"Mbak, ini sudah sampai. Mbak nggak papa?" tanya supir Taxi online tersebut sambil menatap Taca dari balik spion tengah mobilnya, supir tersebut khawatir terhadap Taca. Bagaimana tidak sepanjang jalan, Taca menangis histeris. Berkali-kali supir taxi tersebut menghentikan mobilnya untuk menenangkan Taca yang terus menangis.
"Ma...kasih Pak," jawab Taca sambil mengusap air matanya. Matanya perih, begitu juga paha dan lengannya. Sepanjang jalan Taca mengaruk paha dan lengannya sampai merah.
"Maaf yah Pak, saya nangis histeris."
"Iyah, Mbak nggak papa, moga masalahnya selesai, Mbak," ujar Sopir Taxi itu sambil menoleh kearah Taca yang sedang membuka pintu mobilnya dan keluar.
"Makasih yah, Pak," ujar Taca lagi, dia merasa sedikit tidak enak dengan kelakuannya selama diperjalanan tadi.
Setelah mobil itu pergi, Taca langsung masuk kedalam apartemennya. Apartemen kesayangannya tempat dia melepas lelah dan penatnya.
•••
Tangis Taca terdengar samar-samar, tangisannya tertutup suara air dari shower. Taca berjongkok dipojokan dinding kamar mandinya, air shower menguyur tubuhnya, tangannya tak henti-hentinya mengusap tubuhnya.
'Ya ampun, Taca. Abah bakal kecewa sama Kamu Taca. Kang Rozak sama Aa Riki bakal benci sama kamu, Ta.' batin Taca sambil terus menangis sesengukkan, Taca bingung dia tidak mungkin meminta pertangung jawaban lelaki tadi. Karena seingat Taca, dia yang memaksa melakukannya. Taca bingung apa yang harus dilakukannya sekarang.
'Gimana kalau aku hamil?' batin Taca lagi.
Mata Taca membulat, Kepalanya langsung pusing. Dia baru menyadari kemungkinan lain atas prilakunya. 'Astaga gimana ini?’
Taca mulai menjambaki rambutnya, tangisnya makin pecah. Sebenarnya dia bingung apa yang harus dia lakukan. Dia benar-benar kebingungan harus berbicara dengan siapa. Apa jalan keluarnya. Kepala Taca berdenyut pelan, napasnya sesak dia diam menatap dinding didepannya.
Air shower mulai dingin, Taca sadar dia sudah terlalu lama mandi, badannya pun mulai mengigil. 'Aku harus ngobrol sama Kania, aku nggak bisa marahin dia, dia salah tapi aku yang bikin perkara sosoan meminum satu butir pil lagi. Lelaki tadi juga tidak salah aku yang bodoh. Astaga tuhan tolong aku.' batin Taca lirih.
Taca bukan wanita yang suka menyalahkan orang lain, dia tipe wanita yang menyalahkan dirinya sendiri pada semua kejadian yang dialaminya. Taca juga bukan tipe wanita yang suka berbagi masalah dengan orang lain. Tapi, Taca merasa masalah ini sudah tidak mampu dia pikul sendiri dia harus berbagi, dia butuh katarsis (mengexpresikan emosi yang dimiliki).
Bisa gila dia kalau masalah sebesar ini dia pendam. Mengosok tubuhnya terus menerus juga tidak akan menyelesaikan masalah apapun, yang ada hanya memberikan rasa perih teramat sangat di tubuhnya.
Taca menatap merah-merah di tubuhnya, tampak tanda-tanda kepemilikan didadanya, perut dan lehernya. Tangis Taca hampir meledak lagi, tapi dia mulai ingat perkataan dosennya dulu. Semua masalah ada jalan keluar.
"Tenang Taca, tenang... masalah ini ada jalan keluarnya. Semua ada jalan keluarnya." Taca mengatur napasnya mensugesti dirinya dengan berbagai macam pemikiran positif.
"Tenang... Kamu bisa, kamu berharga, masalah ini akan ada jalan keluarnya. Tenang... saat kamu buka mata nanti kamu akan tenang, kamu akan mampu menghadapi masalahmu dengan baik. Tenang."
Taca terus mengulang-ulang perkatannya dia berjuang mensugesti dirinya sendiri. Mengatur napasnya dalam-dalam. Mengulang terus perkataan tadi, sesekali terdengar suara isak tangisnya. Sesekali suaranya tercekat, tapi terus dia paksakan.
"Tenang... Kamu bisa, kamu berha...rga," Taca mengigit bagian bawah bibirnya, berjuang menahan tangisnya, lagi-lagi bayangan Abah memasukinya.
"Masalah ini akan ada jalan keluarnya. Tenang... saat kamu buka mata nanti kamu akan tenang, ka..mu akan mampu menghadapi masal...ahmu dengan baik. Tenang..."
Taca terdiam, matanya masih terpejam. Dia ngak sanggup demi Tuhan dia ngak sangup. Tangisnya kembali pecah, tiba-tiba Taca merasakan kepalanya terasa berat, kakinya lemas. Kakinya seperti tidak mampu menopang tubuhnya sama sekali. Taca jatuh dan hal terakhir yang Dia ingat hanya teriakan dari balik pintu shower.
"GUSTI...TACA..!"
Dan Taca ambruk...!
•••
"Ehm..."
"Taca, kunaon maneh ? Naha bisa pingsan kieu. Kunaon,Ta ?" suara cempreng menyambut Taca. Suara yang sangat Taca rindukan, suara sahabatnya.
(Taca, kenapa kamu? Kenapa bisa pingsan gini. Kenapa, Ta.?)
"Iis..?"
"Heeuh ieu,Iis. Ai maneh kunaon? Naha bisa pingsan, jeung naha eta panto teu dikonci deui? Ieu teh Jakarta ,Ta. Kumaha lamun maneh dibegal, ceurik atuh Abah,Ta," seperti biasa sahabatnya Iis ini cerewetnya ngak ada yang bisa ngalahin. Kalau ngomong ngak ada jeda, kalah lah rapper dunia.
(Iya ini, Iis. Kamu kenapa? Kenapa bisa pingsan, terus kenapa itu pintu ngak dikunci lagi ? Ini tuh Jakarta, Ta. Gimana kalau Kamu dibegal, nangis yang ada Abah,Ta.)
Taca menatap Iis dihadapannya antara percaya tidak percaya dengan kedatangan Iis di apartemennya dan tanpa sadar tangis Taca pecah. Taca menangis histeris sambil memeluk Iis.
"Ham..pu..ra A..bah... ham..pura..!!" disela tangisannya Taca terus mengatakan kalimat tersebut berulang-ulang. Meminta maaf kepada Ayahnya. Taca terus menangis sesengukkan, Iis yang kaget dengan tangisan Taca yang histeris hanya bisa menatap Taca.
(Maaf Abah Maaf..!!)
"Taca kamu kenapa?" akhirnya keluar sudah sifat profesional Iis.
"Urang..urang..." ( Aku..aku..)
Taca langsung menceritakan semuanya, Taca benar-benar menceritakan semuanya kepada Iis. Tidak ada yang ditutup-tutupi, semuanya Taca ceritakan dari mulai Taca yang datang ke acara ulang tahun Jules sampai tadi dia pingsan dikamar mandi.
Iis cuman diam, tidak sekalipun dia menyela Taca, dia diam terkadang Iis menunjukkan respon menganguk, tersenyum atau berusaha menutupi kekagetannya dengan mengerjapkan matanya. Iis berusaha untuk mendengarkan sahabatnya ini, Iis tau sahabatnya ini hanya butuh didengarkan, karena Iis yakin sahabatnya ini sudah tau jalan keluarnya.
"Aku ngerasa bersalah banget, Is. Aku takut nyakitin hati Abah," Taca mengakhiri ceritanya sambil mengusap kedua bola matanya.
"Hm..." Iis menghela napasnya, mengatur dengan baik apa yang akan dia ucapkan. Salah ucap bisa bunuh diri sahabatnya itu. "Taca, Kamu emang udah nyakitin hati Abah.."
"Huaaaa," tangis Taca pecah mendengar ucapan Iis.
"Eh... si anjr•t ngalakah ceurik, dengekeun heula, ih... maneh teh, urang serius yeuh,” ucap Iis kesal saat mendengar rengekkam Taca.
(Eh..si anjr*t malah nangis, dengerin dulu..!!" Ihh.. Kamu tuh yah, Aku lagi serius ini.)
Taca mengigit bagian bawah bibirnya, kemudian mengusap matanya. Menahan tangisnya, dia benar-benar membutuhkan masukan dari Iis.
"Yang terjadi, ya udah terjadi aja. Nasi udah jadi bubur. Sekarang waktunya kamh buat bikin enak bubur itu. Itu bubur bisa kamu kasih ayam, kecap, kerupuk, atau kasih apapun yang bikin itu bubur jadi enak," ujar Iis sambil mengelus punggung Taca, yang masih menangis.
"Sama kaya masalah ini, ini masalah udah terjadi, tinggal kita nyikapinnya kaya gimana. Emang dengan Kamu nangis sampai meraung-raung, gosokin badan kamu ampe merah gini, atau mungkin yang lebih parah lagi kamu tiba-tiba mau mengakhiri hidup kamu, misalnya. Bakal selesai ini masalahnya?" tanya Iis.
"Nggak Iis,” jawab Taca singkat.
"Nah itu tau. Sekarang kamu maunya gimana?" tanya Iis sambil mengusap rambut Taca.
"Aku... mau ngelupain semuanya Iis. Aku nggak bakal kenang lagi. Aku mau ikhlas mau pasrah aja. Ini salah aku Is, aku nggak bisa nyalahin siapapun. Ini salah aku."
"Ngak sepenuhnya salah kamu juga sih. Coba itu kalau si Kania ngak sosoan ngasih obat kekamu, atau itu cowo yang kayanya sih ganteng yah.."
"Banget," celetuk Taca spontan dan langsung dia sesalinya saat Taca melihat seringai jahil Iis. 'Mampus'.
"Eh... Cieee.. yang suka, yang jatuh cinta," ledek Iis.
"IIS..!!"
"Oke, sorry... sorry... yah kalau cowonya bisa jaga nafsu sih kejadian ngak bakal gini Ta. Tapi ya sudah, sekarang mau gimana lagi kan atau kamu mau minta pertanggung jawaban sama cowo itu?" tanya Iis.
"Nggak... aku malu Iis, aku malu, nginget perbuatan aku sama dia semalam suntuk aja aku malu. Masalahnya aku yang maksa dia, bukan dia yang maksa aku," ucap Taca sambil mengigit bibirnya hingga meringgis, mengenang kejadian malam itu.
"Kalau misalnya Kamu hamil gimana Ta?" tanya Iis tiba-tiba.
Wajah Taca langsung pucat pasi. Kepalanya kembali sakit. Air matanya kembali mendesak keluar. "Aku ngak tau Is. Mungkin kalau aku hamil baru aku bakal datang ketempat dia. Aku bakal cerita kalau aku hamil." Taca berkata sambil mengusap air matanya pelan.
"Terus kami mau minta tanggung jawab?” tanya Iis.
"Aku nggak tau, Iis,” jawab Taca sambil terisak pelan dan seketika itu juga tangis Taca pecah.
•••
Terima kasih sudah membaca maaf klo masih banyak typo...
Add ig author yah storyby_gallon
Jangan lupa comment,like and vote yah ❤️❤️
Comment yang banyak, author suka keributan hehehe...
Salam sayang Gallon
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 386 Episodes
Comments
fiendry🇵🇸
kak Gallon
2023-11-07
0
EndRu
dengan senang hati Adipati akan tanggung jawab
2023-10-06
0
EndRu
terus terus gimana dong. aku juga ikutan ngelu mikirin kamu...
2023-03-18
0