Sekitar jam 16.30 Tuan Ken sudah pulang dari Kantor bersama Sekretaris Lee. Ken berjalan masuk kekamar nya dengan Sekretaris Lee yang mengikuti dibelakang.
"Apa Tuan ingin sesuatu?" Sekretaris Lee siap siaga berdiri disamping Tuannya yang sedang membuka kancing kemeja satu persatu.
"Hari ini sangat melelahkan, kepalaku sedikit berat. Aku ingin minuman yang biasanya." Ken menggerakkan kepalanya kekanan dan ke kiri untuk mengusir sedikit rasa pusing.
"Baik Tuan Muda, saya akan menyuruh pelayan untuk membuatkan sebentar." Sekretaris Lee keluar kamar dan mencari keberadaan Kei, karna biasanya dialah yang membuat minuman itu. Sekretaris Lee pun sangat tau bahwa Nyonya besar rumah itu sudah memberi perintah kepada Kei untuk melayani Tuan Mudanya.
"Kei, Tuan Muda ingin dibuatkan minuman seperti biasanya." kata Sekretaris Lee saat menemukan Kei yang sedang membersihkan lantai dapur.
"Baik Tuan," jawabku dan langsung meninggalkan pekerjaanku dengan cepat membuat minuman itu, dia harus cekatan jika Tuan Muda telah memberi perintah kalau telat lima menit saja sudah pasti Kei akan mendapat amarah dari pria dewasa namun arogan.
Selesai membuat minuman yang dipesan tadi Kei harus menghantarkan minuman itu kekamar Tuan Ken.
Tok,,tok...
Ceklek,,
Sekretaris Lee yang membukakan pintu. Kei menuju meja untuk meletakkan minuman itu, bertepatan Ken yang baru keluar dari kamar mandi hanya dengan bertelanjang dada. Tak sengaja Kei melihat Ken yang bertelanjang dada, jantungnya berdegub kencang tergiur dengan pemandangan yang sangat mempesona apalagi dada bidang yang terlihat kekar dengan ditumbuhi bulu-bulu halus. Kei menundukkan pandangannya, untuk menyembunyikan rona malu diwajahnya.
Ken berjalan santai melewati Kei begitu saja. Kei yang merasa sudah tidak ada pekerjaan itu berbalik badan ingin pergi dari kamar itu, saat berpapasan tadi sungguh aroma maskulin dari sabun atau dari parfum yang digunakan Ken begitu menyeruak di indra penciumannya sedikit memabukan.
Melihat Kei yang pergi dan sudah sampai didekat pintu, Ken menghentikannya.
"Kamu mau kemana?" tanya Ken yang sedikit sinis, sudah biasa jika Ken bersikap dingin dan berbicara sinis. Kei tak lantas menjawab karna dia sendiri bingung pertanyaan itu ditujukan untuk siapa, karna diruangan itupun ada Sekretaris Lee yang duduk disofa.
"Selain tidak bisa berjalan apa kamu juga tuli!" sentak Tuan Ken yang melihatku tidak bergeming. Padahal aku tidak tau pertanyaan tadi untuk siapa.
"Ma,maaf, apa Tuan bertanya kepada saya?" aku beranikan diri untuk bertanya padanya.
"Lee!!" Ken memanggil sekretarisnya. Sekretaris Lee pun sudah hafal dengan Tuannya yang tidak mau menjelaskan panjang lebar.
"Kei, jangan membuat kemarahan Tuan Muda, hari ini Tuan Muda sangat kelelahan dia menyuruhmu untuk memijat kepalanya." Sekretaris Lee seperti tau keinginan tuan mudanya.
'Ough, ternyata pertanyaan tadi ditujukan untukku, tapi mana aku tau tuan kalau pertanyaan itu ditujukan untuk ku.'
Kei mendekati sofa yang diduduki Ken dia berdiri dibelakang kursi sofa dan mulai memegang kepala Ken, sebelum itu dia meminta maaf agar tuan bengis itu tidak marah.
"Maaf Tuan," ucapku. Dan tanganku mulai memberi pijatan lembut.
"Lebih keras." titah tuan Ken. Dan aku agak keras memberi pijatan.
"Sttt,, kamu mau membuat kepalaku pecah? jangan terlalu keras!" Tuan Ken memarahiku, aku sedikit gemetar tetapi takut juga jika harus membantah, lebih baik diam menurut.
Sekretaris Lee memandangku tajam, bola mata itu seperti mengintimidasi ku. Aku tidak berani lagi memandang kearahnya.
Bukan hanya tuan nya saja yang seperti raja bengis! ternyata sekretaris itu juga sama, aku seperti diruang tahanan polisi benar-benar membuatku takut.
"Lee, apakah besok ada jadwal pertemuan?" Ken bertanya kepada Sekretaris Lee.
"Besok jadwal anda sangat padat tuan muda, beberapa investor ingin bertemu dengan anda."
"Kamu masih memantau keadaan Rey?" Ken mengalihkan topik pembicaraan tadi.
"Masih tuan muda, Tuan muda Rey sejauh ini aman dan tidak membuat kesalahan apapun."
"Em, bagus. Kamu harus awasi terus apa saja kegiatan Rey."
Samar terdengar suara high heels menggema diluar kamar tidak terlalu keras karna ruangan itu sangat rapat.
Ceklek...
"Ken..." Tante Lyra muncul dari balik pintu dan menghampiri tuan Ken duduk disofa.
"Mami baru pulang?" tuan Ken bertanya.
"Iya, Mami tadi pagi menjenguk teman. Setelah itu langsung datang ke acara arisan dan acara sumbangan rutin."
"Kei," Tante Lyra menyapaku dengan tersenyum ramah.
"Iya Tante," jawabku membalas tersenyum.
"Apa kamu sedang sakit, Ken?" cemas melihat putranya yang terlihat menyenderkan kepala dipinggir sofa.
"Ken sedikit pusing." jawaban singkat dari Ken.
"Perlu kerumah sakit? lalu bagaimana keadaan ginjal mu? tidak sakit kan?" Tante Lyra khawatir dengan kesehatan anaknya.
"Tidak apa-apa mi, Ken baik-baik saja."
"Kalau terjadi sesuatu katakan Ken, jangan terlalu keras bekerja. Kamu baru sembuh beberapa Minggu yang lalu, kamu perlu banyak istirahat." Tante Lyra memberi nasehat.
"Mi, Ken baik-baik saja, mami nggak perlu khawatir."
"Mami khawatir karna mami sayang padamu Ken. Kamu penerus keluarga ini, ada banyak ribuan karyawan yang menggantungkan nasibnya diperusahaan kita. Dan kamu paham tentang itu."
"Iya mi, Ken paham. Sudah mami jangan khawatir, aku sudah sembuh." ucap tuan Ken, Tante Lyra mengangguk.
"Mi, apa mami tau siapa yang sudah menyumbangkan ginjal buat Ken?" Ken bertanya serius menatap mata Tante Lyra. Ku lihat Tante Lyra juga gugup, karna dia sangat tau siapa yang mendonorkan ginjal itu. Aku menggeleng kan kepalaku pelan, memberi isyarat agar Tante Lyra tidak membuka mulut.
"Mami tidak tau siapa orangnya." jawaban Tante Lyra membuatku bernafas lega.
"Mami jangan berbohong!" kata Ken.
"Mami tidak berbohong Ken, mami benar tidak tau." Tante Lyra gugup karna Ken memandang Tante Lyra dengan tajam, ingin mengetahui sebenarnya.
"Ken tau, mami sedang menutupi sesuatu tapi Ken tidak tau alasan apa mami berbohong tentang hal besar." Ken bukanlah orang sembarangan, dia tau gerak-gerik gelagat keanehan dari sekitarnya.
"Yang bisa mami jelaskan, orang mendonorkan ginjalnya untukmu adalah orang yang sangat baik dan mulia, bahkan dia tidak mau imbalan apapun. Mami merasa beruntung bisa bertemu dengan orang itu, hingga dia menyelamatkan nyawamu." panjang lebar Tante Lyra berkata. Aku sangat senang karna Tante Lyra tidak memberitahu yang sebenarnya.
"Benarkah?" Ken bertanya seperti tidak percaya.
"Iya, itulah dia beda dari kebanyakan orang yang akan memanfaatkan keadaan untuk mendapatkan uang, tetapi orang itu tidak. Dia tulus menyelamatkan nyawamu tanpa meminta uang sepeserpun." Tante Lyra menatapku. Aku tersenyum dan mengangguk. Tante Lyra meneteskan airmata, mungkin dia teringat kebaikan ku. Bagiku itu sudah berlalu dan tidak perlu diungkit kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 369 Episodes
Comments
Sweet Girl
tak kasih tau ya Ken....
itu lho orangnya yg mijet kepalanah kamu yg mendonorkan ginjalnya.
2022-08-30
0
Sweet Girl
sadis sekaliiii
2022-08-30
0
Berdo'a saja
kapan Ken tau
2022-06-24
0