2 Lunebridge City

“Hadirin yang terhormat, selamat datang di Lunebridge City. Waktu setempat menunjukkan pukul 16:35 dengan cuaca cerah dan suhu 21 derajat Celsius. Terima kasih telah terbang bersama kami, semoga perjalanan Anda menyenangkan.”

Pesawat berguncang halus saat roda menyentuh landasan. Suara gesekan ban terdengar, lalu perlahan melambat hingga berhenti. Lampu sabuk pengaman padam, penumpang segera berdiri, membuka bagasi kabin, suara koper dan tas saling bertabrakan.

Leon tidak terburu-buru. Ia bangkit dengan tenang, menarik koper hitam polos dari bagasi atas, lalu menutupnya kembali. Tanpa menoleh, ia melangkah keluar mengikuti arus penumpang.

Di sampingnya, wanita itu cepat-cepat merapikan rambut dan pakaiannya. Jantungnya masih berdegup kencang, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang ditinggalkan percakapan singkat sebelumnya.

Di ruang kedatangan bandara yang ramai, orang-orang berlalu-lalang dengan koper dan telepon di tangan mereka. Leon berjalan lurus, tatapannya tajam, auranya membuat orang-orang tanpa sadar menyingkir dari jalannya.

Tiba-tiba—

“Hei tunggu!”

Suara itu terdengar jelas di tengah keramaian. Leon berhenti. Perlahan ia menoleh. Dari kejauhan, wanita cantik berambut sebahu tadi berlari kecil sambil menahan tas di pelukannya.

Leon menatapnya dingin. “Oh, wanita dengan selera yang buruk?”

Wanita itu terhenti beberapa langkah di depannya. Nafasnya sedikit terengah, tapi matanya yang berani menatap balik. “Aku punya nama. Virelia Vanesa, itu namaku!”

Leon mengangkat alis tipis, ekspresinya tidak berubah. "Apa aku harus tahu namamu?"

Virelia menggigit bibirnya sesaat, lalu tersenyum kaku. “Y-ya, Karena aku tidak ingin kau mengingatku dengan julukan aneh itu."

“Itu tidak menjamin aku akan mengingatmu selama itu.”

Virelia terkekeh pelan, meski hatinya selalu tertusuk oleh sikap dingin Leon. “Kalau begitu… mungkin ini bisa membantu.” Ia mengeluarkan sebuah kertas kecil dari tasnya, lalu menuliskan angka dengan cepat. Ia menyodorkannya dengan tangan yang sedikit gemetar.

Leon melirik kartu itu sekilas. “Nomor telepon?”

“Ya.” Virelia mencoba tersenyum alami. “Kalau… kau butuh seseorang untuk bicara, atau sekadar butuh rekomendasi novel. Anggap saja… itu sebagai permintaan maafku karena mengganggumu tadi di pesawat.”

Leon menatap kartu itu lama, lalu mengambilnya tanpa ekspresi, menyelipkannya ke dalam saku jasnya. “Aku jarang butuh orang lain. Jadi jangan berharap aku akan menghubungimu.”

“Aku tahu,” Virelia membalas dengan nada lembut, meski sedikit getir.

Sejenak, keheningan jatuh di antara mereka. Lalu Leon mengangguk singkat, tanda pamit. Ia berbalik, melangkah masuk ke keramaian bandara, sosoknya tenggelam namun tetap menonjol di antara manusia lain.

Virelia berdiri mematung, memandangi punggung tegap itu. Bibirnya berbisik nyaris tanpa suara.

“…Dia… pria tertampan yang pernah kutemui..." Matanya sedikit berkilau, senyum samar terukir di wajahnya. “Seperti pangeran yang keluar dari novel.”

...

Di luar, malam mulai turun. Leon masuk ke dalam sebuah taksi, duduk bersandar dengan wajah datar sambil memberi petunjuk supir taksi akan tempat tujuannya.

Leon duduk dengan sikap tenang, namun jemarinya menggenggam erat lututnya. Dari balik kaca jendela, ia melihat kota yang tak pernah benar-benar berubah. Indah, megah, penuh kehidupan—namun bagi Leon, setiap sudutnya menyimpan bekas luka terdalam.

'Sudah lima belas tahun lamanya…' gumamnya dalam hati. 'Dan semuanya masih sama...'

Kenangan masa kecil berkelebat. Suara teriakan, tatapan penuh hinaan, dan dinginnya dinding batu keluarga D’Arvenne.

Leon Vargas adalah anak kedua dari Celine D’Arvenne—putri keluarga bangsawan sekaligus konglomerat terbesar di kota Lunebridge—dan Marcus Vargas, seorang pria biasa yang dipandang rendah. Pernikahan mereka adalah noda bagi nama besar D’Arvenne.

Leon masih bisa mengingat dengan jelas wajah ayahnya. Pria sederhana, hangat, pekerja keras, namun selalu dipandang rendah oleh keluarga D’Arvenne. Meski ditolak, Marcus tetap tersenyum demi istri dan kedua anaknya.

Di usia tujuh tahun, Leon menyaksikan langsung tubuh ayahnya terbujur kaku. “Kecelakaan,” begitu kata mereka. Tapi bahkan sebagai anak kecil, Leon tahu jika itu bukanlah kecelakaan biasa. Itu adalah pesan.

Pesan bahwa orang biasa tidak pantas menyentuh darah D’Arvenne.

Kematian Marcus memaksa Celine kembali ke rumah besar keluarganya. Di sanalah neraka dimulai. Setiap langkah Leon disambut tatapan jijik. Setiap kata yang diucapkan mengandung racun.

“Anak yang tak diinginkan.”

“Sampah.”

“Aib keluarga.”

Sejak hari itu, hidupnya berubah menjadi neraka.

Siksaan fisik. Penghinaan. Penolakan. Tiada hari tanpa luka.

Tangan-tangan dingin pelayan yang diperintah menampar, menendang, hingga mendorongnya ke tanah. Leon hanya bisa menggertakkan gigi, menahan air mata yang terbakar.

Satu-satunya cahaya baginya adalah ibu dan kakaknya, Julius. Sang kakak selalu berdiri di hadapannya, menahan pukulan yang seharusnya jatuh ke tubuh Leon.

“Jangan takut, Leon. Suatu hari kita akan bebas,” bisiknya setiap malam, menenangkan Leon dikala susah tidur.

Namun cahaya itu pun tak bertahan lama. Ibunya jatuh sakit, tubuhnya melemah karena tekanan yang tak pernah berhenti dari keluarganya. Tidak ada dokter yang dipanggil, tidak ada obat yang diberikan. Ibunya meninggal perlahan, dibiarkan begitu saja.

Julius pun menghilang tak lama setelah itu. Ada yang mengatakan ia pergi meninggalkan adiknya yang tidak berguna. Ada yang berbisik ia bunuh diri. Namun, tidak ada jawaban pasti.

Yang tersisa hanyalah kesunyian dan dinding batu dingin yang terus menghina keberadaannya.

Sejak hari itu, Leon belajar satu hal—

Bahwa belas kasih tidak akan menyelamatkan siapa pun.

Bahwa kelembutan hanya akan diinjak.

Dan bahwa satu-satunya cara agar tidak dihancurkan adalah dengan menjadi lebih kuat… lalu menghancurkan mereka terlebih dahulu.

'Keluarga D'Arvenne… cepat atau lambat, nama itu akan musnah dari kota ini...' ucap Leon dalam hatinya, mematangkan sumpah yang telah lama ia pendam.

“Tuan, kita sudah sampai,” suara sopir taksi memecah lamunan Leon.

Leon menatap keluar jendela, pemandangan indah dari sebuah villa megah sontar menerpa wajahnya.

Lampu-lampu kristal dari villa yang lebih mirip istana itu memantulkan cahaya terang, menembus gelapnya malam. Suara musik klasik mengalun samar, bercampur dengan tawa dan obrolan banyak orang.

Jelas sedang terdapat sebuah pesta besar di dalam sana.

Supir taksi menoleh lagi, wajahnya dipenuhi keraguan. "Tuan, apa ini benar tempat yang Anda tuju? Ini adalah Villa keluarga D'Arvenne, malam ini mereka sedang mengadakan pesta ulang tahun kepala keluarga mereka. Hanya orang yang diundang yang bisa—”

Tanpa basa basi, Leon langsung menyelipkan uang tunai ke saku sang sopir dan berkata “Aku tidak salah tempat," ucapnya. “Dan aku tidak butuh undangan untuk masuk kesana.”

Supir itu terdiam. Ada sesuatu dalam suara Leon—tegas, tak terbantahkan. Ia menoleh kearah sakunya, jelas terlihat beberapa lembar uang seratus dollar disana, jauh dari tarif taksi miliknya.

"Aku tidak pergi lama. Tunggu aku disini," ucap Leon sembari keluar dari mobil.

Sang sopir hanya mengangguk sopan, menahan rasa gembira dalam hatinya. “Baik Tuan! Hati-hati.”

Leon menatap villa besar itu dengan sarat emosi, koper hitam miliknya masih melekat di tangannya.

'Sepertinya kalian masih bisa menggelar pesta setelah semua yang terjadi,' batin Leon, dingin. 'Akan kupastikan ini akan menjadi pesta terakhir yang bisa kalian nikmati...'

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

baru baca 2 part, keren tulisan'a... minta u/lanjut👍🤭

2025-09-09

1

Anatara

Anatara

/Smile//Smile/

2025-09-05

0

lihat semua
Episodes
1 1 Kembalinya Jenderal Perang
2 2 Lunebridge City
3 3 Villa keluarga D'Arvenne
4 4 Kejutan di pesta ulang tahun
5 5 Pertemuan Mengejutkan
6 6 Terpaksa berpisah dan membeli bar
7 7 Garka Vs Jack
8 8 Pesta di bar
9 9 Reuni sekolah Evelyn
10 10 Rencana perubahan bar
11 11 Kemarahan June
12 12 Pertemuan yang tidak diharapkan
13 13 emosi yang meledak
14 14 Kedatangan Leon
15 15 Leon Vs N'Kosi
16 16 Berkumpul kembali
17 17 Kedatangan seorang komandan
18 18 Wibawa seorang jenderal
19 19 Papan catur yang runtuh
20 20 Ketenangan yang tak diharapkan
21 21 RestoBar, MoonClub
22 22 Edward Vallor, CEO Imperial Grand Hotel
23 23 Angeline
24 24 Kehangatan yang menggairahkan
25 25 Kabar yang mengharukan
26 26 Tianxia dan pergulatan batin Angeline
27 27 Ulang tahun Angeline
28 28 Kebahagiaan yang berubah
29 29 Leon dan Angeline
30 30 Hubungan yang rumit, Kemarahan Antony
31 31 Menemukan kebahagiaan sendiri
32 32 Kemarahan Leon, Kode Zero
33 33 Sabotase licik Leon
34 34 Tidak ada kesempatan kedua
35 35 Kesalahpahaman
36 36 Yonas dan Evelyn
37 37 Perkelahian di MoonClub
38 38 Hancurnya kesombongan
39 39 Alasan yang membingungkan
40 40 Calon menantu
41 41 Bermain petak umpet
42 42 Starlight Entertainment
43 43 Bajingan yang baik
44 44 Mencurigai identitas Leon
45 45 Hari-hari terlewati
46 46 Penculik Angeline
47 47 pria misterius
48 48 Justine
49 49 Kekhawatiran Angeline
50 50 Masa kecil Leon
Episodes

Updated 50 Episodes

1
1 Kembalinya Jenderal Perang
2
2 Lunebridge City
3
3 Villa keluarga D'Arvenne
4
4 Kejutan di pesta ulang tahun
5
5 Pertemuan Mengejutkan
6
6 Terpaksa berpisah dan membeli bar
7
7 Garka Vs Jack
8
8 Pesta di bar
9
9 Reuni sekolah Evelyn
10
10 Rencana perubahan bar
11
11 Kemarahan June
12
12 Pertemuan yang tidak diharapkan
13
13 emosi yang meledak
14
14 Kedatangan Leon
15
15 Leon Vs N'Kosi
16
16 Berkumpul kembali
17
17 Kedatangan seorang komandan
18
18 Wibawa seorang jenderal
19
19 Papan catur yang runtuh
20
20 Ketenangan yang tak diharapkan
21
21 RestoBar, MoonClub
22
22 Edward Vallor, CEO Imperial Grand Hotel
23
23 Angeline
24
24 Kehangatan yang menggairahkan
25
25 Kabar yang mengharukan
26
26 Tianxia dan pergulatan batin Angeline
27
27 Ulang tahun Angeline
28
28 Kebahagiaan yang berubah
29
29 Leon dan Angeline
30
30 Hubungan yang rumit, Kemarahan Antony
31
31 Menemukan kebahagiaan sendiri
32
32 Kemarahan Leon, Kode Zero
33
33 Sabotase licik Leon
34
34 Tidak ada kesempatan kedua
35
35 Kesalahpahaman
36
36 Yonas dan Evelyn
37
37 Perkelahian di MoonClub
38
38 Hancurnya kesombongan
39
39 Alasan yang membingungkan
40
40 Calon menantu
41
41 Bermain petak umpet
42
42 Starlight Entertainment
43
43 Bajingan yang baik
44
44 Mencurigai identitas Leon
45
45 Hari-hari terlewati
46
46 Penculik Angeline
47
47 pria misterius
48
48 Justine
49
49 Kekhawatiran Angeline
50
50 Masa kecil Leon

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!