Perubahan drastis

Sudah beberapa hari berlalu. Kondisi Aryan perlahan semakin membaik. Untungnya, Doni adalah asisten yang sangat bisa diandalkan. Dia benar-benar menjaga pola makan Aryan juga memastikan Aryan minum obat tepat waktu sehingga penyakit perut Aryan tidak kambuh lagi.

Pagi ini, sebelum berangkat untuk meninjau lokasi proyek, Aryan menyempatkan diri untuk sarapan. Sesekali, dia mengintip ponselnya. Berharap, layar datar itu akan menyala sendiri dan menampilkan pesan dari Anjani.

Sayangnya, hal itu tidak terjadi. Pagi ini, masih sama dengan pagi yang kemarin. Sepi. Dingin. Tanpa ada kabar sedikit pun dari Anjani.

"Tuan!" tegur Doni.

Aryan tersentak. Tatapan matanya langsung lepas dari ponsel yang teronggok disamping kirinya.

"Ya, kenapa?" tanya Aryan.

"Apa Tuan ingin sarapan bersama Nona Luna?"

"Dimana dia?"

"Sepertinya, masih tidur."

Mendengar jawaban Doni, Aryan diam sejenak. Luna masih tidur. Dan, hal itu sedikit menganggu dalam benak Aryan.

Luna selalu mengatakan bahwa dia sangat mencintai Aryan. Tapi, kenapa jika memang benar cinta, Luna tidak pernah mau mempersiapkan segala perlengkapan Aryan sebelum berangkat kerja? Padahal, selama puluhan hari ini, mereka sudah tinggal di apartemen yang sama meski masih berbeda kamar.

Luna bahkan tidak pernah mengingatkan dia untuk minum obat tepat waktu. Bahkan, saat Aryan lelah pun, Luna selalu menuntut untuk ditemani berbelanja sepuasnya. Gadis pujaannya itu hanya terus memikirkan kebahagiaan sendiri dan seolah abai pada perasaan Aryan.

"Kalau begitu, tidak usah bangunkan dia. Kau saja yang temani aku untuk sarapan."

Doni mengangkat kedua alisnya dengan heran. Baru kali ini, dia melihat Aryan tidak khawatir terhadap Luna. Padahal, biasanya Aryan selalu khawatir jika Luna tidak sarapan tepat waktu.

"Anda tidak takut jika Nona Luna sakit karena melewatkan sarapan?"

"Kalau sakit, tinggal periksa ke dokter. Beres, kan?"

Doni tampak nyengir. Ya, terserah saja! Doni tak mau terlalu ikut campur dalam urusan asmara sang atasan.

"Ngomong-ngomong... apa Anjani pernah menanyakan kabarku kepadamu?"

Sambil mengunyah makanannya, Doni menjawab, "tidak pernah."

Ah, hati Aryan mendadak jadi tak enak lagi. Rasanya benar-benar seperti ada ruang kosong yang tercipta dalam hatinya. Dia belum terbiasa dengan dunia dimana tak ada Anjani yang mengisinya. Dia belum terbiasa hidup tanpa tingkah laku Anjani yang penuh cinta dan perhatian.

Hari itu, Aryan sangat sibuk. Pun dengan hari-hari berikutnya. Dia bahkan harus bekerja lembur demi memeriksa banyak dokumen yang terkait dengan proyek yang tengah mereka kerjakan sekarang.

Hingga tanpa terasa, waktu kepulangan pun sebentar lagi akan tiba.

*

*

*

"Sudah delapan puluh hari," gumam Anjani sambil menyilang tanggal pada kalender.

Hari ini, sudah hari ke-80. Yang artinya, perceraian sudah semakin dekat.

Perempuan itu tampak sedang sibuk mengikat pinggang celananya dengan tali sepatu. Hari ini, dia akan keluar bersama Anushka. Dan, celana itu satu-satunya celana yang masih bisa dia pakai.

Celana-celana yang lain sudah tak memungkinkan untuk dipakai lagi. Pinggangnya benar-benar sangat longgar. Jika dipaksa dipakai, maka akan kedodoran.

"Anjani, hari ini kamu berjanji akan menimbang berat badan dan bercermin lagi. kamu nggak akan ingkar janji, kan?" tanya Anushka dengan mata menyipit tajam.

Awas saja jika Anjani berani membohonginya. Dia akan membuat perhitungan dengan sahabat baiknya itu.

"Tapi, Anushka... Aku..."

"Tidak ada tapi-tapian. Cepat buka semua koran-koran itu!" titah Anushka dengan tegas.

Dia sangat benci ketika hendak bercermin dan hanya melihat lembaran koran yang ditempel asal-asalan untuk menutupi cermin itu. Padahal, dalam hidup Anushka, cermin adalah segalanya.

Bagaimana bisa dia mengagumi kecantikannya tanpa bercermin?

Anjani menghela napas dalam-dalam. Dia terpaksa menuruti permintaan Anushka. Janji tetap janji, kan?

Tangan Anjani terulur ke depan dengan sedikit gemetar. Perasaan takut mulai menghantuinya. Bagaimana, jika dirinya ternyata masih tetap sama dengan dia yang 80 puluh hari lalu? Itu sama saja, dengan membantai harga diri sendiri hingga benar-benar mati.

"Ish, lama! Biar aku saja!"

Karena Anjani dirasa terlalu lelet, maka Anushka yang maju dan langsung menarik koran-koran itu hingga lepas. Anjani reflek menutup mata. Terlalu takut melihat makhluk buruk rupa yang akan terlihat lewat pantulan cermin.

"Buka matamu, Anjani! Kamu harus lihat, betapa cantik dan indahnya kamu saat ini. Kamu bahkan jauh lebih cantik dibanding gadis remaja yang dulu sering sekali ikut dihukum bersamaku."

Anjani menggeleng takut. Dia reflek berbalik badan dengan gugup.

"Ayolah, Anjani! Masa' kamu nggak percaya padaku, sih? Memangnya, sejak kapan aku berani berbohong padamu?"

Pertahanan Anjani mulai goyah. Pelan-pelan, dia berusaha mengusir ketakutan yang sejatinya dia tahu hanya berada didalam kepalanya saja.

Ketakutan itu bisa saja tidak terbukti. Pasalnya, Anjani juga merasakan jika tubuhnya kini terasa jauh lebih ringan dibanding yang dulu. Lengan dan pahanya juga serasa mengecil. Dan, perubahannya Anjani rasa cukup drastis.

"Baiklah," angguk Anjani. "Aku akan lihat."

Keringat dingin mulai membasahi dahi Anjani. Dengan kaki yang terasa sangat berat, dia memaksakan diri untuk berbalik menghadap ke arah cermin.

Tinjunya terkepal dengan erat. Bulu matanya sedikit bergetar seiring Saliva yang semakin sulit untuk ditelan.

"Anushka... i-itu aku?"

Suara Anjani bergetar. Matanya yang mulai memerah langsung bersirobok dengan mata yang juga balas menatapnya melalui pantulan cermin. Dia memegang wajahnya yang perlahan menghangat. Tersenyum dengan takjub melihat penampakan dirinya yang sekarang.

"Bagaimana?" tanya Anushka. Dia memegang kedua pundak Anjani dari belakang. "Aku nggak bohong, kan? Sekarang, kamu bahkan jauh lebih cantik dibanding Anjani yang dulu aku kenal. Dan, lihatlah bentuk tubuhmu! Dengan bentuk tubuh seperti ini, kamu bisa mendapatkan lelaki manapun dengan mudah setelah bercerai nanti."

Tubuh dengan tinggi 172 cm itu terlihat sangat indah. Pinggangnya sangat tipis. Namun, pada beberapa bagian tubuh tertentu, justru terlihat cukup berisi.

Terutama, pada bagian bokong dan dada.

Kulit seputih susu yang tampak sangat mulus juga tak kalah indah. Belum lagi, wajah yang sudah secerah masa depan itu, benar-benar tampak menghipnotis. Dihiasi dengan bibir tipis, hidung bangir, mata bulat, dan alis yang sedikit tebal, membuat wajah itu terlihat sangat sempurna.

"Anushka... Aku berhasil," lirih Anjani yang kini sudah mulai menangis.

"Ya, kamu berhasil. Kerja bagus, Anjani ku, Sayang!" puji Anushka yang juga ikut menangis. "Sekarang, kamu sudah siap untuk benar-benar bekerja di perusahaan keluargaku, kan?"

Anjani mengangguk. Tentu saja dia sudah siap. Mulai sekarang, dia harus mencari pijakan dan pegangannya sendiri.

"Anjani!!"

Teriakan dari lantai bawah tiba-tiba terdengar. Dua sahabat baik itu pun reflek saling tatap dalam kebingungan.

"Itu siapa, Anjani?" tanya Anushka.

"Sepertinya, itu Ayahku," jawab Anjani dengan perasaan campur aduk.

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

gitu dong Jani... biar si kutu kupret menyesal siapa yg lebih cantik sekarang...

2025-10-30

0

Parti Barokah

Parti Barokah

Nah gitu dong anjani,buat blingsatannitu si kutu kupret dan ulet bulu blingsatan 😡😡😡

2025-11-03

0

Tasmiyati Yati

Tasmiyati Yati

bangkit Anjani singkirkan para pelakor dan sadarkan ayahmu yg lagi tersesat

2025-11-05

0

lihat semua
Episodes
1 Permintaan Pahit
2 Awal perubahan
3 Empat puluh hari
4 Dua perbedaan
5 Perubahan drastis
6 Permintaan Papa
7 Atasan baru
8 Pinjam Apartemen
9 Perasaan gelisah
10 Pulang
11 Pengunduran diri!
12 Semakin berubah
13 Awal perlawanan
14 Makan malam
15 Pengumuman di depan semua orang
16 Mengikuti Anjani
17 Ditolak istri
18 Tak mau kalah
19 Tanda tangan
20 Amukan Mama
21 Tidak lagi
22 Tak bisa diperbaiki
23 Janji
24 Masih ada Anushka
25 Perhatian atasan
26 Maaf
27 Tersangka
28 Akan sembuh
29 Meninggalkan rumah
30 Alasan agar menginap
31 Awal jatuh cinta
32 Mengusir Luna
33 Menuntut naik status
34 Upaya pembunuhan Mariana
35 Rencana jual saham
36 Musuh dari musuh
37 Sah bercerai
38 Akta cerai
39 Niat berkunjung
40 Zat beracun misterius
41 Rencana pernikahan
42 Kena getahnya
43 Fakta baru
44 Kedatangan Luna
45 Kena tampar
46 Asal-usul Sandra
47 Tuduhan di hari ulangtahun Luna
48 Terbakar cemburu
49 Kacau
50 Adegan dalam drama
51 Hadiah tutup mulut
52 Mulai curiga
53 Saham Anjani
54 Musuh dari musuh adalah teman
55 Kekalutan Sandra
56 Bukan dia
57 Ada yang cemburu
58 Sifat asli Luna
59 Batal nikah?
60 Kejutan untuk Anton pt. 1
61 Kejutan untuk Anton pt. 2
62 Kemunculan Mariana
63 Jatuh
64 Keturunan asli Syailendra
65 Bunga kesukaannya
66 Ingin menikahi Anjani
67 Tak ingin dia lagi
68 Bella yang frustasi
69 Tiba-tiba
70 Pertemuan keluarga
71 Serangan untuk Anton
72 Lima miliar
73 Tentang dia
74 Belum pacaran
75 Dia yang memuja
76 Jatuh cinta?
77 Anakku, Anjani.
78 Akuisisi
79 Benar-benar bangkrut
80 Terungkapnya kebohongan
81 Gagal berbohong
82 Meninju Luna
83 Sambutan tak biasa
84 Bujukan Kakek Anushka
85 Kesempatan untuk membahagiakan kamu
86 Dianggap ada
87 Tidak ingat
88 Mencari bantuan
89 Kejutan untuk Anjani
90 Tertangkap bersama
91 Balas dua kali lipat
92 Uang Sandra
93 Ketakutan terbesar
94 Ide jadi pengemis
95 Pengumuman lamaran
96 Interogasi
97 Jari telunjuk
98 Detik-detik
99 Nostalgia
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Permintaan Pahit
2
Awal perubahan
3
Empat puluh hari
4
Dua perbedaan
5
Perubahan drastis
6
Permintaan Papa
7
Atasan baru
8
Pinjam Apartemen
9
Perasaan gelisah
10
Pulang
11
Pengunduran diri!
12
Semakin berubah
13
Awal perlawanan
14
Makan malam
15
Pengumuman di depan semua orang
16
Mengikuti Anjani
17
Ditolak istri
18
Tak mau kalah
19
Tanda tangan
20
Amukan Mama
21
Tidak lagi
22
Tak bisa diperbaiki
23
Janji
24
Masih ada Anushka
25
Perhatian atasan
26
Maaf
27
Tersangka
28
Akan sembuh
29
Meninggalkan rumah
30
Alasan agar menginap
31
Awal jatuh cinta
32
Mengusir Luna
33
Menuntut naik status
34
Upaya pembunuhan Mariana
35
Rencana jual saham
36
Musuh dari musuh
37
Sah bercerai
38
Akta cerai
39
Niat berkunjung
40
Zat beracun misterius
41
Rencana pernikahan
42
Kena getahnya
43
Fakta baru
44
Kedatangan Luna
45
Kena tampar
46
Asal-usul Sandra
47
Tuduhan di hari ulangtahun Luna
48
Terbakar cemburu
49
Kacau
50
Adegan dalam drama
51
Hadiah tutup mulut
52
Mulai curiga
53
Saham Anjani
54
Musuh dari musuh adalah teman
55
Kekalutan Sandra
56
Bukan dia
57
Ada yang cemburu
58
Sifat asli Luna
59
Batal nikah?
60
Kejutan untuk Anton pt. 1
61
Kejutan untuk Anton pt. 2
62
Kemunculan Mariana
63
Jatuh
64
Keturunan asli Syailendra
65
Bunga kesukaannya
66
Ingin menikahi Anjani
67
Tak ingin dia lagi
68
Bella yang frustasi
69
Tiba-tiba
70
Pertemuan keluarga
71
Serangan untuk Anton
72
Lima miliar
73
Tentang dia
74
Belum pacaran
75
Dia yang memuja
76
Jatuh cinta?
77
Anakku, Anjani.
78
Akuisisi
79
Benar-benar bangkrut
80
Terungkapnya kebohongan
81
Gagal berbohong
82
Meninju Luna
83
Sambutan tak biasa
84
Bujukan Kakek Anushka
85
Kesempatan untuk membahagiakan kamu
86
Dianggap ada
87
Tidak ingat
88
Mencari bantuan
89
Kejutan untuk Anjani
90
Tertangkap bersama
91
Balas dua kali lipat
92
Uang Sandra
93
Ketakutan terbesar
94
Ide jadi pengemis
95
Pengumuman lamaran
96
Interogasi
97
Jari telunjuk
98
Detik-detik
99
Nostalgia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!