Taca menolehkan kepalanya berusaha untuk melihat lelaki yang baru saja melewatinya. Jantungnya berdetak kencang saat menatap punggung lelaki tersebut. Tiba-tiba saja napas Taca berhenti.
"Itu....”
"Apaan?" tanya Iis heran menatap Taca yang air mukanya berubah pucat. “Kenapa ai kamu?"
Taca langsung bersembunyi dibalik badan Iis yang lebih tinggi dari dirinya, berharap tubuhnya bisa disamarkan dengan baik. Merasa belum cukup tersamarkan Taca membalikan badannya dan menyeret Iis kedalam restoran tersebut kemudian duduk dimeja paling pojok, menghindar dari lelaki tersebut juga dari wanita absurd yang masih teriak-teriak.
"Aya naon sih? Tong ngomong maneh rek ngingiluan ngalung-ngalungkeun piring jiga kitu," Iis menggerakan dagunya kearah wanita yang masih teriak-teriak.
(Ada apa sih ? Jangan bilang kamu mau ikut-ikutan lempar-lempar piring kaya gitu.)
"Ih... bukan gitu. Kamu tadi liat laki-laki yang dikasir?"
"Oh... yang bayarin piring-piring yang dipecahin sama perempuan itu ?"Iis mengingat obrolan lelaki tersebut dengan kasir.
"Iya."
"Terus?”
"Dia yang ambil...” ujar Taca sambil menunjuk ke area bawah perutnya mengunakan matanya.
"WHAT?!”
Teriakan Iis mengagetkan Taca dan beberapa pelayan yang ada disekitaran meja mereka. Taca langsung memelototi Iis, kemudian mengerakkan tangannya meminta Iis duduk. Para pelayan disekitar meja mereka seperti bersiaga, mereka takut Iis melakukan atraksi lempar piring.
"Maaf, maaf....” Iis langsung tersenyum kearah para pelayan sambil duduk secara perlahan dan malu-malu.
"Kamu yakin? Laki-laki yang tadi. Yang bener.”
"Yakin seribu persen,” ucap Taca sambil mengatur napasnya dengan baik. "Aku inget wangi badannya, Aku inget perawakannya!?”
"Astaga makjan. Boleh aku susulin nggak nih. aku penasaran.” Iis kembali beranjak dari kursinya, bermaksud untuk mengejar lelaki tersebut.
"Duduk, jangan bikin perkara," bentak Taca sambil memelototkan matanya.
"Tapi...."
"Duduk LIZBET SANDIA..!!"
Iis tau bila Taca sudah memangilnya dengan nama lengkap artinya dia benar-benar marah dan tidak mau diganggu gugat.
"Oke..."
•••
Adipati terus berjalan meningalkan Restoran tersebut, meningalkan Becca yang sedang meledak amarahnya karena Adipati melepaskannya. Adipati mengambil napasnya dalam-dalam menenangkan pikirannya, Adipati mengulirkan jari-jarinya dihandphonenya mencari satu nama yang harus dia hubungi saat ini.
Pada dering pertama teleponnya langsung tersambung, "Iya, Pak," ujar Sherlly sekertaris Adipati.
"Sher... tolong blokir semua kartu kredit yang dipegang Becca."
"Semuanya Pak?" Sherlly meyakinkan Adipati.
"Iya... semuanya. Terus nanti kalau Becca menghubungi saya, kamu block aja yah. Pokoknya saya tidak mau berurusan dengan Becca lagi. Mengerti," ujar Adipati sambil terus berjalan kearah apartemennya.
"Baik Pak," Sherlly penasaran ada apa antara Becca dengan Boss nya ini. Tapi, mana mungkin dia bertanya langsung pada Bossnya, lebih baik nanti dia tanya langsung saja pada Becca.
"Oke.."
"Pak, maaf... tadi Pak Gio menelepon, Pak. Bapak disuruh ke rumahnya, Pak. Malam ini katanya ada yang ingin dibicarakan," potong Sherlly cepat sebelum Adipati menutup teleponnya.
Napas Adipati tercekat, Ayahnya ingin bertemu dengannya. Pembicaraannya pasti tidak jauh-jauh dari perjodohan, cucu, dan lainnya. "Baiklah, saya akan kesana."
"Baik Pak."
Setelah itu sambungan telepon pun terputus, Adipati menyimpan handphonenya kedalam saku celananya. Entah kenapa Adipati menghentikan langkahnya. Adipati menatap kedepan, keramaian Ibukota yang padat. Tempat ini ramai tapi dia merasa sepi, entah kenapa rasa kosong tiba-tiba Adipati rasakan, Dia butuh seseorang, seseorang yang bisa menemaninya. Dan Adipati tau jawabannya...
•••
TING TONG...TING TONG
Bel berbunyi untuk ke empat kalinya, Juan yang sedang fokus dengan kerjaannya, kesal bukan kepalang, karena dia harus beranjak dari kursinya dan membuka pintu penthousenya.
Siapa sih? Sore-sore gini bertamu. Pikir-pikir tidak ada satupun yang memiliki janji dengan dirinya sore ini, semua janjinya dibatalkan demi mencari gadis bernama Taca ini.
TING TONG
"Oke, sebentar!?” Dengan gemas Juan membuka pintu apartemen dan kaget saat menemukan Adipati yang menatap wajahnya dengan lesu.
"Adi?”
Adipati langsung masuk kedalam apartemen Juan. Dia tidak menunggu sampai Juan mempersilahkannya masuk. Adipati langsung mengambil segelas air putih dari meja dapur, kemudian meminumnya sampai tandas.
"Dari mana, Di?" tanya Juan sambil duduk didepan Adipati yang menatap kosong kedepan.
"Mall,” jawab Adipati pelan.
"Ngapain?" Juan benar-benar kaget dengan keadaan Adipati saat ini.
"Makan... terus ketemu Becca, terus gue suruh Becca jauhin gue," jawab Adipati.
"Oh...wow, finally. Elo yakin bisa nyingkirin Becca semudah itu?" Juan tahu betul sifat Becca yang keras kepala, Becca akan melakukan apapun untuk menjadi Mrs.Berutti.
"Ngak peduli, udah ketemu?" tanya Adipati pelan.
Juan bengong melihat kelakuan Adipati yang seperti tidak bernyawa dihadapannya. "Taca? Belum lah, besok janji besok gue kasih semua berkas-berkas tentang Taca, SEMUANYA!?”
“Ampe kenomer-nomer BPJS-nya gue kasih!?” Juan benar-benar sudah habis pikir dengan sahabatnya ini, jangan-jangan Adipati dipelet lagi nih.
"Oke,” jawab Adipati lemah, dia kembali mengisi gelasnya yang kosong dan meminumnya. "Gue, mau ke rumah bokap gue. Gue pulang yah. Lo cari terus yang namanya Taca yah."
"Bentar, Di... lo kenapa sih? Nggak masuk akal tau, lo bisa jatuh cinta sama cewe yang lo nggak tau identitasnya sama sekali. Lo kenapa?”
Juan benar-benar bingung dengan prilaku Adipati yang makin aneh seharian ini. Hanya jarak satu hari dia bisa jungkir balik mencari info tentang gadis bernama Taca. Juan sampai mengelengkan kepalanya.
"Gue juga bingung... gue juga ngak paham, Ju. Loe percaya cinta pandangan pertama ?" tanya Adipati.
Juan mengaruk kepalanya yang tidak gatal, "Gue percaya cinta pandangan pertama, lo tau cerita cinta hidup gue kan," ujar Juan sambil tersenyum simpul yang langsung dijawab dengusan Adipati.
"Tapi masalahnya, lo tuh bukan cinta pandangan pertama. Emang mukanya keliatan hah? Elo ketemu di club, Bro. Elo tau sendiri penerangan di club kaya apaan. Redup!?”
"Beda.”
"Beda? Apa bedanya? Hampir semua FWB Loe, SEMUANYA. Yah gue tekenin nih, semuanya lo temuin di Club, setelah ketemu lo bungkus ke penthouse,” cecar Juan, dia benar-benar mempertanyakan kewarasan sahabatnya ini.
"Beda.”
"Oh my god, What's the difference. You meet all your FWB at that club, right. SO WHAT'S THE DIFFERENCE!?” pekik Juan sambil mengacungkan tangannya ke arah pintu, entah apa maksudnya. Habis kesabaran Juan menghadapi Adipati.
(Ya tuhan, apa bedanya. Kamu ketemu semua hubungan tanpa status kamu itu di club ‘kan. Jadi, apa bedanya?!)
"She... still a virgin,” jawab Adipati sambil menatap Juan. (Dia masih perawan)
Juan melebarkan matanya, tangannya langsung mengaruk kembali rambutnya yang tidak gatal untuk kedua kalinya hari ini. "Are you sure?”
(Kamu yakin?)
"Seratus persen.”
"Jadi, lo yang ambil?" tanya Juan.
"Iya... gue yang ambil dan gue bakal tangung jawab, gue bakal nikahin dia," jawab Adipati tegas. Entah apa yang membuat Adipati ingin sekali mempertangung jawabkan perbuatannya. Intinya saat ini dia sudah jatuh cinta pada wanita bernama Taca.
"Elo cinta sama si Taca, Taca ini?" Juan mencoba meyakinkan Adipati.
"Iya."
"Cuman gara-gara dia masih perawan? Nggak ada alasan lain?" Juan lagi-lagi mempertanyakan perasaan Adipati. Dia tau Adipati memiliki sifat yang saklek, bila dia ingin sesuatu dia akan kejar sampai mendapatkannya.
"Tidak semua hal butuh alasan, contohnya cinta."
Juan hanya bisa menggelengkan kepalanya, tiba-tiba kepalanya pusing. Adipati benar-benar berubah dan perubahannya benar-benar tidak Juan duga.
"Gue pergi dulu yah, gue ada janji ketemu Bokap. Jangan lupa besok pagi gue tunggu data-data tentang Taca, inget sampe nomer BPJSnya. Tapi kalau buat nomer branya ngak usah, gue masih hapal,” kekeh Adipati sambil lalu.
"FUCEK LO...!!!" teriak Juan kesal, namun dia bersyukur selera humor temannya ini sudah kembali.
•••
Sesampai dirumah Ayahnya, dia sedikit bingung kenapa ada mobil yang tidak dikenal di halaman rumah Ayahnya, sebuah mobil Mini Cooper S terparkir sempurna di sebelah mobil Tesla miliknya.
“Sejak kapan papa suka mobil kecil” pikir Adipati didalam hati.
"Halo, Den sudah lama tidak pulang," sapa Bi Zumi.
"Oh... Bi, mobil siapa itu? Sejak kapan Papa suka mobil kecil?" tanya Adipati bingung dengan mobil Mini Cooper S yang terparkir di sebelah mobilnya.
"Loh, Den.. masa Aden ngak tau itu mobil siapa?" Bi Zumi malah balik bertanya pada Adipati, yang langsung dijawab gelengan kepala oleh Adipati.
"Lah...itukan mobil tunangan Aden.”
"WHAT!?” tanpa sadar Adipati berteriak keras.
•••
Ayolohhhhh sapa tuh tunangan Adipati...!!!
Yuk tebak-tebakan dikolom komentar... sepi amat sih kolom komentar, sedih author tuh 😭
Moga makin banyak yang baca yah *amiin...
Oh yah cepet follow juga Ig author
storyby_gallon
Biar bisa menghalu bareng atuh yuk..yuk...
Terima kasih sudah membaca maaf klo masih banyak typo...
Add ig author yah storyby_gallon
Jangan lupa comment,like and vote yah ❤️❤️ Comment yang banyak, author suka keributan hehehe...
Salam sayang Gallon
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 386 Episodes
Comments
EndRu
becca masa ke sini
2023-10-06
0
EndRu
aku like langsung 3 loh. kok sedih sih 🤩
2023-03-18
0
Ghaly
cocok bnget nyai nikmir jadi becca😄😄
2022-07-18
0