Ada orang yang ngeributin tanah wakaf

"Woi! Woi! Woi! Ada apa ini!?" Aku yang melihat bapakku di maki-maki orang mana mungkin akan terima.

Aku langsung berdiri di tengah-tengah mereka untuk menanyakan apa maksudnya memaki-maki bapakku.

"Lu jangan ikut campur bocah! Ini urusan gua sama orang tua bau tanah ini!" Kata-kata yang barusan itu tentu makin tinggi bisa aku terima.

Dengan nada tinggi aku membalas.

"E mulut anda di jaga ya. Kalau anda gak bisa berkata-kata baik jangan bicara!" Pihak lain juga makin tersulut emosinya.

"Banyak omong. Kalau lu mau ribu ya ayo!" Orang itu sekonyong-konyong mendorongku hingga aku mundur.

Aku yang pada saat itu sudah tersulut emosi langsung mendorong balik.

"Ayo kalau mau ribut, saya tidak takut!" Orang itu langsung tersungkur karena secara tidak sadar aku mendorongnya terlalu keras.

Dari sinilah keributan sesungguhnya terjadi di mana aku dan orang itu baku hantam.

Tapi meksipun di bilang baku hantam sebenarnya aku yang lebih banyak memukul hingga wajahnya bonyok.

Untungnya ada banyak orang di sini yang langsung menarikku dan melerai perkelahian.

Kami pum berakhir di rumah pak RT karena perkara tadi dan di sinilah baru aku tahu apa permasalahannya.

Yaitu orang yang aku pukuli tadi tidak lain adalah anak kandung dari orang yang menitipkan tanahnya untuk di bangun pondok pesantren.

"Lah itu tahu kalau almarhum telah menitipkan tanahnya untuk di bangun pesantren terus kenapa anda malah meminta tanahnya kembali?!" Aku bertanya pada orang yang tadi aku pukuli.

"Karena tanah itu hak gua, jadi gua minta tanah itu di kembalikan!" Masih dengan nada arogan ia berteriak padaku.

Hampir saja aku tersulut emosi lagi.

Selamat berjam-jam kami duduk di sini untuk mendiskusikan bagaimana tanah ini akan berakhir.

Sebenarnya sejak awal tanah ini secara hukum hukum telah berada di tangan bapakku sebagai pendiri pesantren.

Tapi karena orang itu tantrum dan mengancam kami berakhir dengan pembicaraan yang panjang.

Hingga akhirnya kesepakatan terjalin dimana pihak kami akan membayar tanah itu tapi dengan harga setengahnya.

Sebenarnya itu tidak perlu di lakukan karena tanah itu milik pesantren dan orang itu telah di cabut hak-nya untuk memiliki tanah tersebut.

Hal ini kami lakukan cuma agar orang ini diam saja.

"Ambil uang ini dan jangan ganggu pesantren lagi. Kalau kamu melakukan itu di kemudian hari saya yang akan seret kamu ke kantor polisi!" Ucap pak RT yang menjadi penengah di antara kedua belah pihak.

Orang itu kemudian pergi sambil menyeringai puas tanpa permisi sama sekali.

Melihat gelagat orang itu aku akan ragu kalau dia tidak akan balik lagi.

"... Apa ini gak apa-apa pak RT? Bukannya berburuk sangka tapi kayaknya orang itu tidak akan berhenti sampai di sini!" Aku bertanya pada pak RT.

"Saya tahu tapi apa yang saya katakan tadi juga tidak main-main. Kalau orang itu balik lagi maka saya akan seret dia ke kantor polisi!" Aku lega kalau pak RT mau seserius itu menangani masalah ini.

Setelah itu aku pulang seorang diri sementara kakak dan bapakku tinggal di sana untuk membicarakan beberapa hal lebih lanjut dengan pak RT.

Aku yang pada saat itu tiba di rumah di kejutkan oleh seseorang yang duduk dan berbincang-bincang dengan Ibuku.

Dan orang tersebut adalah Karina.

Dia tampak bicara begitu sopan dan ramah dengan Ibuku yang mana itu tentu saja sangat berbeda ketika dia bicara padaku.

Bahkan dia bisa tersenyum di sana.

Aku pun menghampiri mereka. "Assalamualaikum!" Keduanya langsung bangun.

"Waalaikum salam. Bagaimana masalahnya berakhir nak?!" Tanya Ibuku yang penasaran.

"Itu sudah baik-baik saja, tanah ini masih jadi milik pesantren. Tapi untuk itu kita perlu memberi orang itu uang sebesar setengah dari harga tanah aslinya!"

"Syukurlah kalau begitu... Tapi apa orang itu tidak akan membuat masalah lagi?!" Tampaknya Ibuku memiliki kekhawatiran yang sama dengan yang aku rasakan.

"Bunda tenang saja. Pak RT yang akan bertindak tegas kalau hal itu sampai terjadi!" Akhirnya ibundaku bisa menghela nafas lega.

Kini tatapanku langsung tertuju pada si Karina yang ada di samping ibundaku. "Ngomong-ngomong orang ini kenapa bisa ada di sini!?"

Ibundaku langsung menjawab. "Karina katanya datang mancri kamu tapi kamu tidak ada di sini tadi!"

"Kalian berdua ngobrol di sini saja karena bunda mau masak dulu di dapur!" Ibundaku pergi meninggalkan aku di sini.

Padahal tadinya aku mau langsung masuk saja ke dalam dan tidak mau bicara dengan si Karina karena dia ketus dan galak.

"Ada masalah apa tadi!?" Wajahnya yang tadinya penuh senyuman ramah kini langsung berubah ketus dan dingin lagi.

"Ada orang yang menagih tanah pesantren untuk di kembalikan padahal almarhum dari yang punya tanah telah menitipkan ranga untuk di bangun pondok pesantren!" Aku pun duduk.

Di susul si Karina yang ikut duduk di sebelah.

"Kamu sendiri ada apa mencari-cari aku?!" Karena haus aku pun minum dengan air yang sudah ada di atas meja.

"Tidak ada hal penting. Hanya saja aku mau mengingatkan agar kamu tidak lupa untuk menjaga cincin itu sebaik mungkin dan jangan sampai ada yang tahu!"

"Kalau kamu segitu tidak percaya padaku kenapa tidak kamu ambil saja dan langsung kembalikan pada yang punya. Kenapa harus begitu berbelit-belit!"

"Karena aku yang mau!" Ini orang benar-benar sangat mengesalkan.

Dia bilang dia melakukan semua ini hanya karena dia mau tanpa mikir aku keberatan atau tidak di sini.

Tak lama kemudian kakak dan bapakku datang dan mereka cukup terkejut melihat ada seorang perempuan yang duduk bersamaku.

"Perasaan tipa hari kamu itu ganti-ganti perempuan terus deh. Kamu ini playboy atau bagaimana sih Raihan!" Ucap kakak yang

mana aku tahu sebenarnya dia cuma bercanda.

Tapi bercandanya itu benar-benar sangat mengesalkan.

"Bicara sekali lagi dan kita akan baku hantam!" Dengan tegas dan mengangkat kepalan tangan aku berkata.

"Sudah, sudah. Kamu suka sekali ngeledek adek kamu ini padahal kamu tahu temperamennya bagaimana!" Mampus. Kena marah sama bapak kan dia.

"Tapi ngomong-ngomong dia ini siapa? Jangan bilang pacar karena baru beberapa waktu lalu kamu bilang tidak mau pacaran!"

"Ini orang adalah murid pindahan dan untuk urusan apa dia ada di sini... Bisa gak aku gak jawab pertanyaan itu?"

"Soalnya aku gak bisa jawab dan aku juga gak bisa bohong!"

"Oh... Selama itu bukan sesuatu yang salah tidak apa-apa. Tapi kamu harus selalu ingat kalau tidak ada yang bisa kamu sembunyikan dari Allah, jadi apapun itu sebaiknya jangan melakukan hal-hal yang kelewatan!" Setelah itu bapakku masuk.

"Aku mengerti Abi, jadi jangan khawatir!" Ayahku mengangguk pelan kemudian masuk tapi sebelum itu ia berkata.

"Ini sudah sore jadi bagaimana kalau kamu tinggal dan makan di sini saja!" Bapakku bicara pada Karina.

"Kalau tidak merepotkan saya akan tinggal!"

"Tidak merepotkan sama sekali. Saya malah senang kalau ada tamu!" Setelah itu kami pun masuk ke dalam.

Singkat cerita kami makam bersama yang mana di sini si Karina agak kebingungan dengan menu makanannya.

Meskipun begitu ia tidak bilang apa-apa dan hanya makan apa yang ada.

Episodes
1 Cincin Hitam
2 Di kejar-kejar bunga sekolah
3 Cincinnya nyangkut
4 Murid baru
5 Ada orang yang ngeributin tanah wakaf
6 Perkataan misterius dari Karina
7 Bentrokan antara Devina dan Karina
8 Datang lagi orang aneh yang mengincar tanah pesantren
9 Orang itu pun kena batunya
10 Sementara itu di sisi lain
11 Perkelahian Devina dan Karina
12 Seseorang melihat Cincinnya
13 Ternyata pemilik Cincinnya adalah Karina
14 Di kira mayat yang mengapung di sungai
15 Setelah sadar Carl langsung kabur
16 Pergi ke perkampungan dan... Ketemu begal
17 Menolong seorang perempuan
18 Si juragan datang membuat keonaran
19 Menetap di kampung untuk beberapa hari
20 Cincin itu di lihat oleh Carl
21 Carl ternyata...
22 Datang ke rumah Karina
23 Mana mungkin aku akan datang lagi
24 Karina terperangkap
25 Asal usul Cincin Hitam
26 Awal sebenarnya cerita ini
27 Kekejaman
28 Langsung mulai melakukan balas dendam
29 Pedang Organisasi
30 Pedang Balas Dendam
31 Target selanjutnya
32 Langsung menerobos markas musuh
33 Misi selesai. Waktunya pergi
34 Transaksi informasi
35 Tidak sengaja bertemu dengan bapak
36 Menyusup ke dalam rumah target
37 Target tereliminasi
38 Kerjasama dengan Clarissa
39 Target selanjutnya adalah mantan anggota organisasi
40 Mulai eksekusi, tapi...
41 Di temui langsung oleh ketua organisasi
42 Rasa bersalah
43 Di tolong seorang Kiyai
Episodes

Updated 43 Episodes

1
Cincin Hitam
2
Di kejar-kejar bunga sekolah
3
Cincinnya nyangkut
4
Murid baru
5
Ada orang yang ngeributin tanah wakaf
6
Perkataan misterius dari Karina
7
Bentrokan antara Devina dan Karina
8
Datang lagi orang aneh yang mengincar tanah pesantren
9
Orang itu pun kena batunya
10
Sementara itu di sisi lain
11
Perkelahian Devina dan Karina
12
Seseorang melihat Cincinnya
13
Ternyata pemilik Cincinnya adalah Karina
14
Di kira mayat yang mengapung di sungai
15
Setelah sadar Carl langsung kabur
16
Pergi ke perkampungan dan... Ketemu begal
17
Menolong seorang perempuan
18
Si juragan datang membuat keonaran
19
Menetap di kampung untuk beberapa hari
20
Cincin itu di lihat oleh Carl
21
Carl ternyata...
22
Datang ke rumah Karina
23
Mana mungkin aku akan datang lagi
24
Karina terperangkap
25
Asal usul Cincin Hitam
26
Awal sebenarnya cerita ini
27
Kekejaman
28
Langsung mulai melakukan balas dendam
29
Pedang Organisasi
30
Pedang Balas Dendam
31
Target selanjutnya
32
Langsung menerobos markas musuh
33
Misi selesai. Waktunya pergi
34
Transaksi informasi
35
Tidak sengaja bertemu dengan bapak
36
Menyusup ke dalam rumah target
37
Target tereliminasi
38
Kerjasama dengan Clarissa
39
Target selanjutnya adalah mantan anggota organisasi
40
Mulai eksekusi, tapi...
41
Di temui langsung oleh ketua organisasi
42
Rasa bersalah
43
Di tolong seorang Kiyai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!