Bab 5. Kematian datang kembali

Karena Devan memang luka parah sampai tidak bisa mau bernafas, maka saat ini juga dia harus di larikan kerumah sakit untuk di tangani oleh dokter. bila terlambat malah takut nya nanti terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, jadi lebih baik segera di bawa saja agar segera di tangani dengan benar.

Namun di sini Inara semakin yakin kalau adik ipar nya pasti punya sesuatu yang merusak pikiran juga, sebab Meri kelihatan agak bingung sesaat setelah kejadian Devan melanting itu. pikiran gadis tersebut seolah sangat kacau sehingga tidak bisa mau berpikir normal, dia tidak mau berbuat begini namun ada yang menggerakkan tubuh nya.

Tadi jelas Inara melihat kalau Meri mematung ketika melihat saudara nya terkapar kesakitan, walau dia sama sekali tidak ada gerakan mau menolong juga namun setidak nya ada rasa seolah menyesal. Inara yakin Meri memang punya gangguan ghaib, hanya saja masalah nya sekarang tidak ada yang percaya akan ucapan dia.

Bukan cuma dari para keluarga yang lain saja yang akan menolak, Devan sang suami saja tidak percaya kalau Meri punya gangguan ghaib. entah ini nanti setelah dia sehat apa kah masih tidak percaya, atau justru terbuka hati nya untuk mempercayai kalau ini memang ada campur tangan iblis di dalam tubuh adik nya.

"Pasien harus segera melakukan operasi, tulang rusuk yang patah sudah melukai organ dalam." ujar dokter.

"Separah itu, Dokter?!" Inara agak tidak percaya efek yang Devan terima.

"Karena benturan yang sangat keras sehingga lima tulang rusuk patah, sebagian ada yang menancap di hati dan jantung juga walau tidak dalam." jelas dokter lagi.

"Ya Allah!" Inara agak tidak percaya karena yang menepis tadi hanya lah Meri.

Segera dokter mengurus segala sesuatu nya agar Devan segera melakukan operasi secepat mungkin, sebab kalau di tunda agak lama maka darah bisa terus keluar dan nyawa pria ini tidak bisa lagi di selamatkan. ada Mai dan juga Mela yang menemani Inara, karena mereka juga panik sekarang.

"Kakak lihat lah, tolong lah percaya padaku kalau Meri memang punya gangguan ghaib." Inara bicara serius.

"Maksud mu apa, In?" Mela agak gugup karena ingat soal kejadian di kamar.

"Meri minum kopi panas tanpa di tiup sebanyak dua gelas, ini Bang Devan cuma di tepis sedikit tapi tulang rusuk nya patah." jelas Inara.

"Ini masuk akal, Kak! tidak mungkin cuma di tepis saja malah langsung patah, kekuatan Meri tidak mungkin sebesar itu." Mai juga setuju.

"Berarti yang aku lihat di kamar itu benar kan?" lirih Mela langsung merinding di buat nya.

Saat mereka sedang bercakap cakap soal keanehan si bungsu, tiba tiba saja dokter di dalam langsung panik dan membuat mereka juga penasaran apa yang sudah terjadi. para suster juga sangat ketakutan, dokter terus berusaha untuk menyelamatkan Devan yang pendarahan di bagian dalam akibat tusukan tulang iga itu.

"Maafkan kami, Nyonya. pasien tidak bisa untuk di selamatkan!" dokter keluar dengan wajah menyesal.

"Apa?!" Inara langsung jatuh karena tidak sanggup mendengar nya.

"Inara!" Mela membantu adik ipar nya berdiri walau dia pun juga lemas.

"Ta..tapi baru mau operasi, Dok? kenapa Abang ku sudah meninggal!" Mai bertanya pelan dengan sorot mata nanar.

"Jantung nya terkena cukup dalam dan juga bagian hati, jadi mohon maaf kami tidak bisa menyelamatkan." sesal dokter.

Orang lain mungkin mengira kalau itu benturan keras atau tertimpa barang yang sangat berat, namun nyata itu semua hanya tepisan kecil biasa saja. sekarang justru nyawa Devan tidak bisa mau di selamatkan, tidak mungkin sanggup sang istri menerima kenyataan ini.

"Ya Allah suami ku!" pekik Inara sungguh merasa kehilangan.

Baru tadi pagi dia siap kan kopi tanpa firasat apa pun, malah sekarang agak siang sedikit saja suami nya meninggal dunia akibat pendarahan organ dalam. satu bulan yang lalu Mama Ajeng, sekarang menyusul Devan karena dia di tepis oleh sang adik.

...****************...

"Meri sudah semakin tidak karuan kelakuan nya, sebaik nya kita bawa saja dia ke rumah sakit jiwa." Tante Rindu bicara dengan Om Burhan.

"Kamu gila, keponakan kita tidak mengalami ganguan jiwa!" tolak Om Burhan langsung.

"Tidak gila bagai mana? Abang tidak melihat kah saat dia membunuh Devan!" sentak Tante Rindu.

Om Burhan menarik nafas panjang karena dia juga bingung mau mengurus keponakan nya ini, sudah satu bulan sejak kematian nya Mam Ajeng dan Meri memang selalu bertingkah. mereka mengatakan kalau itu depresi saja karena dia selama ini sangat dekat dengan Mama Ajeng, namun makin kesini malah semakin lain sehingga mereka agak cemas juga.

"Devan itu mungkin saja saat jatuh menerima benturan di kepala nya, bukan karena di tepis Meri." ujar Om Burhan.

"Lalu bagai mana dengan tulang rusuk yang patah? dia meninggal karena pendarahan di organ dalam!" tekan Tante Rindu sangat geram.

"Tapi aku tidak setuju apa bila Meri di bawah ke rumah sakit jiwa!" sentak Om Burhan.

"Kau malu karena bila sampai di dengar orang kan? kau masih saja mempertimbangkan bisnis di saat genting begini." sengit Tante Rindu.

"Kau yang otak nya tidak beres, aku yakin Meri tidak gila." Om Burhan segera pergi karena sudah sangat kesal.

"Tante sudah lah, di depan orang orang sedang berduka soal Devan." Mai mencegah pertengkaran mereka berdua.

Tante Rindu menarik nafas berat dan Om Burhan juga segera pergi dari hadapan adik nya, bila di terus kan maka akan debat terus tidak ada sudah nya. dari pada begitu dan orang yang melayat juga masih banyak, maka lebih baik mengalah saja dan pergi dengan yang lain.

Untuk urusan kedepan nya maka lebih baik di pikirkan nanti saat kepala sudah dingin, kalau masih sama sama panas membara maka tidak akan dapat solusi yang tepat. malah yang ada mereka akan terus debat, sampai nanti salah satu nya sakit hati.

"Mai lihat lah adik mu di kamar, Meri tidak keluar sejak tadi pagi." suruh Tante Rindu.

"Aku takut, Tante." lirih Mai karena takut di cekik pula.

"Ayo Tante temani, kenapa dia tidak melihat jasad saudara nya pula." Tante Rindu berjalan duluan.

Mereka berdua mengetuk pintu kamar nya Meri agar gadis itu mau keluar dari sana, sejak pagi tadi setelah kejadian nya Devan, Meri sama sekali tidak keluar dari kamar. entah apa yang sudah dia lakukan di sana, namun yang jelas dia tidak mau keluar walau hanya sebentar saja.

Selamat siang besty.

Terpopuler

Comments

tse

tse

yah ko Devannya meninggal sih ka...
padahal mau liat reaksinya dulu...
apakah dia sekarangvpercaya kalo Meri ada gangguan ghaib...
tapi ya sudah lah...kuti alur cerita kaka aja..

2025-09-01

4

Betri Betmawati

Betri Betmawati

siang jg besty
nggak nyangka klu Devan akan meninggal kasian jg ya
Meri semakin meresahkan dan membayakan
CPT lh bawa keustad agar nanti tak tambah ribet

2025-09-01

0

Alik Puspita Wati

Alik Puspita Wati

sudah jatuh satu korban jangan sampai ada korban berikutnya .., sebaiknya bawa meri ke ustadz atau orang pintar. ini belum muncul yaa mbk Pur nya?

2025-09-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal mula
2 Bab 2. Air mata darah
3 Bab 3. Tidak ada yang percaya
4 Bab 4. kopi panas
5 Bab 5. Kematian datang kembali
6 Bab 6. Mematahkan tangan
7 Bab 7. Keanehan sikap Meri
8 Bab 8. Mengajak Dewa
9 Bab 9. Siluman ular
10 Bab 10. Dukun muntah darah
11 Bab 11. Ada rahasia
12 Bab 12. Tembok berdarah
13 Bab 13. Mendatangi Ratu ular
14 Bab 14. pandangan Om Burhan
15 Bab 15. Penolakan ratu ular
16 Bab 16. Hampir celaka.
17 Bab 17. Arya turun tangan
18 Bab 18. Mencabuti Kuku
19 Bab 19. Kaki menggantung
20 Bab 20. Sisik ular
21 Bab 21. Iblis datang
22 Bab 22. Kamar mandi air hitam
23 Bab 23. Kedatangan Om burhan
24 Bab 24. Awal mula masalah
25 Bab 25. Mendatangi Quina
26 Bab 26. Ritual pemanggilan
27 Bab 27. Ejekan iblis
28 Bab 28.Susah mencari barang
29 Bab 29. Korban lagi
30 Bab 30. Maharani vs iblis jabrik
31 Bab 31. Pertolongan
32 Bab 32. Meri mengamuk lagi
33 Bab 33. Meminta tolong lagi
34 Bab 34. Xiela berangkat
35 Bab 35. Aura gelap
36 Bab 36. Ternyata Ratna
37 Bab 37. Panggilan Ibu
38 Bab 38. Arwah Devan
39 Bab 39. kacang tunggal
40 Bab 40. Meri masih sadar
41 Bab 41. Mendapat kan arak kuburan
42 Bab 42. hantu dalam toilet
43 Bab 43. Si kalem yang ganas
44 Bab 44. Meri mengamuk
45 Bab 45. Bik Inah menentang
46 Bab 46. Ritual berbahaya
47 Bab 47. Mengorbankan kan darah
48 Bab 48. Arwah Mama Ajeng
49 Bab 49. Siluman gagak atau bukan
50 Bab 50. Segel Zahra
51 Bab 51. kepala dalam gucci
52 Bab 52. Melarikan diri
53 Bab 53. Kematian lagi
54 Bab 54. Mau jadi teman
55 Bab 55. Ribut keluarga
56 Bab 56. Sadar akan sesuatu
57 Bab 57. Siksaan demi siksaan
58 Bab 58. Meri datang
59 Bab 59. Xiela tidak bisa tertipu
60 Bab 60. Flashback
61 Bab 61. Flashback part 2
62 Bab 62. Gabriel
63 Bab 63. Perselingkuhan ortu
64 Bab 64. Berbagai macam santet
65 Bab 65. Membakar tulang
66 Bab 66. Maya terbakar
67 Bab 67. Kedatangan Ibu
68 Bab 68. Gagak buangan
69 Bab 69. Kedatangan Meri
70 Bab 70. penyesalan Meri
71 Bab 71. Penguburan Celin
72 Bab 72. Mencari tulang Fiona.
73 Bab 73. Cerita Kai
74 Bab 74. Menolong Sadewa
75 Bab 75. Membantai para arwah
76 Bab 76. Kedatangan kafan hitam
77 Bab 77. Menghajar Nae
78 Bab 78. Duka keluarga besar
79 Bab 79. Bengis nya Arya
80 Bab 80. Menyiksa Inah
81 Bab 81. Kisah Fiona
82 Bab 82. Flashback of
83 Bab 83. Takut pada pengeran ular
84 Bab 84. Penawaran Arya
85 Bab 85. Susana haru
86 Bab 86. Meminta maaf pada Meri
87 Bab 87. Di bawa pulang
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1. Awal mula
2
Bab 2. Air mata darah
3
Bab 3. Tidak ada yang percaya
4
Bab 4. kopi panas
5
Bab 5. Kematian datang kembali
6
Bab 6. Mematahkan tangan
7
Bab 7. Keanehan sikap Meri
8
Bab 8. Mengajak Dewa
9
Bab 9. Siluman ular
10
Bab 10. Dukun muntah darah
11
Bab 11. Ada rahasia
12
Bab 12. Tembok berdarah
13
Bab 13. Mendatangi Ratu ular
14
Bab 14. pandangan Om Burhan
15
Bab 15. Penolakan ratu ular
16
Bab 16. Hampir celaka.
17
Bab 17. Arya turun tangan
18
Bab 18. Mencabuti Kuku
19
Bab 19. Kaki menggantung
20
Bab 20. Sisik ular
21
Bab 21. Iblis datang
22
Bab 22. Kamar mandi air hitam
23
Bab 23. Kedatangan Om burhan
24
Bab 24. Awal mula masalah
25
Bab 25. Mendatangi Quina
26
Bab 26. Ritual pemanggilan
27
Bab 27. Ejekan iblis
28
Bab 28.Susah mencari barang
29
Bab 29. Korban lagi
30
Bab 30. Maharani vs iblis jabrik
31
Bab 31. Pertolongan
32
Bab 32. Meri mengamuk lagi
33
Bab 33. Meminta tolong lagi
34
Bab 34. Xiela berangkat
35
Bab 35. Aura gelap
36
Bab 36. Ternyata Ratna
37
Bab 37. Panggilan Ibu
38
Bab 38. Arwah Devan
39
Bab 39. kacang tunggal
40
Bab 40. Meri masih sadar
41
Bab 41. Mendapat kan arak kuburan
42
Bab 42. hantu dalam toilet
43
Bab 43. Si kalem yang ganas
44
Bab 44. Meri mengamuk
45
Bab 45. Bik Inah menentang
46
Bab 46. Ritual berbahaya
47
Bab 47. Mengorbankan kan darah
48
Bab 48. Arwah Mama Ajeng
49
Bab 49. Siluman gagak atau bukan
50
Bab 50. Segel Zahra
51
Bab 51. kepala dalam gucci
52
Bab 52. Melarikan diri
53
Bab 53. Kematian lagi
54
Bab 54. Mau jadi teman
55
Bab 55. Ribut keluarga
56
Bab 56. Sadar akan sesuatu
57
Bab 57. Siksaan demi siksaan
58
Bab 58. Meri datang
59
Bab 59. Xiela tidak bisa tertipu
60
Bab 60. Flashback
61
Bab 61. Flashback part 2
62
Bab 62. Gabriel
63
Bab 63. Perselingkuhan ortu
64
Bab 64. Berbagai macam santet
65
Bab 65. Membakar tulang
66
Bab 66. Maya terbakar
67
Bab 67. Kedatangan Ibu
68
Bab 68. Gagak buangan
69
Bab 69. Kedatangan Meri
70
Bab 70. penyesalan Meri
71
Bab 71. Penguburan Celin
72
Bab 72. Mencari tulang Fiona.
73
Bab 73. Cerita Kai
74
Bab 74. Menolong Sadewa
75
Bab 75. Membantai para arwah
76
Bab 76. Kedatangan kafan hitam
77
Bab 77. Menghajar Nae
78
Bab 78. Duka keluarga besar
79
Bab 79. Bengis nya Arya
80
Bab 80. Menyiksa Inah
81
Bab 81. Kisah Fiona
82
Bab 82. Flashback of
83
Bab 83. Takut pada pengeran ular
84
Bab 84. Penawaran Arya
85
Bab 85. Susana haru
86
Bab 86. Meminta maaf pada Meri
87
Bab 87. Di bawa pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!