Hari-hari yang ku lalui terasa hampa meski sudah satu bulan sejak kejadian mas Izham mengusirku sampai detik ini aku masih sering teringat dengannya. Bukan hal mudah untuk bisa melupakan kenangan indah kami, dengan segala perlakuan manisnya kepadaku.
Aku masih tinggal dirumah Tante Lyra yang sangat dan sangat baik kepada ku, seperti biasa tugasku melayani keperluan Tuan Ken yang sangat dingin seperti balok es. Sering kali dia membentak ku saat aku melakukan kesalahan kecil, menghina dengan lidah kejamnya namun apa yang bisa aku perbuat selain diam. Belum lagi para pelayan dirumah itu sangat membenciku, saat aku bertanya kenapa dia membenciku alasannya hampir sama seperti alasan Tuan Ken yaitu karna Tante Lyra sangat baik kepadaku.
Memang Tante Lyra sangatlah baik, setiap pulang dari bepergian dia pasti membelikan ku sesuatu oleh-oleh membuat yang lain menjadi iri, tetapi lagi apalah kuasaku aku tidak bisa menolak barang pemberian dari Tante Lyra karna dia akan marah dan kecewa padaku.
Untuk kepala pelayan yang bernama Ita dia sering ringan tangan kepadaku. Kadang menjabak rambutku, menendang kakiku, pernah sekali dia menyiram tanganku dengan teh panas sampai tanganku sedikit melepuh. Namun aku tidak bisa melaporkan nya kepada Tante Lyra karna Ita mengancam akan membunuhku, entah itu ancaman yang benar atau hanya sebuah gertakan tetapi aku sangat takut melihat Ita yang terlihat sangat bengis saat marah kepadaku bisa saja dia nekad melakukan hal yang kejam.
Aku kira setelah ada keluarga yang mau menampungku aku bisa hidup tenang tapi kehidupan itu tidak semudah dan seindah angan-angan kita. Sungguh berat hidup dalam kesendirian didunia ini, tak ada tempat berkeluh kesah tentang apa yang kita simpan dalam hati. Kesedihan dan kesakitan harus kita telan dengan mentah-mentah.
Aku pikir Mira orang jahat satu-satunya yang aku kenal didunia ini. Tetapi orang jahat di luaran juga sangat banyak. Kemalangan nasibku sejak terjadinya kecelakaan itu dan membuat kakiku tak bisa berjalan normal seperti yang lainnya, semenjak itu orang-orang menganggap ku sampah, memandangku rendah, banyak yang meremehkan kemampuanku. Kata kasihan pun setiap hari hampir ku dengar, tak heran mereka kasihan melihatku, heh,, aku sendiripun menertawakan kehidupanku yang miris. Jauh dari angan-angan kebahagiaan, sudah tak ada pikiran untuk menyukai lelaki lain. Bagiku itu mustahil. Memang benar apa yang diucapkan Mas Izham bahwa dia lelaki yang bodoh karna mau menikahi wanita cacat dan malang sepertiku. Sebenarnya hanya simpel saja yang ku harapkan, aku hanya ingin hidup damai tanpa kebencian atau kemarahan dari orang sekitarku.
Sempat terpikir untuk hidup sendiri saja, namun aku masih belum cukup mengumpulkan uang untuk menyewa rumah atau untuk mencari kost-kosan dan membuka usaha kecil-kecilan. Itu masih menjadi keinginan yang belum bisa aku lakukan aku akan mengumpul kan uang dan akan hidup mandiri.
"Huf,, indah sekali bayanganku, kapan aku bisa melakukan itu? aku harus bersabar sebentar lagi pasti bisa, Tante Lyra memberi gaji yang lumayan pasti uang itu akan segera terkumpul." ucapku lirih.
"Hei wanita cacat, malah enak-enakan bengong! kamu kira ini dirumah kamu, hah! cepetan kerja, jemur semua pakaian yang ada dikamar mandi belakang!" sentak Ita.
"Iya, mbak." jawabku, dan segera pergi dari hadapan Mak Lampir yang sangat menakutkan itu. Dia berani membentakku seperti sekarang ini karna Tante Lyra pasti sedang pergi sudah sering aku diperlakukan seperti ini. Ita dan pelayan yang lain juga sangat pintar mereka mencari posisi yang tidak ada kamera pengawas saat membentak ku jadi aku tidak bisa memberi bukti kelakuan mereka kepadaku.
Dirumah Tante Lyra hanya ada satu pelayan yang bersikap baik kepadaku, bernama Nita umurnya masih sangat muda dia bekerja disana karna orang tuanya yang tidak punya dan juga karna ayahnya yang sedang sakit.
Aku seperti mempunyai adik, saat bersama Nita dia pun tidak sungkan untuk bercerita dan bercanda kami berdua saling dekat.
"Mbak Kei, biar Nita bantu ya." entah dari mana munculnya, tiba-tiba Nita sudah berada di sampingku.
"Em, makasih ya. Apa pekerjaanmu sudah selesai?" tanyaku.
"Sudah beres mbak, kolam renang sudah aku bersihkan. Dan halamannya juga sudah aku sapu."
"Kamu memang rajin dan cekatan, nggak sepertiku, semua pekerjaanku lambat dan lelet." sedihku.
"Mbak Kei kenapa malah seperti itu. Aku aja salut sama mbak, mbak nggak patah semangat mbak selalu berusaha mengerjakan semua pekerjaan. Aku nggak kebayang bagaimana susahnya."
"Meski kaki sebelahku tidak berfungsi tetapi kaki ku yang satu dan kedua tanganku bisa aku andalkan, bahkan semuanya memiliki kemampuan dua kali lipat, untuk itu aku bisa melakukan apapun seperti orang normal lainnya. Hanya saja mereka sudah memandangku sebelah mata, mereka meragukan kemampuan ku." ucapku sedih.
"Sudahlah mbak, memang orang didunia ini ada yang baik dan ada yang jahat, malah ni ya, banyakan yang jahat dari pada yang baik. Orang baik dimuka bumi ini sudah hampir punah. hehe..." ucap Nita dengan kekehan kecil diakhir kalimat. Aku ikut terkekeh kecil.
"Oiya, memang Tante Lyra kemana pagi-pagi sudah pergi?" tanyaku.
"Tadi aku dengar Nyonya besar mau jenguk temannya yang sakit dan sekalian kumpul sama Genk sosialita mungkin." jawab Nita sambil mengangkat bahu, pertanda dia juga tidak begitu tahu.
"Huh, hari ini pasti menyebalkan." kesal Nita.
"Memang kenapa?" jawabku tidak paham.
"Iya seperti biasa, pasti Nenek buruk muka itu akan bertindak sesuka hati kepada kita, lihat saja sekarang ini kita disuruh jemur baju padahal inikan pekerjaannya si Tina. Aku heran, kenapa wanita buruk rupa itu bisa jadi kepala pelayan sih? padahal dia tuh mengancam kesejahteraan pelayan yang lainnya."
"Dia 'kan lebih lama disini daripada kita, wajarlah kalau dia dijadikan kepala pelayan. Dia juga dari yayasan, sedang kita cuma nasib baik bisa kerja disini."
"Nasib baik tuh punya mbak, karna Nyonya besar selalu baik dengan mbak. Tapi kalau menurutku wajar sih Nyonya besar baik dengan mbak. Mbak memang orang yang sangat baik juga, mbak nggak pernah balas kejahatan orang lain."
"Lihat aku, bagaimana aku mau balas kejahatan orang lain aku saja nggak bisa lari kalau nanti dikejar sama orang jahat itu."
"Hahaaa... Mbak ini ada-ada aja, oh.. jadi karna itu mbak nggak balas kejahatan mereka? kalau nggak bisa balas dengan perbuatan, kita bisa balas mereka dengan cara halus." ucap Nita sedikit memelankan nada bicaranya.
"Cara halus?" ucapku tak mengerti.
"Iya, kita santet saja. Hahaha...."
"Ya ampun, ini anak!" ucapku menanggapi candaan Nita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 369 Episodes
Comments
Sweet Girl
iya santet on line aja
2022-08-30
0
Sweet Girl
lebih banyak orang jahatnya dr orang baiknya.
2022-08-30
0
Berdo'a saja
waduhhh sadis nit
2022-06-24
0