55
Karena Kamu Yang Mengisinya
56
Trombofilia
57
Kesepakatan Yang Berakhir
58
Sikap Manis Meira
59
Suntikan Untuk Joni
60
Harus LDM
61
Cincin Yang Melingkar Di Jari Manis
62
Menahan Diri
63
Si Terong
64
Kehebohan Ketiga Bocah
65
Kembali Ke Jakarta
66
Anting Yang Sama
67
Apa Kakak Ingin Kita Bercerai?
68
Aku Akan Membelamu Walau Dunia Menuduhmu
69
Saling Menguatkan
70
Hari Pertama Meira Sekolah
71
Perdebatan Karena Si Joni
72
Laki-laki Atau Perempuan?
73
Kecanggungan Raffa
74
Si Terong Dengan Tingkahnya
75
Wanita Bermata Abu
76
Kelahiran Keponakan
77
Ketegangan
78
Dendam Diego
79
Lahirnya Pewaris Mahendra
80
Kehidupan Setelah Menjadi Ayah
81
Tertangkap
82
Perpisahan Yang Menyakitkan
83
Pengacara Handal
84
Jangan Katakan Itu, Sayang
85
Sidang Tiba
86
Ketegangan Di Ruang Sidang
87
Panas
88
Perjuangan Devon
89
Terungkap
90
Rasa Kecewa Diego
91
Kembali Kumpul Bersama
92
Kebebasan Sepenuhnya
93
Jasa Gratis
94
Suami Enggak Peka
95
Kehebohan Keluarga Mahendra
96
Mencoba membujuk
97
Kenyataan Di Balik Darah
98
Hubungan Yang Terikat
99
Senja Yang Mengakhiri Kisah
100
Untuk Sayangku
101
CERITA BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!