Sore hari kulihat Mas Izham pulang dengan ojek online, Mas Izham masuk kedalam rumah aku menyambut dengan mengambil tas kantor dan mencium tangannya.
"Aku bikinin minum dulu Mas,"
"Iya,"
Aku berjalan kedapur dengan tongkatku. Selesai membuat secangkir teh, aku kembali kedepan untuk memberikannya pada Mas Izham.
"Teh nya Mas, diminum."
"Iya, Makasih Kei." Mas Izham tersenyum padaku dan meminum teh yang ku buat tadi.
"Kemana istri sirih mu itu, Mas?" tanya ku.
"Dia lembur, jadi aku pulang duluan dan supaya kita ada waktu untuk bersama."
Mas Izham mendekatiku dan mengelus rambutku.
"Apa kamu sudah makan?" mas Izham bertanya. Aku mengangguk. Mas Izham meletakan tangannya di bahu ku.
"Kei, setelah aku sukses nanti aku akan membangun rumah didesa dan kita akan hidup bersama selamanya."
"Benarkah? Lalu bagaimana dengan istri sirih mu, Mas?" tanyaku lagi, Mas Izham membuang nafas kasar.
"Aku tidak begitu perduli Kei, aku hanya mencintaimu, dari dulu dan selamanya."
Benarkah yang diucapkan Mas Izham? Aku harus senang atau sedih?
"Mas, Aku tidak butuh uang mu, aku juga tidak memaksa kesuksesanmu. Aku hanya ingin memilikimu seorang Mas, tanpa ada orang lain diantara kita, begitu aku sudah bahagia."
Aku menjeda ucapan ku.
"Untuk apa kita banyak uang, tapi kamu malah menyakitiku dengan menikahi perempuan lain, sesakit sakitnya hati wanita yang dimadu Mas, kita bukan hidup di zaman dulu laki-laki menikahi 5 perempuan dengan syarat mendapat izin dari istri pertama dan bisa berlaku adil, sedangkan kamu menikahi dia tanpa meminta izinku Mas dan kamu juga tidak begitu adil dengan kami." aku mengurai isi hatiku.
"Aku tahu Kei, aku fikir aku akan menyembunyikan pernikahanku dengan begitu kamu tidak tahu dan ketika aku sudah sukses nanti aku akan pulang dengan kesuksesan dan bisa membahagiakanmu, Kei. Percayalah, aku sangat menyayangimu Kei."
Aku tidak menjawab ucapan Mas Izham aku hanya melihat wajahnya, fikiran ku entah seperti apa dan bagaimana, aku sendiri tidak tau, aku bingung.
"Sekarang aku masih menyayangimu Mas, aku bertahan denganmu meski aku harus menahan rasa sakit. Tetapi, jika aku sudah lelah dengan semuanya jangan salahkan aku jika aku harus menyerah."
Mas Izham langsung mencium bibirku dengan lembut, aku pejamkan mataku untuk menikmati ciuman dari Mas Izham.
Mas Izham mulai membuka kancing baju ku. tetapi aku menghentikannya.
Mas Izham malah menggendongku masuk kedalam kamar dan kami melakukan hubungan yang lama tidak kami lakukan.
Aku terbangun dan lampu kamar masih belum aku nyalakan, aku langsung beranjak menyalakan lampu dengan berpegangan didinding. setelah lampu menyala ku lihat jam sudah pukul 19.23 dan Mas Izham masih tertidur nyenyak dikasurku.
Aku memunguti pakaianku dan memakainya kembali, aku dekati Mas Izham untuk membangunkan nya.
"Mas, bangun!" Mas Izham hanya menggeliat saja.
"Mas, bangun sudah malam." Aku sedikit mengeraskan suaraku. Dan Mas Izham mulai membuka mata, dia memandangku dan tersenyum.
"Sudah malam?" tanya nya. Aku mengangguk. Mas Izham bangun dan memakai pakaiannya kembali, sebelum pergi Mas Izham mencium keningku.
"Aku mencintaimu, Kei." setelah mengucapkan itu Mas Izham pergi dari kamarku. Aku duduk termenung dikasur, andai kamu seperti dulu Mas, hanya milikku seorang, saat ini aku pasti sangat beruntung dan bahagia aku tidak tahu seperti apa isi hatimu, kamu selalu mengatakan kata indah ketika bersama ku, tetapi ketika ada istri sirih mu kau bahkan tidak membelaku jika dia menghinaku.
'Mudah-mudahan sabar dan ikhlas ku ini kelak mendapat imbalan kebahagiaan yang sejati.' doa ku dalam hati.
Aku menyiapkan makan malam, jam setengah sembilan Aku dan Mas Izham baru makan malam berdua. Entah istri sirih Mas Izham masih belum pulang.
Rasanya aku ingin mengulang kebersamaan kami dulu, meski dulu Mas Izham hanya buruh tani mencangkul di sawah orang, tetapi kami sangat bahagia tanpa kehadiran orang ketiga seperti sekarang.
"Mau tambah lagi sayurnya, Mas?" aku menawari mas Izham.
"Boleh," kata Mas Izham.
Aku menyendok sayur untuk Mas Izham, serasa damai jika seperti ini. Sebelum istri sirih itu muncul. Baru aku selesei membatin Kudengar suara mobil memasuki pelataran rumah. Tidak lama masuklah Nenek sihir.
"Sayang..." Mira mendekati Mas Izham mencium pipi kiri dan kanannya. Ku lihat Mas Izham pun tidak sungkan dan tidak menolak, dia memberikan senyum. Dia bilang terpaksa? benarkah Mas Izham terpaksa kalau seperti itu? padahal dia juga kulihat menikmati. Aku hanya diam tidak memperdulikan meski dalam hati ku ingin sekali menumpahkan sayur pedas itu kemuka mereka.
"Sayang, aku pulang lembur capek banget laper juga, suapi dong." dan dengan santainya Mas Izham menyuapinya. Teganya kamu Mas, aku yang capek-capek masak tetapi kamu malah menyuapi istri sirihmu? bukan aku.
"Apa dikantor banyak sekali kerjaan?" mas Izham bertanya kepada Mira.
"Iya, kalau aku rajin lembur aku akan banyak dapat bonus dan bisa segera melunasi rumah mewah kita."
"Kamu hebat sayang, aku bangga padamu." Mas Izham memuji istri sirihnya didepan ku.
Hatiku seperti gelas yang pecah berkeping-keping. Wanita mana yang tidak sakit jika berada di situasi seperti ini, aku bagai sampah yang tidak dianggap.
"Iya dong, tidak seperti istri sah tapi cacat yang bisanya hanya menjadi parasit." Mira berkata kasar dan melirikku dengan sinis.
"Apa maksut mu? kamu menyindirku?" Aku sedikit emosi.
"Tidak seperti itu juga. Tapi... bagus deh kalau kamu sadar."
Aku menggebrak meja, mengambil tongkat dan masuk kedalam kamar. Yang aku sedih kan bukan karna pertengkaran ku, tetapi sikap Mas Izham yang tidak ada membelaku sama sekali. Dia tetap menemani istri sirihnya dimeja makan. Lelaki macam apa kamu Mas? aku hanya bisa mengumpat dalam hati.
tak terasa aku menangis. Ku pukuli kaki yang tidak sempurna, membuat banyak orang selalu menghinaku dengan sebutan cacat.
Aku benci, kenapa harus terjadi kecelakaan yang membuat kaki ku cacat dan tidak sempurna seperti yang lain.
'Ya Tuhan, kenapa harus aku yang ada diposisi ini? sakit, hatiku sakit, mereka tiada perasaan padaku. Kenapa Kau membuatku terlalu mencintai Mas Izham? hingga aku tidak bisa meninggalkannya, aku sangat menyayanginya, tetapi dia tega menyakitiku, lalu aku harus bagaimana? Bertahan sakit, pergi pun sulit, sungguh aku benci dengan perasaanku sendiri yang masih mau bertahan dengan Mas Izham. Ibu sudah pergi meninggalkanku dan aku hanya sendiri didunia ini? hanya Mas Izham yang ku punya, jika aku pergi, lalu aku harus kemana? dan hidup dengan siapa? sedang keadaanku seperti ini?' aku menangis terisak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 369 Episodes
Comments
Berdo'a saja
heemmmm nyesek
2022-06-24
0
Sukliang
lanjuttttt
2022-06-23
0
Arinie Ma'rifah
orang kq hidup dana. orang baik pasti banyak yg nolongin. pergi kei
2022-02-22
0