Adipati berdiri diam ditempat, otaknya berjuang untuk mencerna kata-kata Taca. 'Yang hamil, Becca ?' batin Adipati.
"Maksudnya apa, sih ?" umpat Adipati kesal, Adipati mengaruk kepalanya yang tidak gatal.
Trittttt...
Handphone Adipati Bunyi, diambilnya handphone yang tadi Adipati lempar sembarangan.
-Honey, please.. call me. I miss you-
Adipati bingung membaca pesan singkat dari nomer tak dikenal. Dibacanya pesan sebelumnya. Mata Adipati hampir keluar dari rongganya, dikepalkan tangannya setelah membaca pesan yang ada.
Prangggg
"BECCA KEPAR*T..!!!" teriak Adipati sambil melempar handphonenya ke dinding kamar Taca. Dengan cepat Adipati mengenakan pakaiannya. Mengambil pakaian apapun yang bisa diambilnya.
"AMORE," Adipati berteriak keras saat membuka pintu kamar Taca.
Kosong...
Adipati melihat sekeliling apartemen Taca, apartemen Taca kecil, tidak seluas dan semewah apartemennya, sehingga dengan sekali lihat saja, Adipati sudah mengetahui bila Taca tidak ada di disana.
"Astaga, Taca kamu kemana ?" batin Adipati sambil mengambil kunci mobil dan berlari keluar apartemen.
•••
BRAK..BRAKKK....
Iis yang sedang membaca laporan kepribadian, tersentak dari duduknya saat mendengar seseorang mengebrak pintu apartemennya.
"Astaga, itu ngetok atau ngajak gelud (berantem), sih," ujar Iis sebal, dengan ogah-ogahan Iis turun dari kursinya dan berjalan kepintu apartemennya.
BRAK..BRAK...
"Astaga, sabar..!!" Iis benar-benar kesal, dibukanya pintu apartemennya dengan kasar. "TACA...!!!"
"Iis, tolong," ucap Taca sambil memeluk Iis mendorongnya kedalam apartemen. "Tolong, Iis tolong...".
Iis langsung menarik Taca kedalam apartemen, kemudian menutup pintunya. Iis memapah Taca menuju sofanya, Iis diam dan menatap Taca, disadarinya kalau Taca tidak mengunakan pakaian dalam. Taca hanya mengenakan kemeja laki-laki, tampak seperti habis di perk*sa
"Tolong, Is" Taca berkata lirih, air matanya jebol. Taca menangis histeris.
"Kamu kenapa?? Kamu ngak abis di," Iis mengenyahkan pikiran tersebut dari kepalanya. Dia tidak mau mengucapkan kata tersebut, bisa makin jebol air mata Taca bila Iis mengatakan kata itu.
"Ngak, Is. Aku, aku, sakit Iis. Hati dada aku sakit. Hah..ha..hah... ngak bisa napas Is," Taca berjuang untuk bernapas, entah kenapa rasanya udara tidak mau masuk ke paru-parunya.
Iis yang langsung paham Taca mengalami ^Psikosomatis. Langsung, mensejajarkan wajahnya dengan Taca. "Ta..liat aku, Ta liat aku."'
"Se..sak..se..sak, Is. Sa...kit. Is.. Sakit, dada aku sakit Is. Aku mau mati Is," Taca berjuang untuk mengambil napas. Rasa sesak didadanya benar-benar membuat dirinya tidak bisa bernapas sama sekali.
"FOKUS TACA...!! FOKUSSSS..!!!."
Iis merengkuh wajah Taca, memaksa Taca melihat matanya. "FOKUS TACA...KAMU BISA," Iis mengambil tangan kanan Taca dan menempatkannya didada Iis.
"Rasain detak jantung aku, bernapas teratur Taca, ikutin detak jantung aku," ujar Iis lagi. "Fokus Taca..fokus."
"Is..Is..aku...aku..."
"Fokus..Ta.. Fokus," Iis berkata dengan intonasi setenang dan selembut mungkin, padahal didalam hatinya dia ingin berteriak menanyakan kenapa Taca bisa seperti ini.
Taca mengikuti perkataan Iis, Taca bernapas pelan. Taca bernapas mengikuti detak jantung Iis. Taca menatap Iis, perlahan tapi pasti Taca sudah mampu bernapas kembali. Napas Taca mulai teratur, Taca sudah mampu memasukkan udara kembali kedalam paru-parunya.
"Udah ?"
"Udah Is," ujar Taca sambil melipat kakinya dan duduk bersila. Diambilnya tissue dimeja.
"Kamu, kenapa ?" Iis bingung.
"Aku, aku," Taca terdiam, lidahnya kelu. Taca seperti tidak mau berbicara apapun juga. Yang dia inginkan adalah tidur. Mengistirahatkan pikirannya dan hatinya yang masih sakit. "Boleh, aku tidur Is ?".
Seandainnya Iis bukan Psikolog, mungkin dia sudah salto ditempat, mendengar permintaan Taca. Gimana ngak, datang-datang Taca nangis histeris setelah tenang malah ingin tidur dan ngak memberikan penjelasan apapun.
"Hmm," Iis menghela napasnya. "Tidur, sana dikamar aku," ujar Iis pelan.
"Makasih Iis, aku pinjem baju juga, yah." ujar Taca sambil masuk kedalam kamar Iis.
"Iya."
•••
Selesai mandi Taca mengenakan piama milik Iis. Kemudian terduduk dikasur Iis, bingung mau melakukan apa. Entah kenapa Taca merasa jiwanya hilang, pergi entah kemana. Rasanya kakinya tidak menginjak bumi lagi, kepalanya sakit.
Diliriknya kemeja Adipati ditangannya, Taca mencium kemeja Adipati dan langsung tercium wangi tubuh Adipati, wangi kesukaannya kayu dan hutan. Setelah itu air mata Taca pecah, tumpah. Taca meringkuk dikasur Iis, menangis sejadi-jadinya sambil membenamkan wajahnya dikemeja Adipati.
"Kamu jahat Di. Kamu jahat," ujar Taca mengulang-ngulang perkatannya, hingga Taca tertidur.
•••
^ Psikosomatis : Ganguan saat pikiran mempengaruhi kesehatan tubuh. Yang diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor mental. Seperti stress atau kecemasan.
•••
"Ta..Ta..Bangun, Ta. Udah Sore, makan dulu yuk. Udah jam 3 sore, Ta."
Hmmm... Taca mengucek matanya, ada rasa pedih dikedua bola matanya, mata Taca terlihat bengkak. "Lapar, Iis," ujar Taca pelan sambil memeluk Iis.
Iis hanya bisa menghela napas, beginilah Taca, manja tiada tara. "Ya, udah makanya, Ayo makan. Aku udah bikin soto ayam."
Taca menganguk, kemudian berjalan mengikuti Iis ke meja makan. Taca menyantap makannya dengan tatapan kosong. Saat ini, Taca makan hanya untuk hidup, tidak menikmatinya sama sekali.
"Enak ?"
"Iya."
"Ta.. Please kamu kenapa ?" tanya Iis, dia tidak tega melihat tatapan kosong Taca. Tatapan tanpa adanya aura apapun. "Ta.. terakhir aku liat kamu gini, pas kejadian Tasya," ujar Iis lirih.
"Tasya.."
Nama itu seperti menarik kesadaran dan pikiran Taca kembali ke realita. Taca tersentak, hampir Taca menangis lagi, tapi ditahannya.
"Aku, pacaran sama lelaki yang ambil kegadisan aku, Is," Taca menerangkan kepada Iis. Karena semenjak peristiwa Taca pingsan di kamar mandi Iis sibuk dengan pekerjaannya, sehingga jarang berkomunikasi dengan Taca.
Iis kaget mendengar pengakuan Taca. "Jadi..".
"Iya, Is.. dia mengaku bernama Adi Wijaya. Dia baik banget Is, romantis. Sayang banget sama aku. Diabetes aku tiap hari denger gombalannya. Hahahaaa," Taca mengadahkan kepalanya berusaha memasukan kembali air matanya.
"....".
"Semuanya indah, Is. Everything is Perfect. Yah, aku akui pacaran aku ngak sehat. But.. he totally treat me like princess, Is," ujar Taca lagi sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.
"And then ?" tanya Iis.
" Semuanya sempurna, Is. Sampai tadi aku baca pesan dihandphonenya, Is. ternyata dia bohong, Is. Namanya bukan Adi Wijaya. Tapi, Adipati Berutti, CEO perusahaan aku. Dia womanizer Is. Dia sejenis sama," Taca menghentikan ucapannya, Taca memejamkan matanya berusaha untuk melupakan peristiwa kelam dihidupnya.
"I Know, Ta. Tapi mungkin, Adipati sudah tobat dan akhirnya memilih kamu," Iis berkata bijak, dia tau siapa Adipati, Taca pernah menceritakan tentang CEOnya yang mengingatkan pada sosok seseorang yang sangat dibencinya.
"Hahahaa... lelaki bangsul kaya gitu, tobat ? Ngimpi kamu, Is," Taca memaksakan diri tertawa.
"Kan, bisa aja, Ta."
"Masalahnya, si bangsul itu ngehamilin orang, namanya BECCA..!!" Pekik Taca, tanpa sadar Taca melemparkan sendok ditangannya.
"HAH...?????!!!!" Iis benar-benar kaget mendengar perkataan Taca.
"Iya, Is. Aku baca sendiri di handphonenya," ujar Taca kesal.
"Ada pesan singkat dari Becca. Becca itu setauku pacarnya Adipati, sering banget dibawa kemana-mana sama Adipati. KAMPR*T emang" maki Taca.
"TA.... ETA MAH LAIN KAMPR*T DEUI, TAPI TEU NGOTAK, BERARTI C ETA TEH CELAP CELUP ATUH....!" hilang sudah sikap anggun Iis.
(Ta.. itu bukan kampr*t lagi, tapi ngak punya otak, berarti dia itu celap celup dong...!.).
"Tah, matak eta. Urang ceurik gegerungan, jiga nu rek modyarrrr.... ieu nyeuri keneh, ucuuuu.... kasuat suat, peurih hate urang. Meni hayang nganalapung..!!" Taca yang terpancing Iis akhirnya mengeluarkan juga bahasa sundanya.
(Nah, maka dari itu. Aku nangis histeris, kaya orang yang mau m*ti...ini masih sakit, say. Sakit, pedih hati aku. Ingin banget aku tendang .).
"Hah...terus kamu sekarang, mau gimana ?".
"Kumaha engke, welah."
(Gimana nanti, ajalah.).
"Taca lain kumaha engke, tapi engke kumaha..!!!".
(Taca bukan gimana nanti, tapi nanti gimana..!!.).
Taca hanya diam, mencoba mencerna perkataan Iis.
•••
Hah gimana nih... gimana ? Udah cocok ngak nih author nulis cerita sedih kaya di indosiar. Suer bikin bab ini susah bener. Author ngak bisa bikin cerita sedih... 😖😖😖
Jadi mohon maaf kalau kurang dapet feelnya yah 🙈🙈
Terima kasih sudah membaca maaf klo masih banyak typo...
Add ig author yah storyby_gallon
Jangan lupa comment,like, kasih bintang, kasih tau juga orang-orang satu kampung buat baca karya author and vote yah ❤️❤️
Comment yang banyak, author suka keributan hehehe...
Salam sayang Gallon
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 386 Episodes
Comments
Erna Sri Mardiana
cihuuuuyyy...kaluar basa Sunda na 😄
2024-04-19
0
EndRu
Asyiknya baca ulang cerita Taca...
2023-10-07
0
Ida Teguh
Gustiiii meni resep iiih ka ceu Iis 😂😂
2023-07-28
0