Bab. 16. Masa Lalu Adam

Bu Indira kemudian berjalan kekamar mengambil telponnya dan dicegat oleh Adam.

"Mama nggak usah repot-repot cari jodoh untuk Shandy, dia pria dewasa dan punya pandangan tersendiri soal wanita ". Kata Adam dengan sewot

"Apa salahnya sih, nak,,,toh untuk kebaikan Sisil juga. Kalo pun kamu tidak menikahi dokter Vita seenggaknya Sisil masih bisa mendapatkan kasih sayang seorang ibu ". kata Bu Indira lebih lanjut

Adam terdiam mendengar perkataan mamanya, mencerna setiap kata yang diucapkan oleh wanita yang melahirkannya.

Bukannya Adam tidak ingin menikah lagi, hanya saja semuanya perlu dipertimbangkan mengingat statusnya yang seorang duda. Untuk mendapatkan wanita bukanlah suatu hal yang sulit baginya, akan tetapi selama ini wanita yang mendekatinya hanya karena mereka ingin fasilitas mewah yang pastinya akan mereka dapatkan jika menikahinya.

Tak ada seorang wanita yang betul-betul tulus mencintai dirinya dan anaknya. Semua hanya menginginkan dirinya tanpa memperdulikan keberadaan anak yang sangat disayanginya.

Adam lalu masuk ke kamarnya meninggalkan mama dan anaknya tanpa mengucapkan sepatah kata. Didalam kamar kembali Adam merenungkan perkataan mama dan anaknya yang ingin dirinya menikah lagi.

Adam kembali teringat dengan istrinya yang sangat baik dan cantik. Meskipun mereka menikah karena perjodohan akan tetapi secara perlahan rasa cinta dan sayang tumbuh diantara mereka hingga kemudian hadirlah Sisil diantara mereka yang semakin membuat rasa cinta tumbuh besar setiap hari. Hingga dokter memvonis penyakit kanker usus stadium 4 yang diderita Shinta.

Kepergian Shinta sempat memporak porandakan kehidupan seorang Adam Dirgantara, hingga kemudian tersadar bahwa hidupnya tidak akan berhenti dengan kepergian istri tercintanya, ada seorang anak yang harus dia besarkan dengan baik.

Kemudian Adam keluar negeri untuk melanjutkan pendidikan S3 dan kemudian menjadi seorang profesor diusia yang relatif muda, lalu kembali ketanah air mengabdikan diri sebagai dosen di Universitas terkemuka di negeri ini. Kesibukannya sebagai dosen dan wakil direktur di perusahaan milik papanya mengalihkan pikirannya tentang wanita. Meskipun silih berganti wanita datang menggodanya mulai dari wanita yang hanya ingin menghangatkan ranjangnya sampai yang hanya ingin memperoleh uang dan segala kemewahan, namun seorang Adam Dirgantara tetap memegang teguh syariat agamanya, tak sekalipun dia tergoda untuk menebar benihnya kepada wanita-wanita yang datang kepadanya.

Menghindari wanita bukan berarti dia gagal move on dari istrinya, hanya saja Adam ingin wanita yang bisa menerima dirinya dan anaknya.

Saat ini hanya dokter Vita yang.sekaligus mantan mahasiswinya yang mampu menggetarkan jantungnya melebihi dengan istrinya almarhumah.

Untuk pertama kalinya Adam merasa rendah diri didepan dokter Vita, rendah diri bukan karena tidak sepadan dengan dokter Vita, bahkan status sosial Adam lebih tinggi daripada status sosial dokter Vita. Yang membuat dirinya merasa rendah diri adalah karena statusnya yang duda ditinggal mati oleh istrinya dan mempunyai anak gadis.

Jika Adam melihat dari interaksi antara anaknya dengan dokter Vita, bisa dipastikan bahwa mereka cocok satu sama lain, akan tetapi bagaimana dengan keluarganya dan apakah dokter Vita tau jika dia seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinya.

Adam lalu mengusap wajahnya dengan kasar karena merasa frustasi dengan semua hal yang berhubungan dengan dirinya. Kemudian mengistirahatkan diri di ranjang berukuran king size miliknya. Berusaha untuk berlayar ke pulau mimpi menghilangkan penat dan beban pikiran yang membuat kepalanya pusing.