Bab 2 : Keren Banget!

"Luna Velmiran!? Aku... Aku menjadi Luna Velmiran!?"

"Tidak... mungkin..." desisnya. Suara yang keluar terasa asing, merdu, dan bukan miliknya. Tangannya yang mungil dan halus memegangi pipi lembutnya di cermin. "Ini... mimpi? Apa aku koma setelah tertabrak truk?"

Dia mencubit lengannya sendiri. "Aduh!"

Sakit. Itu nyata. Ini nyata! Dia benar-benar menjadi Luna Velmiran!

Jantungnya berdebar kencang, darah berdesir di telinganya. Ia memandangi sekelilingnya — kamar yang lebih besar dari seluruh apartemennya, perabotan antik, dan tumpukan perhiasan yang berkilauan.

Aluna — sekarang Luna — kembali menatap bayangannya. Jari-jarinya yang gemetar menyentuh pipi yang halus, menarik helai rambut hitam yang berkilauan, dan merasakan denyut di bawah kelopak mata biru yang kini menjadi miliknya.

Ini bukan mimpi. Rasa dingin di ujung jarinya terasa terlalu nyata.

"Jadi... ini nyata? Apa suara gadis kecil itu yang melakukannya? Serius nih aku masuk ke dunia Novel?" bisiknya pada pantulannya sendiri. "Aku benar-benar ada di dunia Iselyn dan Delapan Pedang? Dan menjadi... Luna?"

Luna menelan ludah. Iselyn dan Delapan Pedang. Nama itu kini bukan lagi sekadar judul game, melainkan sebuah takdir yang menakutkan. Dia bukan lagi Aluna, karyawan biasa yang bisa bersembunyi di balik layar ponsel. Dia sekarang Luna Velmiran.

Di satu sisi, ini adalah keuntungan besar: dia tahu semua plot dan rahasia yang akan datang. Tapi di sisi lain, dia adalah Luna Velmiran. Artinya, dia tidak bisa hanya menjadi penonton. Dia akan terseret ke dalam setiap bencana, setiap teror, dan setiap pengkhianatan yang ada. Lalu, terakhir... pemberontakan Riven.

"Tunggu... Riven!" Napasnya tercekat. Jika Luna Velmiran ada di sini, itu berarti Riven Orkamor juga ada.

"Ahn... Mantap gila."

Suami fiksinya itu hidup, bernapas, dan mungkin sedang merencanakan kehancurannya sendiri di suatu tempat di kekaisaran ini. Obsesi Aluna yang sebelumnya abstrak dan sekedar keinginan untuk melihat akhir bahagia karakter pixel kesayangannya itu kini berubah menjadi sesuatu yang mendesak dan nyata. Sebuah misi kronis.

Ia mengepalkan tangan kecil Luna, merasakan energi baru yang mengalir dalam tubuh muda ini — campuran antara harga diri tinggi Luna yang dimanja dan tekad baja fangirling Aluna.

"Ini... gila. Tapi..." Dia menarik napas dalam-dalam, memaksakan diri untuk tenang seperti saat menghadapi klien yang sulit di kehidupan lamanya. Kepribadiannya yang chaos mulai diatur oleh logika dan pengalaman manajemen Aluna. "Riven... waktu itu dia meminta tolong padaku. Aku yakin mendengarnya. Lalu sekarang... aku di sini."

Tatapannya di cermin berubah dari panik menjadi sebuah determinasi yang membara. Mata biru itu, yang biasanya digunakan Luna Velmiran untuk menggoda, kini menyala dengan api yang berbeda.

Obsesi.

"Oke, Suamiku sayang, permintaanmu diterima. Lady ini akan menyelamatkanmu dari takdir burukmu. Tidak peduli seberapa sulitnya, tidak peduli seberapa kasarnya kamu nanti padaku!"

Luna menyeringai. "Tapi sebelum itu..."

"WAKTUNYA PESTA!!" pekiknya. Suara merdu Luna ia gunakan untuk berteriak dengan cara yang sama sekali tidak Lady.

"Gila! Gila! Gila!" Kegirangannya tidak terbendung. "Seriusan aku jadi Putri Duke di dunia ini? Keren banget!" Luna melompat-lompat dan melakukan tarian kemenangan yang aneh.

"Suamiku hidup!? Bisa kuendus, dong!?" Mengetahui idolanya nyata membuatnya menggelepar tak karuan sambil tertawa terbahak-bahak.

Tubuh barunya yang lentur itu ia lempar ke atas kasur empuk, memantul beberapa kali sebelum akhirnya ia menggulung diri dengan selimut sutra. "Tuuuut... tuuuut... Pemberhentian berikutnya, ranjang Grand Duke Orkamor!"

TOK! TOK! TOK!

"Nona Muda! Nona Muda Luna! Apakah ada yang terjadi?!" Suara Margaret, pelayan pribadi Luna, terdengar panik dari balik pintu.

"Margaret?" Nama itu muncul begitu saja di kepalanya. Bagaikan disiram air es, semua kegilaan Aluna langsung padam. Ingatan sebagai Luna Velmiran—tata krama, etiket, dan kebiasaan selama 17 tahun—menyapu bersih sisa-sisa euforianya.

Tubuhnya yang sedang berguling di kasur mendadak kaku. Dalam satu gerakan anggun, Luna berputar dan duduk tegak di tepi ranjang. Kakinya yang telanjang menyentuh lantai marmer dengan lembut.

Tangannya secara refleks meraih kipas lipat di meja samping, membukanya dengan satu sentakan elegan, dan menyembunyikan separuh wajahnya yang masih memerah.

Ketika ia berbicara lagi, suaranya bukan lagi teriakan norak Aluna, melainkan nada melodius, sedikit lesu, dan sangat terkendali khas seorang lady bangsawan.

"Tidak ada yang terjadi. Masuklah," ujarnya, suaranya jernih dan stabil.

Pintu terbuka pelan. Margaret yang cemas menyapu ruangan, mencari sumber keributan, tetapi yang ia lihat hanyalah nona mudanya yang duduk tenang. Anggun dan cantik seperti lukisan, melirik dari balik kipasnya seolah malu wajah bangun tidurnya terlihat.

"Oh... Berkah Dewi... Nona Muda kami memang sempurna," batin Margaret seketika menjadi lega.

"Ada yang Nona perlukan?"

"Hm... aku tidak punya agenda hari ini, kan? Siapkan saja sarapan dan air mandi."

"Baik, Nona." Margaret membungkuk dan pergi.

Begitu pintu tertutup, senyum elegan Luna seketika goyah. Ia menutup kipasnya. "Gila, yang barusan itu keren mampus!"

"Snap! Tidak ada yang terjadi. Masuklah." Luna menirukan adegannya sendiri. "Keren banget! Seriusan nih, yang barusan itu aku?"

Ia tidak percaya. Rasanya tubuh dan pikirannya bergerak secara alami—terlalu alami, hingga terasa... benar. Seolah ini memang tubuhnya, dan akan selalu begitu.

Tak lama, Margaret kembali bersama beberapa pelayan, membawa peralatan mandi. Mereka memandunya ke kamar mandi mewah, di mana bak marmer besar sudah terisi air hangat seputih susu yang ditaburi kelopak mawar.

Tatapannya tajam menyelidik, wajahnya yang datar membuat pelayan merasa takut. "Apa ini? Surga? Kalau begini sih, tidak ada lagi istilah malas mandi!" jeritnya dalam hati.

"Apa... Apa ada yang tidak sesuai dengan selera Nona?" Salah satu pelayan memberanikan diri bertanya.

Luna bingung. Wajah pelayan itu tertunduk dan jelas sekali sedang gemetar. Dia bertanya-tanya, apa mungkin karakter Luna dulunya sangat pemilih sabun mandi sampai membuat pelayan ketakutan begitu. Dia tidak ingat ada pengaturan seperti itu di karakter Luna Velmiran.

"Hm? Tidak ada, ini bagus. Aku suka aroma mawarnya. Kerja bagus," jawab Luna.

"Ah... Te-terimakasih!"

Luna melirik singkat. Dia hanya memujinya, tapi pelayan itu sudah berhenti gugup dan gemetar, bahkan tersipu malu. Para pelayan lain di belakang mereka juga cukup terkejut dan menatap iri. "Apa pelayan disini kurang dihargai?" batinnya.

Dengan bantuan empat pelayan, gaun tidurnya dilepas. Luna masuk ke dalam air hangat yang wangi, dan tubuhnya langsung melemas. Semua stres kehidupan lamanya seolah luruh. Para pelayan dengan terampil membasuh tubuhnya, memijat kulit kepalanya, dan membilasnya.

Luna hanya bisa memejamkan mata, menikmati setiap detik kemewahan ini sementara Margaret dengan menarik menceritakan rangkuman kejadian penting di kekaisaran selama seminggu terakhir.

Setelah mandi dan dikeringkan dengan handuk lembut, ia dipakaikan chemise tipis dan didampingi kembali ke kamar.

Terpopuler

Comments

Hppykiyo Modbos

Hppykiyo Modbos

wkwkwk kocak nya luna🤣

2025-09-20

1

Hppykiyo Modbos

Hppykiyo Modbos

semangat kakk

2025-09-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Canggung Parah!
2 Bab 2 : Keren Banget!
3 Bab 3 : Gaun = Iblis
4 Bab 4 : Tawaran Duke
5 Bab 5 : Cincin Ruang Ajaib
6 Bab 6 : Kau Lagi!?
7 Bab 7 : Badut!
8 Bab 8 : Isekai Smartphone, oye!
9 Bab 9 : Grand Duke!
10 Bab 10 : Endus Dikit
11 Bab 11 : 70%
12 Bab 12 : Memilih Departemen
13 Bab 13 : Saran Grand Duke
14 Bab 14 : Tiga Fraksi
15 Bab 15 : Ketahuan?
16 Bab 16 : Satu Frame Bersama Ayang!
17 Bab 17 : Pinjam Sebentar
18 Bab 18 : 1000%
19 Bab 19 : Suamiku?
20 Bab 20 : Tim Sisa
21 Bab 21 : Slime Kanal
22 Bab 22 : Lele Truno
23 Bab 23 : Aku Baik-Baik Saja!
24 Bab 24 : Ikan Mas Raksasa
25 Bab 25 : Mau Kembalikan Sapu Tanganku?
26 Bab 26 : Absolute Zero
27 Bab 27 : Kencan Pertama?
28 Bab 28 : Caiman Ring
29 Bab 29 : Artefak Yang Bagus
30 Bab 30 : Pustaka
31 Bab 31 : Lamaran!?
32 32 : Peringkat
33 Bab 33 : Ditolak?
34 Bab 34 : Luna Velmiran
35 Bab 35 : Efek Kemenangan
36 Bab 36 : Aku Mau!
37 Bab 37 : Bahaya
38 Bab 38 : Alther Miraglen?
39 Bab 39 : Iselyn?
40 Bab 40 : Perpeloncoan
41 Bab 41 : Lihat? Aku Tokoh Utamanya!
42 Bab 42 : Rajin Sekali Cintaku
43 Bab 43 : Jangan Menolak
44 Bab 44 : Ada Yang Bisa Aku Bantu?
45 Bab 45 : Langganan Premium
46 Bab 46 : Real-Size
47 Bab 47 : Toko Gosip
48 Bab 48 : Ciuman Malu-Malu
49 Bab 49 : Ada Apa Denganku?
50 Bab 50 : Untuk Tip
51 Bab 51 : Meremehkan Kekayaan Velmiran?
52 Bab 52 : Apa Yang Salah?
53 Bab 53 : Mau Menaikinya?
54 Bab 54 : Pacuan Kuda
55 Bab 55 : Kita Menangkan Ini!
56 Bab 56 : Aku Yang Berhak!
57 Bab 57 : Menyingkir!
58 Bab 58 : Bintang Hari Ini!
59 Bab 59 : Meletus
60 Bab 60 : Gigih
61 Bab 61 : Bisa Kamu?
62 Bab 62 : Bersama-sama
63 Bab 63 : Naga Neraka
64 Bab 64 : Riven Tersangkanya?
65 Bab 65 : Momen Yang Tepat
66 Bab 66 : Aku Orangnya
67 Bab 67 : Profesor Darkan
68 Bab 68 : Alther Miraglen
69 Bab 69 : Posisi Sword Duchess
70 Bab 70 : Lady Chana
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab 1 : Canggung Parah!
2
Bab 2 : Keren Banget!
3
Bab 3 : Gaun = Iblis
4
Bab 4 : Tawaran Duke
5
Bab 5 : Cincin Ruang Ajaib
6
Bab 6 : Kau Lagi!?
7
Bab 7 : Badut!
8
Bab 8 : Isekai Smartphone, oye!
9
Bab 9 : Grand Duke!
10
Bab 10 : Endus Dikit
11
Bab 11 : 70%
12
Bab 12 : Memilih Departemen
13
Bab 13 : Saran Grand Duke
14
Bab 14 : Tiga Fraksi
15
Bab 15 : Ketahuan?
16
Bab 16 : Satu Frame Bersama Ayang!
17
Bab 17 : Pinjam Sebentar
18
Bab 18 : 1000%
19
Bab 19 : Suamiku?
20
Bab 20 : Tim Sisa
21
Bab 21 : Slime Kanal
22
Bab 22 : Lele Truno
23
Bab 23 : Aku Baik-Baik Saja!
24
Bab 24 : Ikan Mas Raksasa
25
Bab 25 : Mau Kembalikan Sapu Tanganku?
26
Bab 26 : Absolute Zero
27
Bab 27 : Kencan Pertama?
28
Bab 28 : Caiman Ring
29
Bab 29 : Artefak Yang Bagus
30
Bab 30 : Pustaka
31
Bab 31 : Lamaran!?
32
32 : Peringkat
33
Bab 33 : Ditolak?
34
Bab 34 : Luna Velmiran
35
Bab 35 : Efek Kemenangan
36
Bab 36 : Aku Mau!
37
Bab 37 : Bahaya
38
Bab 38 : Alther Miraglen?
39
Bab 39 : Iselyn?
40
Bab 40 : Perpeloncoan
41
Bab 41 : Lihat? Aku Tokoh Utamanya!
42
Bab 42 : Rajin Sekali Cintaku
43
Bab 43 : Jangan Menolak
44
Bab 44 : Ada Yang Bisa Aku Bantu?
45
Bab 45 : Langganan Premium
46
Bab 46 : Real-Size
47
Bab 47 : Toko Gosip
48
Bab 48 : Ciuman Malu-Malu
49
Bab 49 : Ada Apa Denganku?
50
Bab 50 : Untuk Tip
51
Bab 51 : Meremehkan Kekayaan Velmiran?
52
Bab 52 : Apa Yang Salah?
53
Bab 53 : Mau Menaikinya?
54
Bab 54 : Pacuan Kuda
55
Bab 55 : Kita Menangkan Ini!
56
Bab 56 : Aku Yang Berhak!
57
Bab 57 : Menyingkir!
58
Bab 58 : Bintang Hari Ini!
59
Bab 59 : Meletus
60
Bab 60 : Gigih
61
Bab 61 : Bisa Kamu?
62
Bab 62 : Bersama-sama
63
Bab 63 : Naga Neraka
64
Bab 64 : Riven Tersangkanya?
65
Bab 65 : Momen Yang Tepat
66
Bab 66 : Aku Orangnya
67
Bab 67 : Profesor Darkan
68
Bab 68 : Alther Miraglen
69
Bab 69 : Posisi Sword Duchess
70
Bab 70 : Lady Chana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!