Kehidupan Yang Berubah

Raffa mengantar Arexa ke kos milik wanita itu untuk mengambil barang-barang yang akan dibawa ke kediamannya. Meski sempat terjadi perdebatan kecil, akhirnya Arexa menurut. Ia menyetujui untuk tinggal sementara di rumah pria itu—tempat yang tidak pernah ia bayangkan akan menjadi persinggahannya.

Suasana di dalam mobil terasa hening. Henry menyetir dengan kaku, seolah takut menimbulkan suara.

“Apa benar belok sini?” tanya Henry, memecah kesunyian.

Arexa mengangguk singkat. “Ya. Nanti saya turun di depan saja. Kalian bisa menunggu di sini,” pesannya kepada Raffa dan Henry.

Henry menghentikan mobil di depan sebuah gapura. Arexa segera turun, meninggalkan Meira yang masih tertidur di dalam. Karena tak ada sandaran lain, gadis kecil itu bersandar pada lengan Raffa. Bahkan, dengan polosnya, ia menarik lengan pria itu dan memeluknya erat.

Henry melirik dari kaca spion tengah. Ia hanya bisa tersenyum geli melihat wajah bosnya yang tampak kaku. “Apa perlu disingkirkan, Tuan?” tanyanya menahan tawa.

“Biarkan saja, tidak berat,” balas Raffa santai, mencoba mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela.

Tak lama, Arexa kembali. Ia hanya membawa satu ransel di punggungnya. Tatapannya celingak-celinguk, seperti mencari sesuatu, sebelum masuk ke dalam mobil. Ia duduk di kursi belakang, meletakkan tasnya di kakinya—padahal bangku depan di sebelah Henry kosong. Anehnya, Raffa juga ikut duduk di belakang, bersamanya.

“Hanya itu?” tanya Raffa memastikan.

Arexa mengangguk pelan. “Ya. Tas ini hanya berisi pakaian saya dan Meira. Kami tidak punya banyak barang, jadi tidak perlu membawa terlalu banyak.”

Ia mencoba menarik Meira agar bersandar padanya. Namun, seolah sudah menemukan ‘bantal’ yang nyaman, Meira kembali menempel pada Raffa dan memeluk tangan pria itu sebagai gulingnya.

“Mei …,” bisik Arexa panik, khawatir Raffa akan terganggu atau bahkan marah.

“Jangan ganggu. Mei balu bica tidur. Nanti kalau bangun peli tidulnya pelgiiii,” rengek Meira dengan mata masih tertutup.

“Biarkan saja. Kenapa kamu sibuk sekali mengganggu orang tidur, huh?” Raffa justru menegur Arexa, bukan Meira. Ucapannya membuat wanita itu terdiam, menunduk tanpa kata.

Raffa menghela napas, memandang ke arah Henry yang menunggu aba-aba. “Jalan, Hen.”

Mobil pun kembali melaju, menuju kediaman Raffa. Sepanjang perjalanan, keheningan kembali menyelimuti. Sesekali, Meira memperbaiki posisi tidurnya, tanda bahwa ia tidak nyaman. Namun, meski ditarik-tarik, Raffa membiarkan saja lengannya menjadi bantal gadis kecil itu. Tatapannya justru tertuju pada tas ransel Arexa—satu-satunya harta wanita itu.

“Dia tak punya apa-apa lagi selain anak ini dan satu tas ransel. Ke mana keluarganya? Kenapa bisa sampai terlantar begini?” batin Raffa.

“Oh ya, kapan buat anaknya?” ucap Arexa tiba-tiba.

Henry tersedak ludahnya sendiri. Raffa bahkan sampai menoleh cepat, matanya terbelalak lebar tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

“Bisakah kamu mengerti situasi?” desis Raffa kesal.

Arexa melirik Henry, lalu kembali menatap Raffa dengan wajah tanpa salah. “Maaf. Saya hanya bertanya. Apa salahnya?”

Raffa memegang keningnya yang terasa panas. “Astaga … wanita aneh macam apa yang aku nikahi ini …,” gumamnya frustasi.

.

.

.

Begitu sampai di kediaman Raffa, Arexa segera turun dari mobil. Matanya memandang takjub pada rumah di hadapannya—begitu mewah dan luas. Tak aneh, mengingat Raffa adalah seorang CEO sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar.

“Bunda ...,” Meira turun dari mobil sambil mengucek matanya. Ia masih linglung, baru saja bangun tidur. Cepat-cepat, Arexa menggendongnya.

“Masuklah,” ujar Raffa singkat. Ia berjalan lebih dulu, disambut oleh para pelayan yang telah bersiap.

Arexa mengikuti dari belakang, matanya terus memperhatikan setiap sudut rumah yang kini akan menjadi tempat tinggal sementaranya. Raffa membawanya ke sebuah kamar. Ia membuka pintu dan mempersilakan Arexa masuk.

Kamar itu luas, berkali-kali lipat lebih besar dari kamar kosan lamanya. Terlalu mewah untuk seseorang sepertinya.

“Ini kamarmu dan putrimu. Kalian akan tinggal di sini sampai perjanjian kita selesai,” kata Raffa dingin.

Arexa menurunkan Meira ke ranjang, lalu memutar tubuh dan menatap pria itu. “Terima kasih banyak. Berkat Anda … saya bisa mempertahankan cahaya saya. Karena hanya Meira ... satu-satunya alasan saya tetap hidup sampai sekarang.”

Raffa mengalihkan pandangannya, seolah tak nyaman mendengar kata-kata penuh rasa itu. “Ya, sama-sama. Setelah istirahat, pergilah ke ruang makan. Pelayan akan menyiapkan makan malam untuk kalian.”

Setelah itu, Raffa berbalik dan pergi, meninggalkan Arexa yang menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Ia menatap langit-langit kamar dengan senyum tipis. Hari ini ... sepertinya aku bisa tidur dengan tenang.

Malam pun tiba. Raffa mengajak Arexa dan Meira makan malam. Keduanya sudah berganti pakaian. Arexa lebih dulu membantu Meira duduk sebelum dirinya mengambil tempat duduk sendiri.

Namun, Raffa menatapnya lama. Matanya mengerut, menunjukkan ketidaksetujuan. “Untuk apa kamu pakai pakaian terbuka seperti itu?” tanyanya ketus.

Arexa menunduk, lalu menatapnya dengan tenang. “Bukankah Anda sudah tahu? Saya bekerja part-time di klub. Hanya mengantar pesanan tamu.”

Raffa memijat pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut. “Mulai sekarang, berhentilah bekerja. Dari klub, juga dari perusahaan.”

Tubuh Arexa menegang. Matanya membulat tak percaya. “Kalau saya tidak bekerja, bagaimana saya bisa bertahan hidup?”

“Apa kamu lupa? Saya menjamin semua kebutuhanmu dan putrimu selama kesepakatan itu berjalan. Setelah itu selesai, kita tidak akan saling mengenal lagi. Jadi, manfaatkan waktu ini. Karena nasibmu bisa berubah ... jika kamu berhasil memberikan saya seorang bayi laki-laki.”

Kata-katanya menampar telinga Arexa, meski ia tahu sejak awal inilah konsekuensinya. Setelah kesepakatan ini, ia akan kehilangan pekerjaan dan mungkin harus pergi dari kota ini. Tapi … kalau berhasil, ia bisa mendapatkan uang 300 juta—cukup untuk hidup dan membiayai Meira.

“Ngoblolnya udah belum? Makanannya diangguliiin, kacian ... belcediiih melekaaa!” seru Meira polos, membuat suasana berubah seketika.

Raffa mengambil sepiring sate dan memberikannya pada Meira. Gadis kecil itu dengan semangat mengambil dua tusuk dan meletakkannya di piringnya. Lalu, ia mengambil dua tusuk lagi dan meletakkannya di piring Arexa.

Sebelum makan, Meira memandang Raffa dengan mata lembut. “Om baik. Telima kaciiih. Plia tampan celalu baik. Benel kata Bu Lomlah,” ucap Meira polos, membuat Raffa tanpa sadar tersenyum.

“Mei, jangan banyak bicara. Ayo makan,” tegur Arexa pelan. Ia takut ucapan putrinya membuat Raffa tidak nyaman.

Meira melahap sate dengan semangat. Rasa daging bakar itu membuat lidah kecilnya menari. Sudah lama ia tidak makan seperti ini. Bahkan, baru dua tusuk saja sudah membuatnya begitu senang. Dengan ragu, ia melirik pada Raffa.

“Om Baik … Mei boleh ambil lagi catenya?”

“Mei …,”

“Tentu boleh. Kamu bisa habiskan satu piring ini. Kalau kurang, nanti pelayan akan tambahkan,” sela Raffa sambil mendekatkan sepiring penuh sate ke hadapan Meira.

Mata Meira tampak berbinar. Ia bahkan menahan tangis haru di matanya yang kecil. “Makan cate boleh banyak tucuk yah? Mei balu tahu …,” katanya sambil menatap Arexa yang kini menunduk dengan mata basah.

“Bunda … biaca kita makan cuman dua. Kan bunda belinya cetengah polciii, cekalang kita makan catu polcii becaaal!” seru Meira riang.

Arexa membuang pandangannya. Ia menyeka air mata yang tak bisa ia tahan. Perasaannya sesak. Seolah ada batu menghantam jantungnya.

Raffa memperhatikannya lekat. Ia bisa melihat luka yang dalam di balik tatapan itu. “Banyak hal yang tidak aku ketahui tentangnya. Dia punya anak … tapi tak ada akta cerai saat kami menikah. Itu artinya … ada seorang pria yang lari dari tanggung jawab? Ataukah dulu, wanita ini … mantan wanita malam?” batin Raffa.

Pikirannya berkecamuk. Tapi untuk malam ini, ia memilih diam. Biarlah waktu yang menjawab siapa sebenarnya wanita yang ia jadikan sebagai ibu dari keturunannya nanti.

__________________________

Hari ini 5 baaaab yah😆 mumpung othooor libur🤩

Ramaikan komen kawaaaan😍

Terpopuler

Comments

Sleepyhead

Sleepyhead

Raffa, Istrimu itu masih original 🤭😁 alias bersegel masa kamu ga peka, kemarin saja saat dimobil dia bertanya kapan buat Anak 🤭 kalau wanita yg sdh berpengalaman tentunya dia bisa memposisikan situasi saat bertanya kapan topik 17 keatas bs di proses 🤣
kelihatan sekali Rexa masih amatir
dia pikir membuat anak seperti membuat cetakan agar kali 🤣

2025-09-05

31

jumirah slavina

jumirah slavina

s' MeiMei walaupun tidur tau aja bau parfum laki² tampan kaya raya

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2025-09-05

12

Sleepyhead

Sleepyhead

Gua rasa Raffa juga pasti sdh menyelidiki track record behind story of Rexa, sepertinya ga masuk akal seorang Raffa mengambil keputusannya dengan gegabah tanpa menyelidiki lebih dahulu siapa Arexa...

2025-09-05

12

lihat semua
Episodes
1 Dalam Pangkuan Sang CEO
2 Rahim Yang Tergadai
3 Perjanjian(Menikah)
4 Kehidupan Yang Berubah
5 Tak Mungkin Tergoda?
6 Program Bayi
7 Cara Minim Rasa Sakit
8 Ketakutan Arexa
9 Tetap Bayi Tabung
10 Tagihan
11 Wanita Yang Menari
12 Persiapkan Dirimu
13 Percobaan Yang Gagal
14 Panggilan Dekat
15 Hadiah Untuk Meira
16 Kekhawatiran Tania
17 Kepanikan Raffa
18 Pijatan Istri Kecil Raffa
19 Sebatas Istri Rahasia
20 Ketahuan?
21 Kecemburuan Raffa
22 Mulai Tak Terbiasa
23 Apa Yang Dia Lakukan Disini?!
24 Berdansa Bersama
25 Hukuman Untuk Istri Kecil
26 Malam Ini, Bisa Dong?
27 Lakukanlah! Aku ... siap
28 Noda Di Atas Seprai
29 Tentang Meira
30 Jamur-mu
31 Mulai Bergantung
32 Aku Kira Cukup Sekali
33 Akal-Akalan Raffa
34 Demam
35 Candaan Hangat
36 Bujukan Yang Gagal
37 Istri Kecil Raffa
38 Menolak Rasa
39 Kecurigaan Tania
40 Satu Nama Yang Menghancurkan Harapan
41 Mulai Menyadari
42 Hamil?
43 Kebimbangan Arexa
44 Aku Ingin Cerai
45 Kecurigaan Jingga
46 Kedatangan Nenek Cetar
47 Rencana Mama Mertua
48 Kepanikan Raffa
49 Setelah Ini, Istriku Kembali Kan?
50 Istri Kita Hilang
51 Tempat Persembunyian Tiga Istri
52 Pelukan Di Tengah Penyesalan
53 Periksa Kandungan
54 Jadi Calon Ayah Siaga
55 Karena Kamu Yang Mengisinya
56 Trombofilia
57 Kesepakatan Yang Berakhir
58 Sikap Manis Meira
59 Suntikan Untuk Joni
60 Harus LDM
61 Cincin Yang Melingkar Di Jari Manis
62 Menahan Diri
63 Si Terong
64 Kehebohan Ketiga Bocah
65 Kembali Ke Jakarta
66 Anting Yang Sama
67 Apa Kakak Ingin Kita Bercerai?
68 Aku Akan Membelamu Walau Dunia Menuduhmu
69 Saling Menguatkan
70 Hari Pertama Meira Sekolah
71 Perdebatan Karena Si Joni
72 Laki-laki Atau Perempuan?
73 Kecanggungan Raffa
74 Si Terong Dengan Tingkahnya
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Dalam Pangkuan Sang CEO
2
Rahim Yang Tergadai
3
Perjanjian(Menikah)
4
Kehidupan Yang Berubah
5
Tak Mungkin Tergoda?
6
Program Bayi
7
Cara Minim Rasa Sakit
8
Ketakutan Arexa
9
Tetap Bayi Tabung
10
Tagihan
11
Wanita Yang Menari
12
Persiapkan Dirimu
13
Percobaan Yang Gagal
14
Panggilan Dekat
15
Hadiah Untuk Meira
16
Kekhawatiran Tania
17
Kepanikan Raffa
18
Pijatan Istri Kecil Raffa
19
Sebatas Istri Rahasia
20
Ketahuan?
21
Kecemburuan Raffa
22
Mulai Tak Terbiasa
23
Apa Yang Dia Lakukan Disini?!
24
Berdansa Bersama
25
Hukuman Untuk Istri Kecil
26
Malam Ini, Bisa Dong?
27
Lakukanlah! Aku ... siap
28
Noda Di Atas Seprai
29
Tentang Meira
30
Jamur-mu
31
Mulai Bergantung
32
Aku Kira Cukup Sekali
33
Akal-Akalan Raffa
34
Demam
35
Candaan Hangat
36
Bujukan Yang Gagal
37
Istri Kecil Raffa
38
Menolak Rasa
39
Kecurigaan Tania
40
Satu Nama Yang Menghancurkan Harapan
41
Mulai Menyadari
42
Hamil?
43
Kebimbangan Arexa
44
Aku Ingin Cerai
45
Kecurigaan Jingga
46
Kedatangan Nenek Cetar
47
Rencana Mama Mertua
48
Kepanikan Raffa
49
Setelah Ini, Istriku Kembali Kan?
50
Istri Kita Hilang
51
Tempat Persembunyian Tiga Istri
52
Pelukan Di Tengah Penyesalan
53
Periksa Kandungan
54
Jadi Calon Ayah Siaga
55
Karena Kamu Yang Mengisinya
56
Trombofilia
57
Kesepakatan Yang Berakhir
58
Sikap Manis Meira
59
Suntikan Untuk Joni
60
Harus LDM
61
Cincin Yang Melingkar Di Jari Manis
62
Menahan Diri
63
Si Terong
64
Kehebohan Ketiga Bocah
65
Kembali Ke Jakarta
66
Anting Yang Sama
67
Apa Kakak Ingin Kita Bercerai?
68
Aku Akan Membelamu Walau Dunia Menuduhmu
69
Saling Menguatkan
70
Hari Pertama Meira Sekolah
71
Perdebatan Karena Si Joni
72
Laki-laki Atau Perempuan?
73
Kecanggungan Raffa
74
Si Terong Dengan Tingkahnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!