MD#14

Sementara Allice terus maju menghampiri leader lawan yang terus saja mundur menghindari Allice.

"Berani beraninya kau menyebut Queen pertama bodoh." Ucap Allice yang tubuhnya sudah dikuasai sisi gelapnya.

"Maaf." Ucap leader lawan ketakutan.

Allice menyunggingkan senyum devilnya, ia langsung mengangkat satu tangan nya kedepan dan terus menaikkannya tinggi, hingga membuat leader lawan melayang keudara tanpa disentuh oleh siapapun.

"Maaf maafkan saya, saya tidak akan mengulanginya lagi." Ucap leader lawan sudah berkeringat dingin melayang diudara.

Namun sisi gelap Allice tidak menanggapinya ia malah membalikkan telapak tanggannya dan secara bersamaan leader lawan berbalik posisi, yaitu dengan kepala dibawah dan kaki diatas.

"Buset kaya jambu mete nih." Celetuk Bastian pelan.

"Hussst." Kompak Azza dan Adel menaruh jari telunjuknya kebibir Bastian, menyuruhnya menutup mulut.

"Emmm." Dehem Bastian mengangguk mengerti.

Allice langsung menurunkan tangganya kasar, dan saat itu juga leader lawan jatuh kelantai dengan kepala terbentur keras hingga mengakibatkan darah terkucur.

"Au sakit." Rintih leader lawan memegangi kepalanya yang bercucuran darah.

Namun sisi gelap Allice tak puas sampai disitu, ia melanjutkan aksinya dengan mengambil katana kesayangan Allice dan menggunakannya untuk merobek bibir leader mafia lawan dengan satu kali ayunan.

Ia juga langsung menarik lidahnya lalu memotongnya kasar, dan menghempaskan nya kasar kewajah pemilik lidah.

Allice tersenyum puas melihat penderitaan leader lawan yang sudah lemas karna bercucuran darah, namun ia terus melanjutkan aksinya dan mulai mengayunkan katananya menebas tangan dan kaki musuhnya ini, lalu membelah dada hingga perutnya hingga sangat terlihat jelas dimana letak usus, paru, jantung, ginjal dan organ yang lain.

"Sentuhan terakhir." Ucap Allice langsung menebas kepala musuhnya ini.

Setelah itu, ia menutup matanya dan membukanya kembali dan mulailah warna hitam yang muncul dari tangannya berubah menjadi normal.

"Lice." Panggil Adel, untuk memastikan Allice sudah sadar.

"Hmm." Dehem Allice menjawab.

"Ini nih yang gw suka, pantang mundur sebelum metong." Puji Azza, yang tak dihiraukan oleh Allice dan Adel.

"Bagaimana?" tanya Allice pada salah satu anak buahnya.

"Lapor Queen, anggota masih banyak, hanya beberapa saja yang meninggal, yang lain hanya luka luka kecil saja." Lapornya.

"Untuk yang meninggal kuburkan dengan layak, yang luka luka langsung beri penanganan, dan untuk semua mayat lawan, bakar saja." Perintah Allice dingin namun terkesan tegas.

"Baik, Queen."

"Satu lagi, ambil alih markas mereka." Imbuh Allice sebelum pergi, karna ia mengingat Alvaro sang Papa yang pasti sudah menunggunya.

"Baik, Queen."

"Ngapain diambil alih?" tanya Bastian.

"Investasi jangka panjang." Jawab Azza.

"Balik." Ucap Allice pada kedua sepupunya.

"Lu kaga mau ganti baju dulu gitu, liat tuh banyak darah, dimansion lu ada banyak orang" Ucap Adel.

Allice langsung melihat bajunya sendiri.

"Hmmm." Dehem Allice langsung berjalan kekamar nya dimarkas, Azza dan Adel juga langsung pergi kekamar mereka untuk mengganti baju mereka.

"Ada ada aja tuh bocah pada, eh tapi tadi katanya mansion Alvaro rame, sapa aja ya, eleh palingan juga temen temannya dulu." Gumam Bastian langsung pergi keruangan nya.

Setelah mengganti baju dan membersihkan tubuh Allice dkk langsung kembali kemansion Alvaro, namun saat Allice akan masuk mobil, ia melihat sosok yang selalu mengawasinya dibalik pagar mansion.

Saat Allice menatanya, sosok tersebut langsung menghilang.

"Lice, buru, kita udah ditunggu nih pasti." Ucap Azza yang masih melihat Allice diluar mobil.

Allice langsung masuk kedalam mobilnya dan memimpin jalan.

***************************************

~BERSAMBUNG~

LIKE, COMMENT, KASIH RATE 5

JANGAN LUPA VOTE & TAMBAHKAN FAVORITE

JANGAN LUPA👆

SEE YOU NEXT EPISODE 😉

BYE~

AUTHOR SAYANG KALIAN💕💕

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***