Setelah menempuh perjalan panjang, akhirnya kami sampai di Jakarta. Aku dan Mas Izham tidak langsung pulang ke kontrakan, Mas Izham mengajakku langsung keRumah Sakit untuk melihat kondisi Mira.
Mas Izham benar-benar kwatir dengan kondisi Mira. Dia terus saja berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit, tanpa memperdulikan ku yang susah berjalan.
"Aau,," Aku menabrak salah satu pasien yang duduk dikursi roda. Pasien lelaki dengan wajah tampan dan terlihat tegas, namun wajah itu tampak pucat.
"Ma,maaf" ucapku takut, karna lelaki itu terus memandang dengan begitu tajam.
"Tidak apa-apa nak," Ibu paruh baya menghampiriku dan membantuku berdiri, dia juga mengambilkan tongkatku.
"Terima kasih." Aku tersenyum dan mengucapkan terima kasih untuk Ibu paruh baya yang menolongku tadi.
"Mi!!" Kata lelaki itu.
"Iya nak, ayo" Jawab Ibu paruh baya itu.
"Kei,!!" Suara Mas Izham memanggilku. Mas Izham yang tadinya sudah jauh berbalik berjalan menghampiriku.
"Kamu itu selalu lambat!! tahu gitu tadi Aku menyuruhmu pulang ke kontrakan saja." Suara Mas Izham sedikit meninggi.
"Maaf Mas, tadi Aku tidak sengaja menabrak mereka."
"Sudah, cepetan jalannya.!" Mas Izham memarahiku didepan orang. Malu, Aku sebenarnya malu, tetapi Mas Izham tidak perduli.
"Sekali lagi, maaf ya, Bu. Permisi." Aku mulai melangkah mengikuti Mas Izham kembali dengan melangkah cepat. Meski sudah agak jauh, tapi Ibu-ibu tadi masih sering menengok kearahku. Mungkin dia merasa kasihan padaku.
Kami sudah sampai didepan kamar rawat Mira, Mas Izham membuka pintu dan aku mengekor dibelakangnya. Pemandangan pertama yang Aku lihat, Mira sedang disuapi seorang laki-laki. Kami, berjalan mendekat keranjang.
"Dimas!" Mas Izham memanggil laki-laki itu, ternyata mereka saling kenal.
"Sa,sayang?" berganti Mira memanggil Mas Izham, dengan sedikit gugup.
"Kenapa, dia ada disini?" tanya Mas Izham.
"Aku, kemarin yang membawa Mira kesini, karna dia tiba-tiba pingsan diKantor. Kalau Kamu tidak percaya, tanyakan saja pada Mira langsung!" jawab Dimas.
"Iya, Sayang. Harusnya Kamu berterima kasih sama Dimas. Dialah yang menolong ku." kata Mira. Mas Izham tak lantas langsung mengucapkan terima kasih, dia malah memandang Dimas dengan tatapan jengkel.
"Mir, gue pulang dulu. Lo cepet sembuh biar cepet balik kerja lagi." lelaki Dimas itu berpamitan kepada Mira, Dan berlalu pergi. Sempat ketika, Mas Izham dan Dimas berpapasan mereka saling memandang tajam.
Mas Izham duduk dikursi bekas Dimas tadi.
"Sayang, Kamu tidak apa-apa?" tanya Mas Izham pada Mira. Aku masih berdiri disamping ranjang.
"Aku tidak apa-apa, Sayang." jawab Mira manja seperti biasanya.
"Lalu, Kamu sakit apa?" tanya Mas Izham.
"Aku, nggak sakit," jawaban Mira membuat Aku dan Mas Izham bingung. Kalau tidak sakit kenapa sampai harus dirawat. batinku.
"Maksut kamu, nggak Sakit?"
"Aku hamil!!" kata Mira dengan bahagia.
"A,,apa? Kamu hamil?" terbata Mas Izham bertanya, raut wajahnya terkejut, semenit kemudian tertawa bahagia. Mas Izham memeluk Mira dan menciuminya didepan ku.
Haruskah Aku bahagia atau bersedih mendengar berita ini. Dan entah kenapa cairan bening ini lolos berjatuhan dipipiku.
Mereka tertawa bahagia, terlihat sangat bahagia sampai Mas Izham melupakan kehadiranku.
Pelan, Aku berjalan menjauhi mereka. Aku keluar dari ruangan luas tetapi bagiku sangat sempit dan pengap.
Dijalan pun air mata sialan ini tak mau berhenti. Orang-orang banyak yang melihatku dan berbisik-bisik. Terserah kalian mau membicarakan ku, Aku hanya ingin menenangkan hatiku.
Aku keluar dari Rumah Sakit, dan menuju taman yang tidak terlalu ramai, karna hari sudah sedikit siang dan matahari mulai terik.
Aku duduk sendirian, menunduk dan menangis terisak.
'Kenapa takdir seperti ini yang harus Aku jalani ya, Tuhan? kenapa Aku harus merasakan ini? Kapan Aku bahagia? Kenapa Kau tidak berbuat adil kepadaku juga ya, Tuhan? apa salah ku? apa dosaku? hingga harus menanggung semua ini. Aku berbicara sendiri.
Puas, menangis. Aku mendongakkan wajahku menatap awan-awan biru yang cerah dan indah. Andai takdirku seindah warnamu.
Ku edarkan pandangan ke sekeliling, dan tak sengaja pandanganku melihat pria yang Aku tabrak tadi pagi, duduk dikursi roda yang lumayan jauh dariku. Tetapi pandangannya mengarah, kearah ku. Sesaat pandangan kami bertemu.
Dan Aku menyudahi pandangan itu, Ku lap sisa air mataku dan ku ambil tongkatku berjalan pergi.
Aku tidak kembali kembali keruangan Mira. Aku jengah melihat kemesraan mereka yang tak sedikit pun rasa rikuh kepada ku.
Aku menuju kekantin Rumah Sakit, dan memesan segelas es teh dan soto, sepertinya enak untuk mengembalikan mood ku.
Tak berapa lama pesanan ku sudah datang.
Aku mulai menikmatinya, dengan fikiran yang tentu masih mengambang kemana-mana.
'Mira hamil? tapi kenapa Aku masih belum juga ada tanda-tanda hamil? Aku takut, apa yang dituduhkan Ibu Esih memang benar, Aku mandul? apa yang harus Aku lakukan? apakah berpisah dengan Mas Izham jalan terbaik? setelah berpisah Aku akan hidup sendiri, bisakah Aku? Aku benar-benar bingung dan ragu sekarang.
Masih adakah yang mau menerimaku sekarang, dengan keadaanku yang memprihatinkan ini.
Aku menghela nafasku kasar.
"Kei,!!" seperti suara Mas Izham. Aku menengok, ternyata benar. Dia sedang berjalan ke arahku.
"Kei, Aku mencarimu kemama-mana. Ternyata Kau ada disini." kata Mas Izham. Aku hanya tersenyum getir, mencari ku? benarkah?.
"Aku tadi lapar, jadi Aku pergi ke kantin." jawabku. Mas Izham masih tersenyum bahagia.
"Kei, sebentar lagi Aku akan memiliki anak. Aku bahagia, Kei."
"Iya Mas, Aku tahu. Selamat ya, akhirnya kamu bisa memiliki keturunan." jawabku. Sebisa mungkin ku menutupi lukaku.
"Anak yang dikandung Mira nanti bisa Kamu anggap anak kamu juga, Kei. Kamu bisa menjadi Ibu sambung untuknya." tanpa perasaan Mas Izham mengucapkan itu.
"Heh, sepertinya tidak Mas. Aku sudah berbulat tekad untuk menyerah," dan lagi mengucapkan itu air mata yang ku tahan
harus keluar lagi.
"Apa maksut Kamu, Kei?" tanya Mas Izham sedikit khawatir.
"Mas, kita akhiri saja pernikahan ini. Jadikanlah Mira istrimu satu-satunya, dan ceraikan Aku. Pernikahan kita sudah tak ada yang diharapkan lagi, bersamamu akan membuatku semakin sakit.
Kamu selalu bilang, mencintaiku tapi nyatanya kamu tak pernah peduli padaku. Kamu tak pernah menganggap keberadaan ku." Aku menangis tak tertahan, tak kuat untuk melanjutkan kata-kata ku.
"Kei, maafkan Aku. Bukan seperti ini yang Aku mau. mengertilah, Kei!"
"Aku kurang mengerti seperti apa lagi, Mas? harusnya Aku yang bilang itu!" jawabku emosi, masih bisa Mas Izham menyuruhku untuk mengerti! lalu pengertian seperti apa lagi yang harus Aku lakukan!!!!!!!!!!!!! Rasanya Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya.
Jika bisa, Aku akan membunuhmu saja Mas, agar Aku atau Mira tak bisa memilikimu.
Aku masih sayang padamu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 369 Episodes
Comments
Sweet Girl
ojok bertele2 wes Kei.... poKsoen si Azam iku....
2022-08-30
0
Berdo'a saja
heemmmm
2022-06-24
0
Lia Dahlia
itu lbh baik kei hrs ny dr dulu kmu pisah sma izham
2022-01-11
0