Aku membawakan semangkok bubur untuk Tuan Ken. Meski sudah sembuh dia memintaku untuk membawakan makanan kekamarnya.
tok,tok,
"Permisi,"
"Masuk.." perintah Tuan Ken.
Dan aku langsung masuk kedalam. 'Wah, wah, wah,,, ini kamar atau hotel? mewah sekali, benar-benar menakjubkan.' ucapku dalam hati. Didinding atas tempat tidur terpampang sebuah foto yang sangat besar, foto pernikahan Tuan Ken dengan istrinya.
"Tuan, ini buburnya. Silahkan dinikmati selagi panas." kataku.
"Hem,," tidak menjawab apapun, cuma sebuah deheman saja. Tuan Ken tetap fokus didepan laptop tanpa melihat kearahku sama sekali. Aku beralih keranjang baju kotor yang ada disamping lemari besar, ku ambil dan ingin kebawa kebawah biar segera dicuci.
"Tidak perlu kau bawa! kamu berjalan saja susah." suaranya terdengar sinis. Tanganku menggantung di udara, dimana pun berada aku selalu dipandang remeh dengan keadaanku ini.
"Aku memang tidak bisa berjalan normal Tuan, tapi aku sudah terbiasa melakukan pekerjaan seperti ini." jawabku.
"Berani kamu bicara seperti itu!" suara itu masih sinis. Aku diam menunduk.
"Keluar kamu!" Tuan Ken mengusirku.
"Baik, Tuan." jawabku, aku sudah tidak mau membantah dan keluar dari ruang eksekusi itu. 'Mengerikan' batinku.
Sebelumnya Tante Lyra sudah memberitahu apa saja yang harus ku kerjakan. Aku hanya diberi perintah untuk mengurus semua keperluan Tuan Ken. Tante Lyra melarang ku mengerjakan pekerjaan rumah yang berat-berat, mungkin karna Tante Lyra mengkhawatirkan keadaanku hanya Tante Lyra yang tahu bahwa aku yang sudah mendonorkan ginjal untuk Tuan Ken.
Pagi hari, Tante Lyra dan Tuan Ken duduk dimeja makan. Aku menunduk saat melewati mereka, aku ingin pergi kedapur untuk mengambil air minum.
"Kei, kamu mau kemana? duduklah dan sarapan bersama kami." Tante Lyra mengajakku untuk sarapan bersama dan dimeja yang sama, membuatku merasa tidak enak harus makan dimeja yang sama dengan mereka. Apalagi tatapan Tuan Ken yang tajam membuatku takut.
"Tidak perlu, Tante. Biar Kei sarapan dibelakang saja bersama yang lain." jawabku.
Tapi Tante Lyra berdiri dari duduknya dan menghampiriku. Dia mendudukan ku diatas kursi.
"Ayo ambil nasinya dan lauk pauknya jangan sungkan\-sungkan." Tante Lyra menawariku untuk mengambil makanan, Tante Lyra memang sangat baik hati.
Aku benar\-benar canggung dengan suasana seperti ini, lebih baik aku sarapan didapur bersama pelayan daripada sarapan satu meja dengan mereka.
Aku masih diam belum mengambil makanan kepiring ku. Tak disangka Tante Lyra malah mengambilkan makanan dan mengisinya dipiring ku. Tatapan Tuan Ken sinis kearah ku.
"Tan, Tante tidak perlu.Aku bisa mengambilnya sendiri." tolak ku.
"Tidak apa\-apa, Kei. Ayo dimakan nanti keburu dingin." kata Tante Lyra sambil tersenyum dan mulai menyendok makanan ke mulutnya.
Pelan aku mulai makan mengunyah makanan yang serasa sulit untuk ditelan.
'Kenapa Mami begitu perduli dengan perempuan cacat itu?' batin Ken.
Kami sudah menyelesaikan sarapan. Aku mengambil piring kotor Tante Lyra dan Tuan Ken, aku menumpuknya menjadi satu dan akan aku bawa kedapur untuk dicuci.
"Kei, sudah. Biar Nanti pelayan saja yang membereskan." kata Tante Lyra.
"Sudah, biar Kei bawa kedapur Tante tidak apa-apa aku sudah terbiasa."
"Kei, biarkan disitu." Tante Lyra tidak membolehkan ku untuk membawa piring kotor itu kedapur.
"Ita,,,!!" Tante Lyra memanggil salah satu pelayan.
"Iya, Nyonya." jawab Ita yang sudah berdiri disamping ku.
"Kami sudah selesai, tolong kamu bereskan." perintah Tante Lyra.
"Baik, Nyonya." Ita mengambil piring kotor didepan ku, entah sengaja atau tidak dia menginjak kakiku.
"Aaa'..." teriak ku meringis, merasakan sakit dibagian kaki.
"Kamu kenapa, Kei." tanya Tante Lyra khawatir.
"Em, aau'.." belum aku menjawab, pelayan bernama Ita itu malah menginjak kakiku dengan kuat.
"Tidak, tidak apa-apa Tante." jawabku menahan sakit.
"Tidak apa-apa kok kayak kesakitan begitu?" Tante Lyra bertanya curiga. Mungkin Tante Lyra khawatir dengan bekas operasi ku atau keadaan ginjal ku.
"Cuma digigit semut Tante." jawabku menyengir agar Tante Lyra tidak lagi curiga.
"Oh, aku kira kamu kenapa. Kalau kamu sakit atau apa jangan sungkan bilang sama Tante, ya." pesannya.
"Iya, Tante." jawab ku.
"Mami jangan terlalu baik dengan orang yang baru dikenal. Kita tidak tau, dia baik atau punya niat jahat." kata Tuan Ken. Aku langsung memandang kearahnya, dia sinis dan seperti menunjukan ketidak sukaannya terhadapku.
"Jaga bicara mu, Ken!!" Tante Lyra terlihat marah dengan ucapan Tuan Ken barusan.
"Kenapa respon Mami seperti itu? dia tidak pantas Mami perlakukan dengan baik."
Aku menunduk, meremas ujung rok yang aku pakai.
"Ken, sekali lagi kamu berbicara seperti itu Mami marah dengan mu!!" kata Tante Lyra mengandung ancaman.
"Terserah, Mami." jawab Tuan Ken. Dan pergi meninggalkan meja makan.
"Kei, maafin Ken ya. Dia memang selau bersikap dingin." Tante Lyra mengelus pundak ku.
"Iya, Tante. Tidak apa-apa." jawab ku tersenyum, Tante Lyra berganti senyum kepadaku.
"Kamu memang perempuan sangat baik, Kei. Tante beruntung bisa bertemu denganmu." Tante Lyra memujiku.
"Tante jangan berlebihan, aku wanita biasa Tante. Bahkan wanita yang tidak sempurna."
"Tidak, Kei. Kamu wanita sangat sempurna bagi Tante." Tante Lyra mengelus rambutku.
Aku benar-benar merasa terenyuh dengan sikap lembut Tante Lyra kepadaku. Merasakan elusan di rambut membuatku teringat dengan sosok Ibu. 'Ibu, Kei kangen.' ucapku dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 369 Episodes
Comments
Berdo'a saja
😔😔😔😔😔😔😔😔
2022-06-24
0
Sukliang
ini lg orang jahat
lepas dr harimau masuk sarang singa
2022-06-23
0
Mamake Zahra
smg bisa jalan normal lagi dan menemukan kebahagiaan, bukan key sebenarnya yg mandul tapi izham
2022-02-10
0