Pertemuan Tak Terduga

Happy reading guys :)

...•••...

“Kenapa jadi kayak gini, sih? Siapa coba yang udah ngirim semua kegiatan malam gue ke papa sama mama? Perasaan nggak ada yang mencurigakan sama sekali selama ini, tapi kenapa sekarang kayak gini?”

Naresha mengembuskan napas panjang beberapa kali, lalu menatap pantulan dirinya di dalam kaca cermin berukuran besar yang menempel di salah satu sisi dinding kamarnya.

Di dalam sana, terlihat sosok Naresha sudah tidak lagi mengenakan dress bodycon mini berwarna hitam, lantaran sudah berganti dengan dress bergaya Korea yang cukup sopan—berwarna biru pastel dengan potongan A-line sepanjang lutut serta detail pita kecil di bagian leher.

Dress itu sebenarnya terlihat sangat manis dan anggun, sangat cocok dengan image ketua OSIS yang dikenal kalem dan berprestasi. Namun, bagi Naresha pakaian itu terasa seperti kostum—penyamaran paksa yang dipilihkan oleh situasi dan keadaan, bukan oleh dirinya sendiri.

Naresha mengusap wajahnya pelan, lantas menghela napas berat sambil bergumam, “Padahal tadinya gue udah siap banget buat malam ini. Gue udah atur semuanya dengan sangat baik … tapi kenapa ending-nya malah kayak gini, sih?”

Setelah menggumamkan akan hal itu, Naresha mengalihkan pandangan ke arah luar melalui salah satu jendela kaca kamar yang belum dirinya tutup menggunakan tirai. Ia diam beberapa saat, pikirannya kembali terlempar pada kejadian beberapa menit lalu—ketika dirinya tiba-tiba saja mendengar kabar kalau akan dijodohkan pada malam hari ini, dengan sosok cowok yang bahkan tidak dirinya kenali sama sekali.

“Apa! Pa, yang benar aja? Aku cuma pergi ke bar dan minum wine … masa hukumannya harus sampai dijodohin segala. Ini terlalu berlebihan!” protes Naresha, suaranya yang tadi sedikit bergetar telah berubah menjadi sangat tegas dan penuh keterkejutan.

Ardhan tidak menjawab protes yang sedang dilayangkan oleh Naresha. Ia hanya menatap putrinya itu dengan tatapan berat yang tidak bisa untuk dijelaskan serta dijabarkan oleh kata-kata semata—campuran antara kecewa, marah, serta cemas yang sudah lama dirinya pendam.

“Kamu pikir Papa sama Mama baru tahu sekarang, Resha?” ucap Ardhan akhirnya dengan suara pelan, tetapi mengandung tekanan serta hawa amarah yang sangat tajam, “Papa udah tahu kegiatan kamu selama ini. Kamu pikir bisa main aman dan sembunyi dari semua hal buruk yang udah kamu lakuin? Nggak akan bisa, Naresha Ardhanari Renaya … udah cukup selama ini Papa sama Mama sabar dengan tingkah kamu. Sekarang udah nggak bisa lagi … dan kamu harus nurut sama keputusan kamu berdua.”

Naresha menggigit bibir bawah cukup kencang, lalu mengalihkan pandangan ke arah sang mama yang masih duduk di tempat semula—dengan mata sudah mulai berkaca-kaca. “Ma, Mama percaya sama aku, kan? Tolong bantuin, Ma … Aku nggak mau dijodohin. Aku masih sekolah dan masa depanku masih panjang banget.”

Gayatri menundukkan kepala, tangannya meremas tisu yang sejak tadi telah dirinya genggam di atas pangkuan. Cairan bening mulai memenuhi kelopak matanya dan nyaris jatuh, tetapi saat menatap Naresha—anak gadis satu-satunya yang sejak kecil selalu dirinya banggakan—wajahnya seketika berubah menjadi sangat datar dan tegas, meskipun hatinya remuk.

“Mama percaya sama kamu, Sayang … Mama percaya kamu pintar, kamu hebat … tapi Mama juga tahu kamu sekarang lagi kehilangan arah,” ucap Gayatri dengan suara pelan, tetapi terdengar sangat menusuk, “Dan Mama juga tahu, kalau Mama sama Papa nggak ambil tindakan sekarang, kamu bisa semakin jauh dari jalan yang benar.”

Naresha menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya. “Tapi, Ma … ini hidup aku! Aku bisa atur semuanya sendiri, aku cuma butuh waktu … kenapa harus sampai dijodohin segala? Bukannya masih banyak hukuman lain yang bisa aku teri—”

“Karena kamu sudah terlalu jauh, Resha,” potong Ardhan dengan suara rendah yang terdengar sangat tidak bisa untuk dibantah, “Oke, gini … Kalau kamu memang nggak mau dijodohin, Papa punya satu pilihan lain … Kamu harus keluar dari sekolah, homeschooling dan nggak boleh keluar dari rumah kalau nggak bareng Mama sama Papa.”

Naresha melebarkan mata sempurna dan segera tersadar dari dalam lamunannya, saat secara tiba-tiba mendengar suara pintu masuk kamarnya diketuk oleh seseorang dari arah luar. Ia perlahan-lahan mulai melangkahkan kaki mendekat, kemudian membuka pintu guna melihat sosok orang yang telah mengganggu aktivitasnya.

“Bi Lastri? Ada apa, Bi?” tanya Naresha, seraya sedikit mengerutkan kening saat melihat sosok perempuan paruh baya—asisten rumah tangga—tengah berdiri di depan pintu kamarnya.

Bi Lastri sedikit membungkukkan badan, lantas menunjuk ke arah tangga penghubung lantai satu menggunakan ibu jari tangan kanan. “Itu, Non … Non Resha disuruh turun sama tuan dan nyonya.”

Naresha menghela napas panjang—penuh kelemahan—saat mendengar jawaban yang telah diberikan oleh BI Lastri. “Udah ada pada datang, ya, Bi?”

Bi Lastri mengangguk pelan. “Iya, Non … kalau boleh tahu mau ada apa, ya?”

Naresha menggeleng-gelengkan kepala pelan, sebelum keluar dari dalam kamar dan menutup pintu secara perlahan-lahan. “Nggak ada apa-apa, kok. Ya udah, Bibir balik kerja lagi … Aku mau turun ke bawah.”

Bi Lastri diam beberapa saat, terus menatap wajah cantik Naresha dengan sorot penuh kekhawatiran yang sangat mendalam—lantaran dirinya sudah mengenal gadis berparas cantik itu sedari lahir. “Iya, Non … semangat, ya, kalau ada apa-apa, Bibi siap dengerin semua keluh kesah, Non.”

Naresha mengukir senyuman tipis dengan sangat susah payah. “Iya. Makasih banyak, Bi … doain aku baik-baik aja, ya.”

Setelah mengatakan hal itu, Naresha mengalihkan pandangan ke arah tangga penghubung lantai satu, menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya secara perlahan-lahan, sebelum pada akhirnya mulai melangkahkan kakinya menjauhi area kamar.

Sepanjang perjalanan, Naresha menggigit bibir bawah dan menggenggam kedua tangan dengan sangat erat, berusaha menenangkan hati serta pikirannya yang masih sangat kacau karena semua rahasianya terbongkar.

Langkah demi langkah diambil Naresha dengan sangat berat, seolah setiap anak tangga yang sedang dirinya lewati adalah pengingat bahwa hidupnya kini bukan lagi miliknya sendiri.

Beberapa detik berlalu, begitu menginjakkan kaki di lantai satu, Naresha membelalakkan mata sempurna saat melihat tiga orang yang sedang duduk serta mengobrol bersama kedua orang tuanya—sepasang suami-isteri dan juga seorang remaja laki-laki yang memiliki umur seusianya.

Bukan sepasang suami-isteri itu yang membuat Naresha terkejut, melainkan sosok remaja laki-laki yang berada di samping kiri mereka—orang yang selama ini sangat dirinya benci saat berada di sekolah, sekarang sedang duduk santai di salah satu sofa ruang keluarga rumahnya, seolah dunia benar-benar sedang ingin menjatuhkannya.

Naresha menghentikan langkah kaki tepat di belakang tangga penghubung lantai dua. Tubuhnya mematung sempurna, dengan mata double eyelid-nya terus-menerus menatap ke arah remaja laki-laki itu tanpa berkedip sedikit pun.

“Kaizen Wiratma Atmaja.”

^^^To be continued :)^^^

Terpopuler

Comments

Vlink Bataragunadi 👑

Vlink Bataragunadi 👑

buahahaha puas bangett akuu/Joyful//Joyful//Joyful/

2025-09-14

1

lihat semua
Episodes
1 Ketua OSIS Vs Ketua Geng
2 Perjodohan
3 Pertemuan Tak Terduga
4 Rencana Menikah
5 Pernikahan Naresha—Kaizen
6 Tinggal Bersama
7 Tidur Bersama
8 Masalah Dompet
9 Berita Hangat
10 Kangen?
11 Perdebatan
12 Balas Dendam?
13 Lupa
14 Masalah Seragam Olahraga
15 Perdebatan Kecil
16 Laporan Tak Terduga
17 Hukuman Selesai
18 Party
19 Berangkat Bareng
20 Gosip?
21 Handphone Kaizen
22 Meeting Dadakan
23 Permintaan Mama
24 Perjanjian
25 Bertemu Kakek-Nenek Naresha
26 Dinner
27 Naresha VS Elvira
28 Setelah Acara
29 Sarapan Bersama
30 kopi Dari Kaizen
31 Sedikit Perbedaan
32 Laporan Naresha
33 Reaksi Kaizen
34 Naresha Sakit?
35 Kekhawatiran Kaizen
36 Naresha Yang Manja
37 Kedatangan Sekar Dan Sela
38 Pelukan
39 Kembali Seperti Semula
40 Pujian Untuk Kaizen
41 Kekhawatiran Naresha?
42 Sedikit Curiga
43 Kembali Seperti Semula
44 kalung
45 Penyelidikan
46 Cewek Gue?
47 Kaizen Sakit
48 Perubahan?
49 Kekhawatiran
50 Kejadian Tidak Terduga
51 Pernyataan
52 Kebersamaan
53 Hadiah
54 Mandi Bareng
55 Pelukan Pembawa Kenikmatan
56 Keputusan Naresha
57 Sarapan Penuh Cinta
58 Hukuman?
59 Obrolan Dewasa
60 Double date?
61 Kenikmatan Untuk Kaizen Dan Naresha
62 Pagi Setelah Kenikmatan
63 Taruhan Manis
64 Cemburu
65 Papi Kaizen
66 Kaizen Yang Posesif
67 Shopping
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Ketua OSIS Vs Ketua Geng
2
Perjodohan
3
Pertemuan Tak Terduga
4
Rencana Menikah
5
Pernikahan Naresha—Kaizen
6
Tinggal Bersama
7
Tidur Bersama
8
Masalah Dompet
9
Berita Hangat
10
Kangen?
11
Perdebatan
12
Balas Dendam?
13
Lupa
14
Masalah Seragam Olahraga
15
Perdebatan Kecil
16
Laporan Tak Terduga
17
Hukuman Selesai
18
Party
19
Berangkat Bareng
20
Gosip?
21
Handphone Kaizen
22
Meeting Dadakan
23
Permintaan Mama
24
Perjanjian
25
Bertemu Kakek-Nenek Naresha
26
Dinner
27
Naresha VS Elvira
28
Setelah Acara
29
Sarapan Bersama
30
kopi Dari Kaizen
31
Sedikit Perbedaan
32
Laporan Naresha
33
Reaksi Kaizen
34
Naresha Sakit?
35
Kekhawatiran Kaizen
36
Naresha Yang Manja
37
Kedatangan Sekar Dan Sela
38
Pelukan
39
Kembali Seperti Semula
40
Pujian Untuk Kaizen
41
Kekhawatiran Naresha?
42
Sedikit Curiga
43
Kembali Seperti Semula
44
kalung
45
Penyelidikan
46
Cewek Gue?
47
Kaizen Sakit
48
Perubahan?
49
Kekhawatiran
50
Kejadian Tidak Terduga
51
Pernyataan
52
Kebersamaan
53
Hadiah
54
Mandi Bareng
55
Pelukan Pembawa Kenikmatan
56
Keputusan Naresha
57
Sarapan Penuh Cinta
58
Hukuman?
59
Obrolan Dewasa
60
Double date?
61
Kenikmatan Untuk Kaizen Dan Naresha
62
Pagi Setelah Kenikmatan
63
Taruhan Manis
64
Cemburu
65
Papi Kaizen
66
Kaizen Yang Posesif
67
Shopping

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!