Gue lagi ada di kantin sendirian. Kenapa? Karena gue lagi bolos soalnya males di kelas. Si Verrel sama Udin lagi dihukum gara-gara ngejek Bu Gijong. Hadeh ada-ada aja. Gue neguk minuman gue. Pas gue lagi santuy, eh tiba-tiba ada seseorang yang mukul meja gue. Gue otomatis noleh dengan elegan ke arah orang itu. Oh ketua OSIS. Cuma KETUA OSIS.
"EH LO NGAPAIN DISINI? BOLOS? INI LAGI APAAN, RAMBUT PAKEK DICAT WARNA PINK SEGALA, LO TAU KAN DISINI DILARANG BUAT NGECAT RAMBUT, SAMA ITU ROK LO KENAPA DI ATAS LUTUT?" teriaknya.
Ah, benci banget gue kalaau ni orang udah ngomel, berasa diomelin emak-emak. Emak gue aja kaga begini.
"Udah selesai ngocehnya? Bisa gue ngomong sekarang? Ini rambut, rambut siapa? Ini rok, rok siapa? Lo yang beli? Engga kan? Oh, iya sama satu lagi, lo jangan berani ngelakuin hal ini lagi, karena gak sopan mukul meja orang abis itu teriak-teriak ga jelas kayak gitu," kata gue dengan muka super nyolot. Ya iyalah, Clarissa mau dilawan.
"Eh, lo dibilangin malah ngeyel, emang lo siapa? Gue ga peduli, peraturan tetap peraturan, atau mau lo keluar dari sekolah ini?" tantangnya.
Wih, nantangin ni bocah.
"Gue suka gaya lo. Gue terima tuh tawaran lo ngeluarin gue dari sekolah ini, itu pun kalau lo bisa. Oh, iya gue mau ngasi tau lo, jangan lewat depan entar pas pulang dan jangan keluar pas istirahat, kalau lo masih sayang nyawa. Sama satu lagi, kenalin nama gue Clarissa Pradipta" kata gue lalu ninggalin dia yang masih cengo. Hahaha ******, gue dilawan.
Karena males diem di luar kelas lagi, gue mutusin buat masuk ke dalam kelas. Gue jalan santai ke arah kelas gue. Pas udah sampai di depan kelas, gue langsung masuk gutu aja tanpa ngetok pintu, gue lagi bad mood, sumpah.
"Dari mana saja kamu?" tanya Bu Gijong.
"Dari luar buk," jawab gue.
"Ngapain?" tanya Bu Gijong.
"Menurut lo?" tanya gue.
"Berani ya kamu," kata Buk Gijong sambil ngangkat tangan, yailah mau nampar pipi gue, udah kebal gue mah.
"Mau nampar? Tampar aja, silahkan. Oh, iya abis nampar gue, langsung aja say good bye sama sekolah ini, dan say good bye sama keinginan lo buat mundurin tu gigi," kata gue, maklum kalau lagi bad mood bawaannya nyolot terus ni mulut.
Denger kata-kata gue buat satu kelas jadi ngakak. Btw for your information, nama asli guru ini tu bukan Gijong, Gijong itu julukannya dia alias gigi jongos, gara-gara giginya nongol mulu tiap kali dia ngomong.
"DIAM!!! berani ya kamu!" kata Bu Gijong geram.
"Lo kok bisa jadi guru sih? Padahal ****. Ya gue beranilah, buktinya gue ngancem elo," kata gue yang membuat satu kelas kembali tertawa, kecuali Bu Gijong yang mukanya udah merah seperti tomat rebus.
"Kamu! Keluar, sekarang," kata Bu Gijong marah.
"Bosen gue diluar, makanya gue masuk.”
Bu Gijong natap gue dengan tatapan maut. Gak mempan kali!
"Keluar sekarang!" perintah Bu Gijong, wah ngajak ribut nih.
"Ini sekolah, sekolah siapa? Sekolah lo? Nggak kan? Jadi lo gak berhak ngusir gue dari sekolah gue, milik keluarga gue sendiri, mending lo yang keluar sekarang, karena gue mecat lo," kata gue.
"Kamu itu enak aja main mecat saya, kamu gak berhak mecat saya," kata Bu Gijong.
"Oh gitu?" tanya gue yang langsung mengeluarkan hape gue dan menelpon seseorang.
"Gue mau lo pecat Buk Gijo.., eh Buk Dewi sekarang juga, TITIK!" kata gue langsung memasukkan hape gue ke kantong.
"Udah kan? Udah lo udah dipecat, udah pergi sono, dari pada lo keluar pake kaki gue mending pake kaki sendiri," kata gue.
"Kamu itu benar-benar kurang ajar," kata Bu Gijong.
"Ya iyalah, gurunya aja kaya lo, siapa yang bisa ngajarin gue," kata gue.
"Baik saya pergi," kata Buk Gijong sambil berjalan keluar kelas.
"Kalian semua jangan ribut, gue lagi bad mood, kalian juga gak maukan kalau nasib kalian sama kayak si Gijong itu?" tanya gue setelah sampai di bangku tempat gue duduk bersama Udin dan di depan ada kembaran gue yang duduk sendiri.
Keadaan hening.
"Lo kenapa?" tanya Verrel.
"Lagi bad mood, tadi si Ketua OSIS songong ngelabrak gue di kantin," jawab gue.
"Kok bis—“ Pertanyaan Kak Verrel terpotong karena suara bel yang berbunyi.
"Ke kantin yuk!" ajak si udin.
"Nggak ah, males," tolak gue.
"Tapi kan lo belum makan.”
Udin ngangguk setuju.
"Iya, iya," kata gue pasrah.
***
Author Pov
"Eh lo berurusan sama Clarissa Pradipta," kata cowok berambut hitam itu.
"Ya terus kenapa, emang gue takut? Peraturan kan tetap peraturan," kata si ketua OSIS.
"Lo emang gak tau kalau dia itu punya kakak cowok empat ditambah sahabat karib yang cowok. Mereka semua udah kaya pawangnya tu cewek, abis udah lo kalau lawan mereka," jelasnya.
"Emang kenapa? Lo takut Dit?" tanya si ketua OSIS.
"Gue sih kalau jadi elo udah mudur ae," ujar Adit.
"Gak ada sejarahnya Darrel Bramasta mundur," kata cowok yang ternyata bernama Darrel itu.
"Ya udah terserah lo aja," kata Adit. “Tapi gue ga mau ikutan kalau lo dihajar sama mereka,” ujar Adit mewanti-wanti.
"Udah tenang, mending kita ke kantin aja, gue laper,” ajak Darrel. Nampaknya Darrel sama sekali tak peduli dengan ucapan Adit. Lagian Darrel tak melakukan hal yang salah. Jadi kenapa dia harus takut?
***
Clarissa Pov
Gue lagi makan nasi goreng di kantin sama kakak dan sahabat gue si Udin.
"Tau gak, tadi si Clarissa dilabrak sama ketua OSIS.”
Ngedenger omongan Kak Verrel, semuanya langsung melotot ke arah gue. Aduh ember banget emang mulutnya Kak Verrel.
"Wah, nyari ribut tu, ketua OSIS,” ucap Kak Bryon tak terima. Dia malah langsung berdiri dari duduknya, kayaknya dia bakalan nyari tu OSIS. Karena takutnya jadi ribut, gue pun cepet-cepet nenangin kakak-kakak gue.
"Aduh santai aja kali, cuma dilabrak doang, gue bisa ngatasin sendiri," kata gue. “Percaya aja, gue juga pingin main-main dikit lah sama ketua OSIS."
Setelah denger omongan gue, kakak-kakak gue akhirnya tenang. Huft, untung aja mereka ga ngamuk kaya kemarin-kemarin.
Karena bel masuk udah bunyi, terus gue udah selesai makan, akhirnya gue mutusin buat balik ke kelas duluan. Eh, pas jalan ke kelas, gue nambrak orang secara ga sengaja.
"Lo lagi!”
Sial, kenapa gue harus ketemu dia lagi sih?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
always alone 😌
serrru...
2021-02-17
2