Bab 4 Jejak Yang Mengusik Hati

     Suasana markas sore itu terasa lebih hening dari biasanya. Kapten Prayoda menutup map laporan harian dan menyandarkan tubuhnya ke kursi. Sejak siang tadi, pikirannya terus terpecah. Serelia, kekasihnya yang dulu pernah ia cintai begitu dalam, kini berada hanya beberapa ruangan darinya. Mereka bahkan kembali berada dalam satu kesatuan, sesuatu yang dulu ia pikir akan membuatnya bahagia.

     Namun anehnya, yang memenuhi ruang hatinya bukan Serelia, melainkan bayangan gadis muda itu. Amira.

     Yoda memejamkan mata, teringat tawa renyah Amira saat bercanda dengannya, tatapan jenaka penuh keberanian, bahkan kebiasaan kecilnya yang makan dengan cepat dan banyak. Semua hal sederhana itu justru membuatnya hangat, seolah membangunkan sisi dirinya yang lama terkubur.

     “Apa aku ini gila?” gumam Yoda sambil mengusap wajahnya.

     Di saat yang sama, ketukan terdengar di pintu ruangannya. “Masuk.”

     Pintu terbuka. Dokter Serelia melangkah masuk dengan jas dokter putihnya, wajah cantiknya dihiasi senyum tipis yang tampak dipaksakan.

     “Kak Yoda, masih sibuk?” tanyanya lembut, berusaha mencairkan suasana.

     Yoda menegakkan duduknya, memasang wajah formal. “Iya, masih ada laporan yang harus dibereskan.”

     Serelia menarik kursi, duduk di depannya. “Aku merasa kita … agak jauh akhir-akhir ini. Ada apa?” Dokter Serelia bertanya, seolah pembicaraan beberapa hari lalu sudah ia lupakan.

     Pertanyaan itu mengundang senyum kecut di bibir Yoda. Sementara Dokter Serelia, menunggu Yoda bicara, sesekali ia menatap heran ke arah Yoda.

     "Maaf, Dokter. Ini di dalam lingkungan kantor. Bisa tidak kita tetap formal saja? Saya tidak mau orang lain bahkan atasan saya melihat kalau kita sudah saling mengenal." Yoda melipat tangannya, kemudian ia jadikan tumpuan di dagunya.

     "Kenapa begitu? Jahat banget kamu, Kak? Aku ini masih kekasihmu. Kalau di dalam ruangan seperti ini, apa salahnya kita nggak sekaku ini?" sergah Dokter Serelia tidak suka.

     "Mohon maaf, saya tidak bisa. Tolong hargai profesionalitas kita. Kalau Dokter Serel sudah tidak ada kepentingan lagi, silakan keluar," ucap Yoda setengah mengusir.

     "Kak Yoda, please, Kak. Kenapa tidak seperti biasa saja? Ada apa sih sebetulnya dengan kamu? Apa karena keputusan aku yang menunda lagi rencana pertunangan kita sampai tahun depan?"

     "Tidak ada hubungannya dengan itu. Sudah saya bilang, saya hanya ingin profesional. Sudah paham?" tegas Yoda sembari berdiri, meraih map di atas meja, lalu bermaksud keluar dari kursinya.

     "Aku yang akan keluar, permisi." Dokter Serelia mendahului langkah Yoda. Dia merasa diusir oleh sikap dingin Yoda. Wajahnya muram.

     Yoda tersenyum lalu menatap kepergian dokter Serelia. "Kenapa tidak dari tadi?"

     Yoda kembali ke kursinya, lalu meraih Hp. "Dik, bisa ketemuan hari ini? Saya mau ajak ngopi di kafe." Pesan Yoda terkirim, entah kepada siapa.

     Tidak lama dari itu, Yoda berdiri mempersiapkan diri untuk pulang. Dia buru-buru keluar dari ruangannya, lalu menuju mobil di parkiran.

     Dokter Serelia tiba-tiba sudag berada di belakang Yoda. "Kak Yoda. Bagaimana kalau besok, kita berangkat ke kantor ini bersama? Jemput aku ...."

     Yoda menoleh dengan kening mengkerut dalam. Dengan cepat dia memotong ucapan dokter Serelia. "Menjemput kamu sepagi itu? Aku jam setengah tujuh harus sudah berangkat karena apel pagi. Kamu di kantor sepagi itu untuk apa? Tidak ada kewajiban kamu untuk apel pagi."

     Dokter Serelia terdiam, dia tidak bisa menjawab. Memang benar apa yang dikatakan Yoda, dia mau apa sepagi itu. Bukankah sebagai dokter di batalyon itu, statusnya hanya sebagai dokter tambahan atau cadangan. Bahkan kalau tidak ada hal darurat, maka tidak ada kewajibannya untuk datang ke batalyon.

     "Apa aku melakukan kesalahan? Atau … ada orang lain? Kamu beda banget sih, Kak?" Dokter Serelia bicara sedikit bergetar. Dia menatap Yoda heran.

     Yoda menarik napas panjang. Dia merasa heran dengan dokter Serelia. Seperti tidak menyadari apa yang pernah diucapkannya beberapa hari yang lalu. “Serel, kamu sendiri yang memilih menunda. Empat tahun aku menunggu, dan lagi-lagi kamu minta waktu. Aku mulai bertanya-tanya, apa kita benar-benar punya arah yang sama?" Entah yang ke berapa kalinya, Yoda mengulang kalimat yang sama.

     "Sepertinya, aku menyudahi untuk menunggu. Aku tidak mau berharap lagi denganmu. Aku mohon pamit," lanjut Yoda sembari berlalu menghampiri mobilnya.

     Dokter Serelia terdiam, wajahnya memucat. “Aku hanya ingin memastikan semuanya siap, Kak. Aku tidak main-main dengan perasaanmu," pekik Dokter Serelia, membuat Yoda menahan langkahnya.

     “Bukan itu masalahnya.” Yoda menatapnya datar. “Masalahnya, aku sudah tidak tahu apakah aku masih bisa menunggu.” Kalimat Yoda menekan.

     Dokter Serelia tertegun, sementara Yoda justru segera berlalu dan memasuki mobilnya.

     Dokter Serelia menatap kepergian Yoda dengan sedih, puing-puing cinta yang selama ini dia bangun, kini mulai hancur. "Ini semua gara-gara aku terlalu terobsesi," sesalnya.

***

     Sementara itu, sore mulai merambat. Amira berdiri di halte bus, memeluk tas gendongnya di dada. Jilbab segi empatnya sedikit berantakan terkena angin, wajahnya letih setelah seharian kuliah. Motor kesayangannya berada di bengkel, jadi satu-satunya pilihan adalah menunggu bus.

     "Duh, lama banget. Bisa-bisa kemaleman nih,” gumamnya sambil menendang-nendang ujung trotoar.

     Tiba-tiba suara deru mesin berhenti di depannya. Sebuah mobil krem Pajero berhenti tepat di samping Amira. Dari balik pintu, seorang pria muda dengan seragam polisi rapi keluar.

     "Amira?” Suara itu terdengar akrab.

     Amira menoleh, matanya melebar. "Kak Iqbal?"

     Iqbal tersenyum lebar, membetulkan topi polisinya sebelum mendekat. “Kebetulan banget. Kamu nunggu bus ya? Ayo, aku antar pulang. Jangan sendirian gini, berbahaya," ucapnya perhatian.

     Amira sempat ragu. “Ah, nggak usah repot. Aku biasa kok naik bus.”

     “Tapi kan motormu lagi di bengkel.” Iqbal mengangkat alis, seolah tahu segalanya. “Aku kebetulan lewat sini. Kamu ikut aku saja, Dek. Rumah kita juga searah," desak Iqbal.

     Amira mendesah, lalu akhirnya tersenyum kecil. “Ya sudah deh. Tapi, ingat lho, hanya sampai depan gapura," ucap Amira.

     "Siap, Adek. Tapi, ngomong-ngomong, kenapa tidak sampai depan rumah saja? Kan enak, turun bisa langsung masuk rumah."

     "Nggak deh, lain kali saja," ucap Amira kekeuh. Iqbal tersenyum tipis. Dia sedikit kecewa, karena Amira tidak mau diantar sampai depan rumah.

     Mereka memasuki mobil. Namun, jarak beberapa meter dari halte itu, mobil Yoda tiba. Yoda melihat dengan jelas kalau Amira baru saja memasuki sebuah mobil.

     Dari kaca mobil, ia melihat sekilas sosok Amira yang duduk di samping seorang pria polisi muda. Jantungnya langsung berdegup kencang, darahnya mendidih.

     “Lagi-lagi Polisi itu. Apa dia pacarnya?” gumamnya lirih, jemarinya memukul kemudi. Selang beberapa menit, mobil itupun pergi.

     Yoda mengikuti mobil itu dari kejauhan, hatinya bergolak hebat. Ada sesuatu yang menusuk, rasa yang tak pernah ia bayangkan. Tapi, kini dia merasakan. Yoda cemburu.

     "Pantes kamu tidak balas pesanku, Dik."

Gimana, bab 4 nih? Maaf, baru up date. Soalnya Author rada bingung, alias sedang kehilangan ide. 😆😆😆

Terpopuler

Comments

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

harus ada sosok lain, agar tau hati ini biasa atau cinta.

2025-10-05

1

dewi_nie

dewi_nie

harus tegas Yoda..biar kamu gk jd bujang lapuk terlalu lama nunggu Serelia..

harus semangat dong Thor...💪💪💪🔥

2025-08-27

1

Ikaaa1605

Ikaaa1605

Lanjuttt othor

2025-08-27

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Cipratan Air Hujan
2 Bab 2 Laptop Yang Tertinggal
3 Bab 3 Dokter Baru Di Batalyon
4 Minta Pendapat Readers
5 Bab 4 Jejak Yang Mengusik Hati
6 Bab 5 Ungkapan Hati Iqbal
7 Bab 7 Pertemuan Yoda Dan Amira Yang Tidak Disangka
8 Bab 8 Gadis Muda Dan Pria Dewasa
9 Bab 9 Amira Pacar Iqbal?
10 Bab 10 Tidak Akan Menunggu Lagi
11 Bab 10 Merasa Pesimis
12 Bab 12 Penemuan Yoda
13 Bab 13 Kecewa Dan Bahagia
14 Bab 14 Pertemuan Yoda dan Lahat
15 Bab 15 Hubungan Profesional
16 Bab 16 Ungkapan Yoda Yang Belum Terjawab
17 Bab 17 Bertemu Lahat
18 Bab 18 Galau
19 Bab 19 Keputusan Yoda
20 Bab 20 Ujian Dalam Pesanan Amira
21 Bab 21 Penilaian Amira
22 Bab 22 Bayangan Yang Semakin Kuat
23 Bab 23 Menghindar
24 Bab 24 Luka Yang Membuka Hati
25 Bab 25 Pertemuan Yoda Dan Kedua Orang Tua Amira
26 Bab 26 Kedatangan Iqbal Kecewa Yoda
27 Bab 27 Ungkapan Cinta Yoda
28 Bab 28 Bertemu Lahat Dan Aika
29 Bab 29 Kekasih Dapat Maksa
30 Bab 30 Harapan Orang Tua Amira Yang Tersambut
31 Bab 31 Ternyata Anak Pak Harimurti
32 Bab 32 Curhat Dengan Om Kesayangan
33 Bab 33 Pilihan Hati Amira
34 Bab 34 Antara Kecewa, Penyesalan, dan Bayangan Ancaman
35 Bab 35 Cemburu dan Kecewa Yoda
36 Bab 36 Mengungkapkan Keseriuasan
37 Bab 37 Terungkap
38 Bab 38 Yoda Berusaha Mayakinkan Amira
39 Bab 39 Sedih Dan Kecewa Dokter Serelia
40 Bab 40 Niatnya Memberi Kejutan Malah Terkejut Duluan
41 Bab 41 Pengajuan Nikah
42 Bab 42 Ajakan Makan Malam Romantis
43 Bab 43 Bertemu Dokter Serelia
44 Bab 44 Berita Pengajuan Nikah Yoda
45 Bab 45 Persiapan Pernikahan
46 Bab 46 Pernikahan/ Sah
47 Bab 47 Pedang Pora
48 Bab 48 Bulan Madu Yang Gagal
49 Bab 49 Bulan Madu Yang Gagal 2
50 Bab 50 Pulang
51 Bab 51 Buket Bunga dan ATM Mengembalikan Senyum Amira
52 Bab 52 Nasi Goreng Ala Amira
53 Bab 53 Lagi-lagi Gagal
54 Bab 54 Penjelasan yang Membuat Amira Tenang
55 Bab 55 Malam Pertama
56 Bab 56 Bertemu Iqbal
57 Bab 58 Sebuah Kejujuran
58 Bab 58 Hujan Sore yang Bahagia
59 Bab 59 Kisah yang Berakhir Indah (END)
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab 1 Cipratan Air Hujan
2
Bab 2 Laptop Yang Tertinggal
3
Bab 3 Dokter Baru Di Batalyon
4
Minta Pendapat Readers
5
Bab 4 Jejak Yang Mengusik Hati
6
Bab 5 Ungkapan Hati Iqbal
7
Bab 7 Pertemuan Yoda Dan Amira Yang Tidak Disangka
8
Bab 8 Gadis Muda Dan Pria Dewasa
9
Bab 9 Amira Pacar Iqbal?
10
Bab 10 Tidak Akan Menunggu Lagi
11
Bab 10 Merasa Pesimis
12
Bab 12 Penemuan Yoda
13
Bab 13 Kecewa Dan Bahagia
14
Bab 14 Pertemuan Yoda dan Lahat
15
Bab 15 Hubungan Profesional
16
Bab 16 Ungkapan Yoda Yang Belum Terjawab
17
Bab 17 Bertemu Lahat
18
Bab 18 Galau
19
Bab 19 Keputusan Yoda
20
Bab 20 Ujian Dalam Pesanan Amira
21
Bab 21 Penilaian Amira
22
Bab 22 Bayangan Yang Semakin Kuat
23
Bab 23 Menghindar
24
Bab 24 Luka Yang Membuka Hati
25
Bab 25 Pertemuan Yoda Dan Kedua Orang Tua Amira
26
Bab 26 Kedatangan Iqbal Kecewa Yoda
27
Bab 27 Ungkapan Cinta Yoda
28
Bab 28 Bertemu Lahat Dan Aika
29
Bab 29 Kekasih Dapat Maksa
30
Bab 30 Harapan Orang Tua Amira Yang Tersambut
31
Bab 31 Ternyata Anak Pak Harimurti
32
Bab 32 Curhat Dengan Om Kesayangan
33
Bab 33 Pilihan Hati Amira
34
Bab 34 Antara Kecewa, Penyesalan, dan Bayangan Ancaman
35
Bab 35 Cemburu dan Kecewa Yoda
36
Bab 36 Mengungkapkan Keseriuasan
37
Bab 37 Terungkap
38
Bab 38 Yoda Berusaha Mayakinkan Amira
39
Bab 39 Sedih Dan Kecewa Dokter Serelia
40
Bab 40 Niatnya Memberi Kejutan Malah Terkejut Duluan
41
Bab 41 Pengajuan Nikah
42
Bab 42 Ajakan Makan Malam Romantis
43
Bab 43 Bertemu Dokter Serelia
44
Bab 44 Berita Pengajuan Nikah Yoda
45
Bab 45 Persiapan Pernikahan
46
Bab 46 Pernikahan/ Sah
47
Bab 47 Pedang Pora
48
Bab 48 Bulan Madu Yang Gagal
49
Bab 49 Bulan Madu Yang Gagal 2
50
Bab 50 Pulang
51
Bab 51 Buket Bunga dan ATM Mengembalikan Senyum Amira
52
Bab 52 Nasi Goreng Ala Amira
53
Bab 53 Lagi-lagi Gagal
54
Bab 54 Penjelasan yang Membuat Amira Tenang
55
Bab 55 Malam Pertama
56
Bab 56 Bertemu Iqbal
57
Bab 58 Sebuah Kejujuran
58
Bab 58 Hujan Sore yang Bahagia
59
Bab 59 Kisah yang Berakhir Indah (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!