Legenda Pedang Abadi : Jalan Darah Dan Takdir

Legenda Pedang Abadi : Jalan Darah Dan Takdir

Bab 1 - Bayi yang Lahir dalam Kegelapan

Arc 1: Bayi dalam Badai

Langit malam itu tampak murka. Awan hitam bergulung-gulung, saling bertumpuk hingga menutup bulan dan bintang. Badai menderu seperti naga kelaparan, menghajar hutan lebat di kaki Pegunungan Qingyun dengan angin yang menusuk kulit dan hujan yang turun tanpa henti.

Petir menyambar berkali-kali, kilatnya membelah langit bagai pedang perak. Setiap kali cahaya itu muncul, hutan yang gelap gulita mendadak tersibak, memperlihatkan pepohonan raksasa yang bergoyang keras, seolah hendak tumbang. Gemuruh petir mengguncang dada, membuat siapa pun yang mendengar merasa kecil di hadapan kekuatan alam.

Di tengah keganasan itu, seekor burung hantu beterbangan panik, kelelawar berhamburan keluar dari sarangnya, dan serigala-serigala hutan melolong panjang. Mereka semua seolah tahu: malam ini bukan malam biasa. Malam ini, langit dan bumi seakan menyaksikan lahirnya sesuatu yang tak boleh diremehkan.

Tak jauh dari kaki tebing, tampak sebuah gua kecil tersembunyi. Dari luar, gua itu hanyalah celah gelap yang nyaris tak terlihat tertutup semak basah. Namun bagi seorang wanita muda yang terluka parah, gua itu adalah satu-satunya tempat berlindung dari hujan dan tajamnya pedang para pengejar.

Di dalam gua, suasana dingin menusuk. Air hujan menetes dari celah batu, membasahi lantai yang keras. Aroma tanah basah bercampur bau anyir darah memenuhi udara, menusuk hidung dan membuat napas terasa berat.

Seorang wanita berusia dua puluhan tahun terbaring lemah di lantai batu yang dingin. Rambut hitam panjangnya menempel di wajah karena keringat dan air hujan. Bajunya robek, penuh noda merah darah yang terus merembes dari bahu dan punggungnya. Luka sayatan dalam membuat napasnya terputus-putus, setiap tarikan dada terasa seperti ditusuk ribuan jarum.

Namun di balik rasa sakit itu, matanya masih berkilat. Mata yang menyimpan tekad, sekalipun tubuhnya hampir runtuh. Di sampingnya tergeletak sebilah pedang kuno—Pedang Naga Langit. Gagang pedang itu diukir seekor naga melingkar, sisiknya detail, matanya tajam. Meski pedang itu tampak tua, auranya berat dan suci, seolah mampu menundukkan langit.

Wanita itu mengelus perutnya yang besar dengan tangan bergetar. “Tidak, aku tidak boleh mati, bukan sekarang, setidaknya aku harus melahirkanmu terlebih dahulu.”

Jeritan kesakitan keluar dari bibirnya. Tubuhnya menggeliat, kakinya kaku karena kontraksi. Darah mengalir deras dari luka sekaligus proses persalinan yang begitu brutal tanpa bantuan siapa pun.

Petir menyambar di luar, membuat dinding gua bergetar. Jeritannya bersaing dengan suara badai, namun ia terus bertahan. Berkali-kali ia hampir pingsan, tapi tekadnya lebih keras dari rasa sakit yang sedang dirasakannya.

Beberapa menit terasa seperti beberapa jam. Lantai batu dipenuhi bercak darah yang terus bertambah. Nafasnya semakin pendek, wajahnya pucat pasi. Namun di tengah penderitaan itu, suara kecil akhirnya lahir.

Tangisan bayi.

Tangisan nyaring itu bergema di gua, terdengar murni dan penuh kehidupan. Suara itu menusuk kegelapan, seakan menerangi malam yang pekat.

Air mata wanita itu jatuh deras. Senyumnya muncul di wajah yang dipenuhi rasa sakit. Ia mengangkat bayi mungil itu dengan tangan bergetar. Tubuhnya kecil, kulitnya merah, tapi tangisannya begitu kuat, seolah menolak dunia yang penuh kekejaman.

“Putraku, kau akhirnya lahir.” ucapnya parau, bibirnya bergetar. “Kau, Lin Feng. Nama itu akan menjadi cahaya dalam kegelapan.”

Namun senyum itu segera pudar, berganti ketakutan. Tangisan bayi memang tanda kehidupan, tapi juga panggilan maut. Para pengejarnya pasti mendengar bila suara itu keluar dari dalam gua.

Dengan sisa tenaga, wanita itu meraih kantong kecil dari jubahnya. Tangannya gemetar hebat saat mengeluarkan beberapa batu giok kecil yang terukir simbol kuno. Batu-batu itu bersinar samar, seolah merespons sentuhan darah di jari-jarinya.

Ia menata batu giok itu mengelilingi keranjang bambu tua yang ia temukan di pojok gua. Meski hampir kehilangan kesadaran, tangannya tetap bergerak, menggambar garis formasi di lantai dengan darahnya sendiri. Setiap goresan simbol kuno terasa berat, namun ia paksakan.

Begitu lingkaran sempurna terbentuk, batu giok memancarkan cahaya redup. Lingkaran cahaya itu berdenyut pelan, lalu menyelimuti bayi kecil yang masih menangis keras. Ajaibnya, suara tangisan itu langsung teredam. Bayi itu tetap berteriak sekuat tenaga, namun dunia di luar lingkaran tak mendengar apa pun.

Itu adalah Formasi Isolasi Suara—seni kuno yang hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli pedang dengan kendali energi murni. Wanita itu telah mengorbankan sisa kekuatan spiritualnya untuk membuatnya.

Ia menatap bayinya dengan senyum getir, air mata terus mengalir. “Kau aman sekarang, meski hanya sebentar, ibu sudah melakukan bagiannya.”

Tangannya yang berlumuran darah mengusap lembut wajah kecil itu. Bayi itu menendang-nendang kakinya, matanya tertutup rapat, menangis tanpa tahu apa yang menantinya di dunia luar.

Wanita itu terisak. “Lin Feng, meski ibu tak bisa menemanimu lama, ketahuilah, kau dilahirkan bukan untuk tenggelam dalam kegelapan. Kau akan tumbuh, dan suatu hari nanti kau akan mengangkat pedang itu.”

Ia menoleh pada Pedang Naga Langit yang bersandar di dinding. Pedang itu berkilau redup di bawah cahaya petir. Aura pedang itu seakan beresonansi dengan bayi, membuat udara di gua bergetar.

Wanita itu tersenyum getir. “Pedang itu, adalah pedang pusaka. Pedang yang diperebutkan banyak sekte, pedang yang membuat keluargamu hancur. Tapi suatu hari, kau akan pantas menggunakannya, Lin Feng.”

Tubuhnya semakin lemah. Darah terus merembes, membasahi lantai hingga mengalir ke luar gua bercampur air hujan. Aroma anyir semakin kuat, menusuk hidung.

Ia memaksakan diri bangkit sedikit, lalu memeluk bayi itu erat sekali. “Ingatlah, ibu mungkin hilang, tapi kasih sayang ini akan selalu ada di dalam darahmu.”

Tangannya bergetar, ia lalu meletakkan bayi itu ke dalam keranjang bambu, menutupinya dengan kain tipis. Lingkaran formasi masih menyala samar, menjaga suara tangisan tetap tersembunyi.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari luar. Derap sepatu membelah hujan, berat dan tergesa.

“Cepat! Jangan biarkan wanita itu kabur! Pedang Naga Langit harus kita dapatkan malam ini!” teriak seseorang dari luar gua.

Wanita itu menegang. Jantungnya berdegup kencang, meski tubuhnya hampir mati. Matanya menatap tajam ke pintu gua.

Air mata terakhir jatuh dari pipinya. Ia menoleh pada bayinya sekali lagi. “Lin Feng, bertahanlah, bahkan jika ibu harus mati, kau harus hidup.”

Petir kembali menyambar, menerangi gua sekejap. Bayi itu masih menangis tanpa henti, namun suaranya tetap terkurung dalam formasi isolasi. Dunia luar tak mendengar apa pun.

Malam itu, di tengah badai dan darah, seorang bayi lahir ke dunia. Bayi yang tak tahu bahwa hidupnya akan menjadi perjalanan panjang melawan langit, bumi, dan takdir itu sendiri.

Terpopuler

Comments

༄⍟Mᷤbᷡah²_Atta࿐

༄⍟Mᷤbᷡah²_Atta࿐

Awal cerita sudah menarik. Semoga sampai tamat Novel dan jadi Sukses.

2025-09-04

1

Luthfi Afifzaidan

Luthfi Afifzaidan

lg

2025-09-06

1

Penggemar Pendekar

Penggemar Pendekar

go go

2025-08-28

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Bayi yang Lahir dalam Kegelapan
2 Bab 2 - Darah yang Membasahi Malam
3 Bab 3 - Ratapan Terakhir Sang Ibu
4 Bab 4 - Pedang Misterius yang Hilang
5 Bab 5 - Bayi dalam Pelarian
6 Bab 6 - Tetua Qingyun
7 Bab 7 - Sekte yang Terlupakan
8 Bab 8 - Anak Yatim dari Han
9 Bab 9 - Tatapan Penuh Kasih
10 Bab 10 - Latihan Pertama
11 Bab 11 - Cemoohan Murid Senior
12 Bab 12 - Warisan Terakhir
13 Bab 13 - Api yang Tak Pernah Padam
14 Bab 14 - Pukulan yang Mematahkan Ego
15 Bab 15 - Guru Kedua
16 Bab 16 - Saudara Seperguruan yang Angkuh
17 Bab 17 - Liu Tian
18 Bab 18 - Permusuhan yang Dimulai
19 Bab 19 - Tekad di Bawah Bulan
20 Bab 20 - Jurang di Dalam Hati
21 Bab 21 - Hujan Darah di Hutan Bambu
22 Bab 22 - Serangan Bandit
23 Bab 23 - Ketakutan Pertama
24 Bab 24 - Menyembuhkan Luka dengan Rumput Liar
25 Bab 25 - Rahasia Tubuh yang Unik
26 Bab 26 - Ujian Murid Inti
27 Bab 27 - Pertarungan di Arena Batu
28 Bab 28 - Duel yang Membara
29 Bab 29 - Luka yang Membekas
30 Bab 30 - Riak di Dalam Sekte
31 Bab 31 - Latihan di Bawah Tekanan
32 Bab 32 - Murid Inti Baru
33 Bab 33 - Jalan Kultivasi yang Terbentang
34 Bab 34 - Tebasan Pertama yang Membelah Langit
35 Bab 35 - Gelombang yang Tersembunyi
36 Bab 36 - Menyatu dengan Langit dan Bumi
37 Bab 37 - Fondasi yang Semakin Kokoh
38 Bab 38 - Rencana Gelap Liu Tian
39 Bab 39 - Lembah Seribu Kabut
40 Bab 40 - Kabut yang Memisahkan Jalan
41 Bab 41 - Bayangan yang Mengoyak Jiwa
42 Bab 42 - Pengkhianatan di Balik Kabut
43 Bab 43 - Puncak Pengkhianatan
44 Bab 44 - Jalan Pedang yang Tercemar
45 Bab 45 - Bayangan di Perbatasan
46 Bab 46 - Gelombang Sekte di Selatan
47 Bab 47 - Rapat Darurat di Sekte Langit Biru
48 Bab 48 - Bayangan di Kota Besar
49 Bab 49 - Api yang Menjalar ke Istana
50 Bab 50 - Pertemuan Bayangan
51 Bab 51 - Bayangan di Balik Singgasana
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1 - Bayi yang Lahir dalam Kegelapan
2
Bab 2 - Darah yang Membasahi Malam
3
Bab 3 - Ratapan Terakhir Sang Ibu
4
Bab 4 - Pedang Misterius yang Hilang
5
Bab 5 - Bayi dalam Pelarian
6
Bab 6 - Tetua Qingyun
7
Bab 7 - Sekte yang Terlupakan
8
Bab 8 - Anak Yatim dari Han
9
Bab 9 - Tatapan Penuh Kasih
10
Bab 10 - Latihan Pertama
11
Bab 11 - Cemoohan Murid Senior
12
Bab 12 - Warisan Terakhir
13
Bab 13 - Api yang Tak Pernah Padam
14
Bab 14 - Pukulan yang Mematahkan Ego
15
Bab 15 - Guru Kedua
16
Bab 16 - Saudara Seperguruan yang Angkuh
17
Bab 17 - Liu Tian
18
Bab 18 - Permusuhan yang Dimulai
19
Bab 19 - Tekad di Bawah Bulan
20
Bab 20 - Jurang di Dalam Hati
21
Bab 21 - Hujan Darah di Hutan Bambu
22
Bab 22 - Serangan Bandit
23
Bab 23 - Ketakutan Pertama
24
Bab 24 - Menyembuhkan Luka dengan Rumput Liar
25
Bab 25 - Rahasia Tubuh yang Unik
26
Bab 26 - Ujian Murid Inti
27
Bab 27 - Pertarungan di Arena Batu
28
Bab 28 - Duel yang Membara
29
Bab 29 - Luka yang Membekas
30
Bab 30 - Riak di Dalam Sekte
31
Bab 31 - Latihan di Bawah Tekanan
32
Bab 32 - Murid Inti Baru
33
Bab 33 - Jalan Kultivasi yang Terbentang
34
Bab 34 - Tebasan Pertama yang Membelah Langit
35
Bab 35 - Gelombang yang Tersembunyi
36
Bab 36 - Menyatu dengan Langit dan Bumi
37
Bab 37 - Fondasi yang Semakin Kokoh
38
Bab 38 - Rencana Gelap Liu Tian
39
Bab 39 - Lembah Seribu Kabut
40
Bab 40 - Kabut yang Memisahkan Jalan
41
Bab 41 - Bayangan yang Mengoyak Jiwa
42
Bab 42 - Pengkhianatan di Balik Kabut
43
Bab 43 - Puncak Pengkhianatan
44
Bab 44 - Jalan Pedang yang Tercemar
45
Bab 45 - Bayangan di Perbatasan
46
Bab 46 - Gelombang Sekte di Selatan
47
Bab 47 - Rapat Darurat di Sekte Langit Biru
48
Bab 48 - Bayangan di Kota Besar
49
Bab 49 - Api yang Menjalar ke Istana
50
Bab 50 - Pertemuan Bayangan
51
Bab 51 - Bayangan di Balik Singgasana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!