5 Sepeda Baru Tapi Bekas

"Kamu harus mau nerima pemberian

saya" ujar haji Maliki.

"Pemberian nopo bah?" tanya Alvin

penasaran.

"Itu, pakai itu untuk akomodasi kamu

ke sekolah, biar gak jalan kaki terus" ujar

haji Maliki seraya menunjuk sebuah

sepeda pancal yang tersandar di dinding

rumahnya.

"Waduh maaf bah, saya jalan kaki saja

gpp" tolak Alvin, ia merasa tak enak jika

menerima pemberian secara cuma-cuma.

"Kalau kamu gak mau, lebih baik

pekerjaan ini gak jadi saya kasih ke kamu

aja" ancam haji Maliki.

"Eh kok gitu bah" ucap Alvin sedikit

kecewa.

"Lah kamu cuma disuruh make sepeda

aja gak mau kok" ujar haji Maliki.

"Saya ndak enak nerima pemberian

cuma-cuma bah, atau gini saja sepeda itu

saya beli saja ya bah, nanti bayarnya

potong uang gaji saya tiap bulannya" ujar

Alvin memberi solusi.

"Wes terserah kamu le, pokok kamu

bawa aja dulu itu sepeda. Untuk mulai

kerjanya mulai Senin besok ya, sekalian

awal bulan" ujar haji Maliki pada

akhirnya.

Alvin pun hanya bisa menurut, kini

ia mendekati sebuah sepeda bekas yang

tersandar di dinding. Ada rasa bahagia

ketika ia memegangnya, meski hanya

sebuah sepeda bekas, tapi sepeda itu masih

sangat layak pakai.

"Sepedanya emang cukup jelek, ta

insyaallah masih bisa dipakai lah" ucap Haji Maliki saat melihat Alvin memegang sepeda tersebut.

"Jelek apanya bah, ini masih sangat

bagus, terimakasih banyak ya bah. Jangan

lupa potong gaji saya tiap bulan" jawab

Alvin menegaskan.

"Wes bawaken pulang sana!" usir haji

Maliki kemudian.

Membuat Alvin segera meraih

tangan haji Maliki, untuk ia salam

kemudian pamit berlalu.

Alvin mengayuh sepedanya dengan

rasa bahagia. Seraya membayangkan

setelah ini ia tak perlu berjalan kaki ke

sekolah, waktu tempuhnya juga akan

berkurang. Membayangkannya saja sudah

membuat Alvin senang.

Tak terasa rumah Alvin sudah di

depan mata, ralat rumah orang tua yang

sudah membesarnya. Belum benar sampai,

Alvin sedikit tersentak melihat sang

bapak keluar dari rumah dengan sedikit

emosi, ditambah dengan pintu rumah

yang tertutup dengan kerasnya.

Membuat Alvin turun dari sepeda

dan menuntunnya mendekati sang bapak.

"Assalamualaikum!" sapa Alvin

seraya mnencium tangan sang bapak.

"Waalaikumsalam" jawab pak Rohman

sedikit tersentak.

"Sepeda siapa yang kamu bawa itu le"

tanya pak Rohman.

"Ah ini dari Abah Maliki pak, kita

duduk dulu aja biar Alvin jelasin" jawab

Alvin.

"Ya udah sambil minum es tebu depan

situ aja ya le, kamu pasti haus kan" ajak pak

Rohman, sebenarnya beliau hanya ingin

agar Alvin tak segera masuk ke dalam

rumah, karena suasana hati sang istri

sedang tidak baik. Dan biasanya Alvin akan menjadi sasaran amarahnya.

Dengan mengangguk Alvin pun

segera mengikuti pak Rohman yang sudah

berjalan terlebih dahulu.

Pak Rohman yang sudah sampai

duluan pun memesan es tebu untuk

Alvin dan untuk dirinya sendiri.

"Duduk sini le, sekarang kamu jelasin

kenapa bisa bawa pulang sepedanya Abah

Maliki" perintah pak Rohman, seraya

menyerahkan segelas es tebu yang sudah

ditangannya.

"Aku mau berhenti markir pak" ucap

Alvin mengawali ceritanya.

"Boleh, sejak awal kan bapak juga

kurang suka kalau kamu kerja begituan,

lagian kamu juga masih sekolah le, bukan

tanggung jawabmu mencari uang" jawab

pak Rohman.

Beliau memang berkali-kali

mengingatkan Alvin bahwa mencari

nafkah adalah tanggung jawab seorang

bapak, bukan anak yang masih sekolah.

Namun mengingat kebiasaan sang istri,

pak Rohman akhirnya mengijinkan

Alvin menjadi tukang parkir.

"Alvin mau jadi tukang sampah pak"

ucap Alvin.

"Maksudmu gimana le?" tanya pak

Rohman mengernyitkan dahi.

"Jadi kemarin Abah Maliki nawari

Alvin buat jadi tukang sampah di

kampung kita pak, nah hari ini Alvin

sanggupi. Sepertinya jadi tukang sampah

lebih baik daripada tukang parkir. Dan

sepeda yang Alvin bawa itu pemberian

Abah Maliki, tapi Alvin gak langsung

terima pak, Alvin minta buat bayar

sepeda itu dengan memotong gaji Alvin

tiap bulannya nanti" ujar Alvin memberi

penjelasan.

Ada gurat kecewa di wajah pak Rohman.

"Kamu gak bisa jadi pelajar aja tah le?

Bapak liat kamu itu sekarang sekolahnya

kan lebih jauh, pulang juga lebih sore. Apa

gak sebaiknya kamu gunakan waktumu

buat istirahat dan fokus sekolah aja" ujar

pak Rohman tampak sedikit keberatan.

"Alvin gak mau terlalu membebani

bapak, biar sekolah Alvin saat ini dapet

beasiswa, gak menutup kemungkinan jika

nantinya Alvin akan butuh biaya untuk

kepentingan lain. Dan Alvin gak pingin

merepotkan bapak" jawab Alvin.

"Kamu gak pernah ngerepotin bapak

le, kamu bukan beban. Kamu memang

tanggung jawab bapak" ucap pak Rohman

sedih.

"Tapi pak, Alvin ingin membantu

keuangan rumah kita" sanggah Alvin.

Rayu merayu Alvin pada sang bapak

pun terjadi. Meski Alvin sudah tahu jika

pak Rohman bukanlah bapak kandungnya, tapi mengingat kebaikan dan

kasih sayang pak Rohman selama ini,

membuat Alvin amat patuh dan hormat

pada beliau.

Hingga tercapailah tujuan Alvin.

Mendapat izin dari sang bapak, untuk

pekerjaan barunya.

Usai berbincang, keduanya pun

kembali ke rumah. Bu Eleanor jarang

memarahi Alvin jika sang suami sedang

bersama mereka, meski begitu pak

Rohman pun tau jika Bu Eleanor memang tak

menyukai Alvin.

Lepas magrib Alvin menuju toko

tempat biasa ia markir, berjalan kaki,

sebab Abah Maliki hanya berpesan jika

sepeda pemberiannya sebaiknya dipakai

untuk akomodasi sekolah. Karena Alvin

merasa belum membeli sepeda itu, maka ia

tak berani memakainya untuk

kepentingan lain.

Dengan sopan Alvin berpamitan

pada pemilik toko, menjelaskan bahwa tak

bisa membantu menjadi tukang parkir di

toko tersebut lagi. Meski Alvin cukup

tau, jika sebenarnya pemilik toko sudah

menempatkan orang baru untuk markir

disana.

Usai berpamitan Alvin masih

berbincang dengan tukang parkir yang

baru. Sampai seorang wanita berusia 40an

menghampiri dan menitipkan barang

belanjaannya.

"Eh Alvin lama gak ketemu, nitip

belanjaan Tante sebentar ya, ini tadi ada

yang ketinggalan di dalem" pinta wanita

tersebut.

"oh iya Tante" jawab Alvin seraya

menenteng belanjaan wanita itu, ketika

beliau berlalu.

Beberapa waktu menunggu, tak lama

kemudian tampak seorang remaja laki-laki menghampirinya.

"Hei murid beasiswa, orang kaya gini

kok sekolah pakai beasiswa!!" sapa laki-

laki tersebut, ya dialah Alex.

"Apaan sih!" Acuh Alvin malas

menanggapi.

Disusul oleh kedatangan wanita tadi

yang sudah datang.

"Alvin makasih ya udah mau

bawain barang Tante" ucap wanita

tersebut seraya membuka pintu belakang

mobil, untuk meletakkan barang

belanjaannya.

"Mama!" Sapa Alex

"Kamu itu dari mana aja sih Lex.,

mama cari dari tadi juga jawab Bu Rosa,

mama Alex.

"Mama kenal Alvin?" tanya Alex

penasaran.

"Lah, kamu kenal juga?"jawab Bu Rosa balik bertanya.

"Alvin ini penerima beasiswa di

sekolah ma" jawab Alex.

"Benar begitu Alvin?" tanya Bu Rosa

pada Alvin.

"Ah iya Tante" jawab Alvin merasa

tidak enak, pasalnya beberapa waktu yang

lalu, Bu Rosa ingin memberi bantuan

untuk sekolah Alvin, namun kala itu

Alvin menolak dengan tegas. Ia

bersikeras tidak mau menerima sebuah

bantuan.

"Ah syukurlah kalau gitu, kalau tau

gini kan Tante jadi gak khawatir. Kamu

masih markir disini nak?" tanya Bu Rosa

seraya mengusap kepala Alvin. Bu Rosa

adalah pelanggan di toko sebelah, tempat

biasa Alvin markir.

"Iyah Tante, tapi mulai hari ini tidak.

Ini tadi saya cuma pamitan sama bos aja"

jawab Alvin.

"Oh gitu, kalau boleh tau kenapa

berhenti?" tanya Bu Rosa penasaran.

Sedikitnya beliau cukup mengenal Alvin

sejak 3 tahun yang lalu.

"Saya sudah dapat pekerjaan lain

tante, ya meskipun cuma jadi tukang

sampah di kampung sih. Tapi tetep aja

sepertinya masih mending daripada

disini" jawab Alvin jujur.

Sementara Alex hanya berdiam diri,

keberadaannya seolah tak di anggap oleh

sang mama, hingga ia berdehem.

"Ekhem! Mama sudah belanjanya?"

tanya Alex..

"Oh iya, sudah ini Lex. Eh kalau kalian

satu sekolah, satu kelas juga gak?" tanya Bu

Rosa.

"Enggak Tante" "Gak!" jawab Alvin

dan Alex hampir bersamaan.

"Wah kompak banget sih, sayang banget yah gak sekelas. Tapi kamu kalau kesulitan di sekolah bisa minta ajarin

Alvin loh Lex, dia ini kan pinter" ujar

mama Rosa yang lebih memuji Alvin.

"Alex juga pinter ma" jawab Alex tak

terima.

"Iya iya, anak mama juga pinter. Tapi

kayaknya lebih pinter Alvin deh" ucap

Bu Rosa seraya tertawa menggoda sang

anak.

Sementara Alex tampak kesal dan

memilih masuk ke dalam mobil lebih

dulu, seraya duduk di kursi kemudi.

"Tante pergi dulu yah Vin, semoga

kerjaan kamu dan sekolahnya lancar yah

nak" ujar Bu Rosa berpamitan dengan

tulus.

"Makasih doanya Tante, hati hati ya"

jawab Alvin

Bu Rosa pun mengangguk kemudian

Berjalan hendak masuk ke dalam mobil.

Belum sempat masuk, Bu Rosa

kembali beliau memberikan selembar

uang 100rb untuk Alvin.

"Jangan Tante, Alvin kan udah gak

markir" tolak Alvin.

"Buat jasa bantuin Tante pegang

belanjaan" jawab Bu Rosa, beliau tau jika

gengsi Alvin cukup besar untuk

menerima sesuatu tanpa bekerja.

"Tapi ini kebanyakan te" ucap Alvin.

"Anggap itu pesangon dari Tante" ucap

Bu Rosa yang kemudian berlalu

menghindari Alvin agar tak

mengembalikan uangnya.

Bu Rosa pun segera masuk ke dalam

mobil, saat Alvin masih berusaha

mengembalikan uang tersebut.

"Ayok jalan Lex!" Perintah Bu Rosa

pada Alex.

Saat sudah berjalan perlahan barulah Bu Rosa membuka kaca jendela mobil dan

melambai pada Alvin.

Membuat Alvin akhirnya mau tak

mau menerima uang tersebut.

"Makasih te!" Teriak Alvin

mengiringi mobil yang dikemudikan Alex

berlalu.

"Mama kok bisa kenal sama Alvin?"

tanya Alex sambil mengemudi.

Episodes
1 1 Masuk Ruang BK
2 2 Pupus sebelum Mekar
3 3 Teka Teki Jati Diri
4 4 Profesi Baru
5 5 Sepeda Baru Tapi Bekas
6 6 Gerobak Baru
7 7 Rokok
8 8 Ketua Geng Pembuat Onar
9 9 Pasangan Lomba
10 10 Lomba
11 11 Juara
12 12 Gaji yang Di Harapkan
13 13 Ide Mulung
14 14 Rencana Ngekos
15 15 Gak Level
16 16 Kehilangan Rosok
17 17 Fakta
18 18 Diusir
19 19 Pindah
20 20 Jenang Abang
21 21 Iri
22 22 Setitik Harapan
23 23 Pengepul
24 24 Jualan
25 25 Terompet dan Es Teh
26 26 Berantem
27 27 Balapan
28 28 Berangkat Bareng
29 29 Rusaknya Tempat Rosok
30 30 Pupus
31 31 Fakta
32 32 Terciduk Polisi
33 33 Perlombaan
34 34 Siapa Gerangan
35 35 Tawuran
36 36 Dihukum
37 37 Babak Final Lomba
38 38 Lagi-lagi Juara
39 39 Kepergok
40 40 Tak Seperti Itu
41 41 Kehilangan
42 42 Classmeet
43 43 Ambil Raport
44 44 Benalu
45 45 Sial
46 46 Slot
47 47 Tak ada Habisnya
48 48 Sia Sia
49 49 Keberadaan Luna
50 50 Aturan Aneh
51 51 Tuduhan Tak Berdasar
52 52 Bincang Siang
53 53 Krisis Rasa Percaya Diri
54 54 Bukti
55 55 Tertangkap
56 56 Kepala Sekolah Baru
57 57 Ketua OSIS
58 58 Gadis Gila
59 59 Mengintai
60 60 Bebas Tuduhan
61 61 Kalah
62 62 Bolos
63 63 Yang Penting Ganteng
64 64 Kenakalan Remaja
65 65 Berubah
66 66 Fix Berhenti
67 67 Mengembangkan Usaha
68 68 Indahnya Berbagi
69 69 Diam Diam
70 70 Raport
71 71 Bertemu
72 72 Ter-Usir
73 73 Bimbang
74 74 Misi Penyelamatan
75 75 Bantuan
76 76 Ngedek Jejek Ijen
77 77 ATM
78 78 Hamil
79 79 Oleh Oleh
80 80 Pembicaraan
81 81 Diminta Pindah
82 82 Mencari Lahan
83 83 Rencana Terselubung
84 84 600 Jutaan
85 85 Deal
86 86 Orang Tuanya
87 87 Bantuan
88 88 Bertemu Om
89 89 Rencana Diratakan
90 90 Diratakan
91 91 Pamit
92 92 Terkejut
93 93 Tasyakuran
94 94 Pindah
95 95 Surat Istimewah
96 96 Penggemar
97 97 Akrab
98 98 Deep Talk
99 99 Informasi
100 100 Bertemu Nenek
101 101 Pencuri
102 102 Lapor Polisi
103 103 Ke Bandara
104 104 Kecelakaan
105 105 Urusan Polisi
106 106 Diremehkan
107 107 Bertemu
108 108 Kembali
109 109 Back To School
110 110 Lahiran
111 111 Telat
112 112 Wisuda
113 113 Tamat
Episodes

Updated 113 Episodes

1
1 Masuk Ruang BK
2
2 Pupus sebelum Mekar
3
3 Teka Teki Jati Diri
4
4 Profesi Baru
5
5 Sepeda Baru Tapi Bekas
6
6 Gerobak Baru
7
7 Rokok
8
8 Ketua Geng Pembuat Onar
9
9 Pasangan Lomba
10
10 Lomba
11
11 Juara
12
12 Gaji yang Di Harapkan
13
13 Ide Mulung
14
14 Rencana Ngekos
15
15 Gak Level
16
16 Kehilangan Rosok
17
17 Fakta
18
18 Diusir
19
19 Pindah
20
20 Jenang Abang
21
21 Iri
22
22 Setitik Harapan
23
23 Pengepul
24
24 Jualan
25
25 Terompet dan Es Teh
26
26 Berantem
27
27 Balapan
28
28 Berangkat Bareng
29
29 Rusaknya Tempat Rosok
30
30 Pupus
31
31 Fakta
32
32 Terciduk Polisi
33
33 Perlombaan
34
34 Siapa Gerangan
35
35 Tawuran
36
36 Dihukum
37
37 Babak Final Lomba
38
38 Lagi-lagi Juara
39
39 Kepergok
40
40 Tak Seperti Itu
41
41 Kehilangan
42
42 Classmeet
43
43 Ambil Raport
44
44 Benalu
45
45 Sial
46
46 Slot
47
47 Tak ada Habisnya
48
48 Sia Sia
49
49 Keberadaan Luna
50
50 Aturan Aneh
51
51 Tuduhan Tak Berdasar
52
52 Bincang Siang
53
53 Krisis Rasa Percaya Diri
54
54 Bukti
55
55 Tertangkap
56
56 Kepala Sekolah Baru
57
57 Ketua OSIS
58
58 Gadis Gila
59
59 Mengintai
60
60 Bebas Tuduhan
61
61 Kalah
62
62 Bolos
63
63 Yang Penting Ganteng
64
64 Kenakalan Remaja
65
65 Berubah
66
66 Fix Berhenti
67
67 Mengembangkan Usaha
68
68 Indahnya Berbagi
69
69 Diam Diam
70
70 Raport
71
71 Bertemu
72
72 Ter-Usir
73
73 Bimbang
74
74 Misi Penyelamatan
75
75 Bantuan
76
76 Ngedek Jejek Ijen
77
77 ATM
78
78 Hamil
79
79 Oleh Oleh
80
80 Pembicaraan
81
81 Diminta Pindah
82
82 Mencari Lahan
83
83 Rencana Terselubung
84
84 600 Jutaan
85
85 Deal
86
86 Orang Tuanya
87
87 Bantuan
88
88 Bertemu Om
89
89 Rencana Diratakan
90
90 Diratakan
91
91 Pamit
92
92 Terkejut
93
93 Tasyakuran
94
94 Pindah
95
95 Surat Istimewah
96
96 Penggemar
97
97 Akrab
98
98 Deep Talk
99
99 Informasi
100
100 Bertemu Nenek
101
101 Pencuri
102
102 Lapor Polisi
103
103 Ke Bandara
104
104 Kecelakaan
105
105 Urusan Polisi
106
106 Diremehkan
107
107 Bertemu
108
108 Kembali
109
109 Back To School
110
110 Lahiran
111
111 Telat
112
112 Wisuda
113
113 Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!