CEO Stops The Time
Dimas Arthama Jaya adalah CEO Muda sekaligus Pewaris Tunggal dari Group Arthama Jaya. Dimas mengalami kecelakaan pesawat ketika melakukan perjalanan bisnis yang telah dijadwalkan satu bulan yang lalu bersama Asisten Pribadinya yang bernama Edo tidak menyadari jika itu adalah hari terakhir mereka bersama.
Edo yang pertama kali mengetahui ada masalah pada Pesawat yang mereka tumpangi setelah pergi ke arah Kokpit Pesawat menemui Pilot untuk mengganti tujuan mereka segera meminta Dimas yang saat itu sedang mengerjakan pekerjaannya didepan Laptopnya untuk menghentikan semua aktifitasnya lalu segera memakai parasut dan melompat dari Pesawat tersebut.
"Tuan, anda harus segera memakai parasut ini dan segeralah lompat." ucap Edo khawatir.
"Tidak! Apa kau sudah gila?" tanya Dimas heran.
"Saya tidak gila Tuan. Saya serius. Anda harus segera memakai ini lalu lompat." ucap Edo sekali lagi.
"Tidak! Katakan dulu padaku apa yang terjadi?" tanya Dimas yang kebingungan.
"Waktunya tidak cukup untuk menjelaskan semuanya Tuan. Demi keselamatan Tuan, saya mohon pakailah ini." pinta Edo.
Dimas yang kebingungan tidak bergerak sedikit pun dari tempat duduknya dan memilih mengabaikan Edo. Edo yang tidak bisa diam saja terus meminta Dimas untuk menuruti perkataannya. Namun Dimas yang awalnya masih bersikeras meminta penjelasan akhirnya mengalah dan menuruti perkataan Edo.
Edo yang tidak menganggap Dimas hanya sebagai Bos dan Tuannya tapi juga penyelamatnya tidak bisa melihat Dimas meninggal begitu saja. Edo yang berhutang nyawa karena telah diselamatkan saat hampir tenggelam di danau ketika masih kecil pun berjanji pada dirinya sendiri akan terus mengabdi pada Dimas dan bahkan bersedia mengorbakan apapun demi Dimas.
"Baiklah aku akan memakainya tapi kau juga harus memakai parasut juga. Lalu, kita keluar dari Pesawat ini bersama." ucap Dimas.
"Tentu saja Tuan." ucap Edo.
Edo yang tau jika di dalam pesawat itu hanya memiliki satu parasut yang artinya hanya akan ada satu orang yang selamat memilih berpura-pura menuruti perkataan Dimas dan mengorbankan dirinya sendiri.
"Tuan, anda turunlah duluan. Saya akan segera turun setelah anda. Saya harus mengendalikan pesawat ini terlebih dahulu agar Pesawat ini tidak terjatuh. Setelah anda keluar dari Pintu itu, saya akan segera meninggalkan tempat ini dan berlari menyusul anda." ucap Edo pada Dimas.
"Baiklah. Ingat kau harus segera lari setelah aku keluar." ucap Dimas.
"Pasti Tuan." ucap Edo.
Dimas pun bergegas memakai parasut dan berlari ke depan pintu keluar sementara Edo berlari ke arah Kokpit Pilot untuk mengendalikan Pesawat tersebut.
Edo yang tau jika salah satu dari mereka harus tetap tinggal di atas Pesawat untuk mengendalikan pesawat itu karena Pilot yang bertugas mengendalikan Pesawat ternyata telah meninggal karena keracunan dan pesawat tersebut bahkan tak memiliki sistem pilot otomatis sehingga Edo memilih untuk mengorbankan nyawanya demi keselamatan Dimas.
Edo pun menyingkirkan mayat Pilot itu dan menarik kemudi Pesawat. Lalu dengan sekuat tenaga mengendalikan pesawat tersebut lalu menekan tombol untuk membuka pintu kelur yang untungnya tidaklah rusak.
"Aku harus bisa mengendalikan pesawat ini agar Tuanku bisa selamat." gumam Edo.
Kraakkk
(Suara Pintu Pesawat terbuka)
Setelah mengetahui pintunya terbuka, Edo pun segera berteriak dan memberikan kode kepada Dimas untuk segera keluar.
"Tuan! Sekarang!" teriak Edo.
Dimas yang mendengar perkataan Edo pun segera melompat dari dalam Pesawat. Dimas yang tidak terbiasa dengan terpaan angin yang sangat kencang pun berteriak.
"Aarrgghhh!" teriak Dimas.
Dimas yang awalnya terkejut dengan cepat mengendalikan fikiran dan tubuhnya lalu menarik kaitan parasut yang ada di punggungnya dan dalam sekejap parasut itu pun mengembang dan melayang di langit.
Edo yang telah melihat Dimas keluar dari Pesawat itu pun tersenyum bahagia karena telah berhasil melakukan tugas terakhirnya dengan baik.
"Tuan, anda harus bisa selamat dan hidup dengan bahagia. Jangan sia-siakan pengorbananku ini." gumam Edo.
Tidak lama kemudian, Pesawat itu pun mengeluarkan suara yang sangat keras yang menandakan bahwa Pesawat tersebut telah mencapai batasnya.
Edo yang mencoba untuk mendaratkan Pesawat itu dengan aman ternyata tak bisa mengendalikannya lagi hingga terdengar ledakan yang sangat besar dari bagian belakang pesawat tempat bahan bakar Pesawat tersebut berada yang mengakibatkan Pesawat itu pun menukik tajam dengan baling-balingnya terjun bebas ke tanah sehingga membuat Pesawat itu pun berputar-putar di udara.
Edo yang tau jika dirinya tidak akan bisa selamat pun pasrah dan duduk di kursi pilot dengan tenang sambil mengingat kembali kenangan-kenangan bahagia saat dirinya masih menjadi Asisten Pribadi Dimas.
"Kata orang jika kita tiba-tiba mengingat kenangan bahagia ataupun sedih di detik-detik terakhir. Itu artinya hidup kita benar-benar tidak akan lama lagi." ucap Edo menghela nafas.
Pesawat pun terus berbunyi tiada henti dan lampu yang ada di sekitar kokpit pun terus berkedap-kedip tiada henti.
"Selamat tinggal Tuanku!" ucap Edo sambil tersenyum.
Dalam hitungan detik pesawat itu pun menabrak tanah lalu meledak dengan ledakan yang sangat besar hingga membuat semua orang yang disekitarnya terkejut dan berlarian ke lokasi.
Sementara itu, Dimas yang awalnya berfikir jika Edo telah keluar dari Pesawat yang meledak itu pun tersenyum lega tapi saat dirinya memanggil-manggil Edo dan tak ada jawaban membuat Dimas menjadi khawatir.
Dimas pun menoleh ke belakang dan mencari-cari keberadaan Edo tapi tak menemukan apapun. Dimas yang sadar jika Edo masih berada di dalam Pesawat itu pun berteriak dengan sangat keras dan memanggil-manggil nama Edo berulang kali tapi percuma saja karena tidak akan ada seorang pun yang bisa mendengarnya karena gaya gravitasi disekitarnya.
Dimas yang sadar jika Edo telah tiada pun terdiam dan menyesali kebodohannya yang langsung menurut dan tidak memeriksa lagi apakah Edo benar-benar memiliki parasut untuk dirinya.
"Bodoh! Bagaimana bisa kau sebodoh ini? Bagaimana bisa kau tidak mengeceknya kembali?" teriak Dimas pada dirinya sendiri.
Dimas yang merasa sangat sedih dan menyesal tak bisa menahan tangisnya.
"Maafkan aku! Maaf maafkan aku!" ucap Dimas berulang kali.
Ketika Dimas sedang menyesali yang telah terjadi tiba-tiba ada angin kencang yang berhembus ke arahnya dan membuat parasut yang dipakainya terbang tak tentu arah.
Parasut itu pun membawa Dimas terbang ke tengah hutan dan tersangkut di atas Pohon Pinus. Dimas yang masih sadar setelah tersangkut pun mencoba melepaskan diri dari Parasut tersebut dan tak disangka ternyata dirinya pun terjatuh dari atas Pohon Pinus yang sangat tinggi.
"Aaarrrgghhh!" teriak Dimas.
Dimas yang terjatuh dari tempat yang sangat tinggi pun tak bisa menjaga kesadarannya dan akhirnya pun jatuh pingsan.
#**Bersambung#
Jangan Lupa Like, Komen dan Vote ya..
🥰😊😍😘
Terima kasih**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Varhan Thio
aduh kasihan Edo
2023-06-17
1
yeyen melia😍😍
mampir ah kyanya menarik nih
2023-04-25
1
Rifa'i
seru ceritanya
2022-11-02
1