Chapter 2 : Anjing yang tak pantas.

Entah sudah pagi atau malam, Lian Hua tak tahu. Waktu seakan kehilangan maknanya di dalam kegelapan pekat yang menelannya. Tubuhnya tetap terbaring di lantai dingin, tanpa sedikit pun cahaya yang bisa menembus ruang ini.

Ia terjaga ketika mendengar suara langkah kaki di balik pintu. Suara itu berat, berirama pelan namun pasti, mendekat ke arahnya. Setitik harapan menyusup ke hatinya. Mungkin… seseorang datang untuk membantunya. Mungkin ia akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Pintu kayu itu terbuka dengan hentakan keras, membuat kusennya bergetar. Cahaya lampu minyak menerobos masuk, menusuk matanya yang belum terbiasa dengan terang.

Di ambang pintu berdiri seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahun. Kulitnya kusam, tatapannya dingin. Namun yang paling menarik perhatian Lian Hua adalah pakaian yang dikenakannya, model yang asing, kain panjang dan berlapis, bukan busana modern yang pernah ia lihat. Pakaian itu… seperti berasal dari zaman kuno.

Pikirannya belum sempat menyusun kepingan jawaban, ketika wanita itu tiba-tiba melempar sebuah mangkuk ke arahnya. Benda itu, terbuat dari batok kelapa yang dihaluskan, menghantam kepalanya dengan bunyi tumpul.

Lian Hua mengerjap, menatap isi mangkuk itu, sepotong roti keras, nyaris membusuk. Ia mengangkat kepalanya, mencoba memandang ke arah wanita itu.

Kesempatan itu dibalas dengan sebuah tendangan keras di pipinya. Sakitnya membuat jantungnya seolah berhenti berdetak sejenak. Ujung sepatu wanita itu nyaris menembus kulit wajahnya. Lian Hua meringis, darah terasa mengalir di sudut bibirnya.

Wanita itu menunduk sedikit, menunjuk ke arahnya dengan tatapan penuh jijik.

"Jangan pernah menatapku dengan mata itu," ucapnya tajam. "Kalau kau berani, akan kucungkil bola matamu. Mata menjijikkan itu tak pantas menatapku.”

“Kau perlu ingat. Anjing sepertimu… harus tahu tempatnya!"

Kata-kata itu menusuk lebih dalam daripada rasa sakit di tubuhnya. Anjing? Ia disebut anjing yang tak pantas menatap seorang manusia?

Wanita itu kembali menegakkan tubuhnya, lalu meludah ke lantai. "Makan itu. Kalau kau mati di sini, tak ada yang sudi menguburkanmu." Setelah itu, ia berbalik, melangkah keluar, dan menutup pintu dengan hentakan keras.

Hening kembali memenuhi ruangan. Lian Hua tetap menatap pintu yang kini tertutup rapat, dadanya naik-turun. Di balik rasa sakit dan penghinaan, pikirannya hanya memutar satu pertanyaan…

‘siapa sebenarnya wanita itu?’

Lian Hua menatap mangkuk itu, tergeletak sedikit jauh dari jangkauannya. Ia mencoba menggerakkan tangan, namun luka yang terkelupas membuat setiap gerakan terasa seperti kulitnya sedang disayat kembali. Urat-urat di lengannya menegang, napasnya tercekat, dan rasa perih membakar sampai ke tulang.

Giginya terkatup rapat. Selama hidupnya, ia tak pernah merasa seberguna ini—terperangkap dalam tubuh sendiri, bahkan untuk sekadar mengulurkan tangan pun tak sanggup. Perasaan itu menusuk lebih dalam daripada rasa sakit.

Ia memejamkan mata sejenak, menarik napas panjang, mencoba menenangkan degup jantungnya yang kacau. Dalam gumaman nyaris tak terdengar, ia berkata pada dirinya sendiri,

"Sekali… harus sekali tarikan napas."

Tak peduli seberapa sakitnya nanti, ia harus mencoba. Jika ia tetap terbaring di lantai batu yang menusuk dingin ini, tubuhnya akan membeku sebelum fajar, atau sebelum kesempatan untuk bertahan hilang sepenuhnya.

Lian Hua menyeret tangannya di atas lantai dingin, gerakannya lambat dan penuh penderitaan, hingga posisi itu sejajar dengan bahunya. Setiap tarikan membuat luka terbuka kembali, perihnya memanjat dari kulit ke tulang. Giginya bergemeletuk, bukan hanya karena dingin, tapi karena menahan teriakan yang nyaris pecah dari tenggorokannya.

Ia memusatkan sisa tenaga pada telapak tangan itu, satu-satunya tumpuan yang bisa ia gunakan untuk mendorong tubuhnya bangun. Napasnya tersengal, dadanya naik-turun cepat. Ia menarik udara dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan, mencoba menenangkan gemetar di seluruh tubuhnya.

Tatapannya jatuh pada lantai tepat di bawah dagunya, dingin dan kotor, seolah menantangnya untuk tetap rebah. Dengan suara yang hanya terdengar oleh dirinya sendiri, ia bergumam lagi, pelan namun penuh tekad,

"Sekali tarikan napas… Kumohon hanya sekali."

Episodes
1 Chapter 1 : K-kenapa?
2 Chapter 2 : Anjing yang tak pantas.
3 Chapter 3 : Apa ini layak di makan?
4 Chapter 4 : Terlihat seperti manusia bodoh.
5 Chapter 5 : Kata yang dia sendiri ingin dengar.
6 Chapter 6 : Daun Coca pereda sakit
7 Chapter 7 : Aku tidak menyakitinya
8 Chapter 8 : Aku sudah melakukan segalanya
9 Chapter 9 : Apa yang dikatakan Wei Jie benar?
10 Chapter 10 : Tidak datang hanya untuk mengancamku
11 Chapter 11 : Pengobatan terakhir
12 Chapter 12 : Demi aku…sekali saja
13 Chapter 13 : Kau boleh merantaiku
14 Chapter 14 : Keajaian dari dunia
15 Chapter 15 : Serbuk Seribu Racun
16 Chapter 16 : Ketidaktahuan yang Aneh
17 Chapter 17 : Raja Zhou adalah Suamimu
18 Chapter 18 : Dunia mempersulitnya.
19 Chapter 19 : Dasar Tidak Berguna
20 Chapter 20 : Kamu…bisa bicara?
21 Chapter 21 : Kehilangan pemilikku
22 Chapter 22 : Gadis tidak tahu diri
23 Chapter 23 : Obat dan Racun.
24 Chapter 24 : Kenapa harus wanita itu?
25 Chapter 25 : Yi Chen sialan!
26 Chapter 26 : Dia juga sangat ingin membunuhku
27 Chapter 27 : Kenapa harus Lian Hua?
28 Chapter 28 : Selesaikan semuanya disini
29 Chapter 29 : Itu pengetahuanku
30 Chapter 30 : Kau benar-benar tidak tahu diri
31 Chapter 31 : Bagaimana luka parah itu bisa sembuh?
32 Chapter 32 : Aku sudah menyadarinya sejak pagi
33 Chapter 33 : Kelebihanmu adalah kekuranganku?!
34 Chapter 34 : Dia tahu sesuatu
35 Chapter 35 : Rui An terjatuh dari menara
36 Chapter 36 : Dia bukan Lian Hua
37 Chapter 37 : Statusnya bahkan tak lebih tinggi dariku
38 Chapter 38 : Aku berhasil
39 Chapter 39 : Kau pembohong besar!
40 Chapter 40 : Ikutlah permainan
41 Chapter 41 : Aku tidak sepertimu
42 Chapter 42 : Aku… tidak tahu bagaimana harus membalas budi.
43 Chapter 43 : Bajingan! Diamlah kau!
44 Chapter 44 : Dia yang memulainya duluan?
45 Chapter 45 : Bajingan Aneh.
46 Chapter 46 : Melanggar privasi mereka
47 Chapter 47 : Berhenti bicara soal siapa yang jahat
48 Chapter 48 : Kasus semua gadis hilang.
49 Chapter 49 : Kau bukan lagi gadis licik itu
50 Chapter 50 : Penyebabnya seorang bangsawan?
51 Chapter 51 : Melangkah semakin jauh.
52 Chapter 52 : Akal seekor binatang.
53 Chapter 53 : Bukankah selama ini kau mengawasiku?
54 Chapter 54 : Pencarian Lian Hua
55 Chapter 55 : Nyawaku sendiri yang jadi taruhannya
56 Chapter 56 : Yang pantas mendapatkan julukan…adalah kau.
57 Chapter 57 : Kau milikku
58 Chapter 58 : Pergilah ke Neraka
59 Chapter 59 : Apa kau berniat membunuhku?
60 Chapter 60 : Hanya dia yang bisa meninggalkan luka
61 Chapter 61 : Seberapa banyak…kau tahu?
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Chapter 1 : K-kenapa?
2
Chapter 2 : Anjing yang tak pantas.
3
Chapter 3 : Apa ini layak di makan?
4
Chapter 4 : Terlihat seperti manusia bodoh.
5
Chapter 5 : Kata yang dia sendiri ingin dengar.
6
Chapter 6 : Daun Coca pereda sakit
7
Chapter 7 : Aku tidak menyakitinya
8
Chapter 8 : Aku sudah melakukan segalanya
9
Chapter 9 : Apa yang dikatakan Wei Jie benar?
10
Chapter 10 : Tidak datang hanya untuk mengancamku
11
Chapter 11 : Pengobatan terakhir
12
Chapter 12 : Demi aku…sekali saja
13
Chapter 13 : Kau boleh merantaiku
14
Chapter 14 : Keajaian dari dunia
15
Chapter 15 : Serbuk Seribu Racun
16
Chapter 16 : Ketidaktahuan yang Aneh
17
Chapter 17 : Raja Zhou adalah Suamimu
18
Chapter 18 : Dunia mempersulitnya.
19
Chapter 19 : Dasar Tidak Berguna
20
Chapter 20 : Kamu…bisa bicara?
21
Chapter 21 : Kehilangan pemilikku
22
Chapter 22 : Gadis tidak tahu diri
23
Chapter 23 : Obat dan Racun.
24
Chapter 24 : Kenapa harus wanita itu?
25
Chapter 25 : Yi Chen sialan!
26
Chapter 26 : Dia juga sangat ingin membunuhku
27
Chapter 27 : Kenapa harus Lian Hua?
28
Chapter 28 : Selesaikan semuanya disini
29
Chapter 29 : Itu pengetahuanku
30
Chapter 30 : Kau benar-benar tidak tahu diri
31
Chapter 31 : Bagaimana luka parah itu bisa sembuh?
32
Chapter 32 : Aku sudah menyadarinya sejak pagi
33
Chapter 33 : Kelebihanmu adalah kekuranganku?!
34
Chapter 34 : Dia tahu sesuatu
35
Chapter 35 : Rui An terjatuh dari menara
36
Chapter 36 : Dia bukan Lian Hua
37
Chapter 37 : Statusnya bahkan tak lebih tinggi dariku
38
Chapter 38 : Aku berhasil
39
Chapter 39 : Kau pembohong besar!
40
Chapter 40 : Ikutlah permainan
41
Chapter 41 : Aku tidak sepertimu
42
Chapter 42 : Aku… tidak tahu bagaimana harus membalas budi.
43
Chapter 43 : Bajingan! Diamlah kau!
44
Chapter 44 : Dia yang memulainya duluan?
45
Chapter 45 : Bajingan Aneh.
46
Chapter 46 : Melanggar privasi mereka
47
Chapter 47 : Berhenti bicara soal siapa yang jahat
48
Chapter 48 : Kasus semua gadis hilang.
49
Chapter 49 : Kau bukan lagi gadis licik itu
50
Chapter 50 : Penyebabnya seorang bangsawan?
51
Chapter 51 : Melangkah semakin jauh.
52
Chapter 52 : Akal seekor binatang.
53
Chapter 53 : Bukankah selama ini kau mengawasiku?
54
Chapter 54 : Pencarian Lian Hua
55
Chapter 55 : Nyawaku sendiri yang jadi taruhannya
56
Chapter 56 : Yang pantas mendapatkan julukan…adalah kau.
57
Chapter 57 : Kau milikku
58
Chapter 58 : Pergilah ke Neraka
59
Chapter 59 : Apa kau berniat membunuhku?
60
Chapter 60 : Hanya dia yang bisa meninggalkan luka
61
Chapter 61 : Seberapa banyak…kau tahu?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!