Taca terdiam menyadari kenyataan. Tangisnya hampir pecah, namun Taca berusaha menahan tangisnya dia tidak mau membangunkan lelaki di sampingnya.
"Argh."
Rasa perih langsung terasa dibagian inti Taca. Taca hampir menangis, tapi dia tidak mau berlama-lama di kamar itu. Dia tidak mau lelaki itu terbangun, mau ditaro dimana mukanya, mengingat apa yang sudah dia lakukan bersama lelaki tersebut membuat Taca lebih baik diarak keliling kampung daripada harus berhadapan dengan lelaki tersebut.
Dengan cepat Taca mengambil bajunya, tapi bajunya sudah tidak dapat ditolong lagi. Matanya berputar mencari pakaian yang bisa dia pakai. Pilihannya jatuh ke kemeja milik lelaki tersebut.
Dipakainya pakaian dalamnya dengan cepat, namun sedikit meringis pada saat mengunakan ****** ********. Diambilnya celana pendek hitam yang selalu dia pakai jika dia mengunakan rok.
Seketika wangi kayu menyeruak ke indra penciuman Taca, tiba-tiba Taca merasa seperti berada dihutan. Wangi kayu yang membuat Taca nyaman.
Taca kemudian mencari kaca dan melihat pantulan dirinya. Badannya tengelam di balik kameja lelaki tersebut. Tubuhnya yang hanya setinggi 158 cm itu benar-benar tertutupi oleh kameja tersebut.
Taca melirik ke arah lelaki yang sedang tertidur tersebut, 'Kayanya itu cowo tingginya 185cm deh' batin Taca.
'Ah..bodo amat deh mau 185, mau ganteng, mau apapun bodo amat. Aku nggak mau lama-lama disini. Pokoknya apa yang terjadi kemaren itu mimpi, mimpi!' batin Taca.
Dengan cepat Taca mengambil handphonenya juga tasnya, kemudian meninggalkan kamar tersebut.
•••
Setiba dibawah dengan bantuan petugas apartemen Taca bisa sampai di lobby apartemen, Taca memesan taxi online. Kemudian menunggu di lobby. Taca duduk di lobby menulis WA kepada Kania, di layar handphonennya Taca melihat dua puluh kali misscall dari Kania.
"Ka... lo ngasih apa sih kemaren ke gue, kok badan gue jadi aneh banget." Taca bermonolog sambil mengusap-usap layar handphonennya.
Tanpa Taca sadari ada seorang satpam yang mendekatinya.
"Mbak, penghuni kamar mana,yah?"
Taca mengalihkan pandangannya dari handphone miliknya. "Oh... saya tadi ketemu temen saya, Pak. Ini saya mau pulang, lagi nungg taxi online," jawab Taca sambil membaca nametag satpam tersebut 'Zulkarnaen'.
"Oh... nanti saya kabari kalau taxinya sudah datang, nama non, siapa ?" tanya Zulkarnaen.
"Taca, pak."
Setelah Taca memberikan namanya, satpam tersebut kembali ke posnya.
Zreett Zreett
Taca langsung membuka aplikasi WA di handphonenya. Kemudian membaca pesan dari Kania.
-TACA ELO KEMAREN KEMANA? GUE NYARIIN ELO...! ELO NGAK PAPA KAN? ELO DIMANA?-
-Gue masih hidup,Ka. Masih sehat walafiat.- balas Taca melalui pesan WA.
'Walau gue ngak perawan lagi,’ batin Taca.
Zreet zreeet
Taca langsung mengangkat telepon dari Kania.
"Iya.”
"ELO DIMANA?" teriak Kania.
"Di." Taca mengedarkan pandangannya kesegala penjuru arah. "Keraton at The Plaz•."
"NGAPAIN ELO DISANA?" suara Kania makin ngegas, Kania bingung kenapa Taca ada di penthouse mewah tersebut.
Taca yang tidak mengerti tentang mana penthouse dan mana apartement biasa saja, kaget mendengar teriakan Kania. "Ishhhh... berisik bener. Kemaren gue pingsan terus ada yang nolongin gue, dia tingal diapartemen ini."
"Eh.”
"Ka... kemaren elo kasih gue obat apaan sih?" potong Taca cepat, dia sudah terlalu lelah mendengarkan teriakan Kania, ditambah dia malas menerangkan semuanya.
"Obat penambah gairah, Ta," jawab Kania polos.
"WHA.." Taca menahan teriakannya. Dia karena pak Zulkarnaen sudah melihat dirinya.
"Tapi, gue kasih dosisnya dikit kok,Ta.. cuman buat bikin kamu santai aja, cuman setengah butir kan?"
"Hmmm," Taca berusaha mengingat-ingat lagi. Iya dia hanya diberikan setengah butir oleh Kania, tapi dia ingat kembali saat Kania meningalkannya sendirian dia kembali meminum satu butir obat tersebut.
'Arghhhh, sial..!!' rutuk Taca didalam hatinya.
Kenapa dia sosoan minum obatnya lagi, jadi gini kan. Taca mengusap wajahnya, kebodohan dan kesotoyannya membuat dia kembali terjebak masalah.
"Ta... lo mau gue jemput ?” tanya Kania merasa bersalah.
"Hmm... nggak deh, gue pulang sendiri aja. Gue juga udah mesen taxi online kok."
"Beneran ?"
"Iya, nggak papa. Oh, tapi tolong besok bilang ke Pak Lukito kalau aku izin sakit yah, beneran gue nggak enak badan banget," ujar Taca lesu.
"Oh... oke nanti gue sampaikan. But... are you sure? Are you really oke,Ta?" tanya Kania lagi. Entah kenapa Kania merasa ada yang aneh dari suara Taca.
"Hmm... gue nggak papa kok. Sampai ketemu selasa di kantor yah."
Taca langsung menutup pembicaraan, kepalanya hampir pecah mengetahui kenyataan yang ada. Dia ingin menangis tapi masih dia tahan. Tidak mungkin dia menangis di Lobby. Bisa dikira orang gila.
•••
Taca kembali menatap handphonenya, kembali napasnya tercekat menatap layar handphonenya. Dia melihat Abah yang sedang tersenyum sambil memeluk dirinya.
Yah... lelaki tersebut adalah Ayahnya, Ayah yang dicintainya, Ayah yang membesarkannya sendirian. Ibu Taca sudah meninggal saat Taca dilahirkan kedunia. Semenjak itu Abah mengurus Taca sendirian.
Abah tidak menikah lagi, setiap ditanya oleh Taca kenapa tidak menikah lagi padahal diumur abah yang ke 58 tahun Abah masih terlihat gagah.
Jawabannya Abah mau hidup dan mati sama Ambu atau mending ngurus kamu neng sama tiga Kakak kamu, makanya kamu harus jaga diri, kehormatan kamu dijaga yah, neng.
Tercekat Taca mengingat pesan Abah, air mata mulai mengalir dari pinggir mata Taca. 'Dasar bodoh, kenapa Ta... kenapa kamu bisa gitu aja kasih kegadisan kamu ke orang nggak dikenal,’batin Taca.
Taca berjuang mati-matian menahan air mata yang sudah menggenangi matanya. Napas Taca sesak, dia tidak tau bila nanti dia menikah apa yang harus dia katakan kepada calonnya.
Jujur?
Iya kalau mau menerima kenyataan bahwa dia sudah tidak perawan, kalau tidak? Mau ditaro di mana muka Abah dan Kakak-Kakaknya.
"Mbak... butuh tissue ?"
Taca mendongkak kemudian melihat pak Zulkarnaen sedang menyodorkan tissue kearah Taca.
"Oh iya, Pak," jawab Taca sungkan sambil mengambil tissue di tangan pak Zulkarnaen.
"Makasih yah, Pak."
"Mbak ngak papa?"
"Iya, ngak papa, Pak. Kayanya saya flu, Pak," jawab Taca sekenangnya padahal didalam hatinya dia berteriak ingin menangis sejadi-jadinya.
"Baiklah,” ucap Zulkarnaen, dia tau pekerjaannya di penthouse super mewah itu ada peraturan tidak tertulis, yaitu JANGAN IKUT CAMPUR MASALAH ORANG LAIN.
Zulkarnaen menantap Taca dengan pandangan bingung. Dia ingat hampir semua penghuni apartemen, dia sudah bekerja disana selama 5 tahun. Tapi baru sekarang dia melihat gadis cantik itu.
•••
"Mbak Taca, taxi onlinenya sudah datang," ujar Zulkarnaen.
Taca langsung tersenyum ke arah Zulkarnaen, kemudian bangkit dari duduknya.
"Aduhh." Taca meringis menahan rasa pedih dibagian inti miliknya.
"Kenapa Mbak?"
"Kesemutan, Pak," dusta Taca sambil berjalan melewati Zulkarnaen. 'Ngak mungkin, gue jawab sakit Pak, abis lepas kegadisan saya’ batin Taca kesal.
Taca berjalan ke arah taxi online, kemudian duduk di jok belakang mobil.
Supir taxi online itu melirik kebelakang memastikan pintu mobil sudah tertutup sempurna, kemudian menjalankan mobilnya. "Sesuai titik kan, Mbak?"
"Iya,” jawab Taca sambil berjuang menahan air matanya.
"Kenapa, Mbak?" tanya supir taxi online yang kebingungan melihat Taca yang sedang menahan tangis dari spion tengah mobilnya.
"Sa...ya.....huaaaaaa," pecahlah tangis Taca.
•••
Terima kasih sudah membaca maaf klo masih banyak typo...
Add ig author yah storyby_gallon
Jangan lupa comment,like and vote yah ❤️❤️
Comment yang banyak, author suka keributan hehehe...
Salam sayang Gallon
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 386 Episodes
Comments
EndRu
Abah..
Gimana Nini anak gadismu
2023-10-06
0
EndRu
huuuaaa ..aku temenin nangis ya Ta ..huaa
2023-03-18
0
Oesie Usi
aroma karbol?
🤣🤣
2022-05-23
0