"Jangaaan..."
"Ndak Mauu..."
Jerit kompak keduanya
"Ya sudah..sebaiknya Mira ditidurkan saja dulu di kamar William siang ini..bagaimana?" ucapku kepada Sarah.
Sarah memandang sekilas kepada dua bocah yang sedang duduk bersampingan dengan Mira memeluk erat lengan William.
"Baiklah..jika tidak merepotkan" ucap Sarah mengalah
"Tentu saja tidak merepotkan..bahkan kalau Mira tinggal selamanya disini juga aku tidak keberatan " ucapku diakhiri kekehan kecil
Sarah hanya tersenyum menangapi ucapanku.
Kami kemudian mulai beranjak kearah kamar William yang berada di lantai 2. Sarah menggendong Mira yang rupanya sudah sangat mengantuk.
sesampainya di kamar, Sarah membaringkan Mira di atas tampat tidur.
"Mama.. Liam boleh tidur disebelah Mila?" tanyanya dengan mata penuh harap
"Boleh sayang..tapi jangan ganggu Mira yah.." ucapku
Kemudian aku dan Sarah turun ke meja makan untuk mengobrol sambil menikmati kue-kue kecil.
Setelah waktu menunjukan pukul 16.30 sore, kami kembali ke kamar Liam karena Sarah dan Mira harus segera pulang
Ketika kami masuk, terlihat kedua bocah itu masih tertidur dengan posisi bersebelahan.
Wajah mereka saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. bahkan tangan William terlihat berada di sudut pinggang Mira.
Mungkin dalam tidurnya Liam menganggap Mira sebagai bantal peluk miliknya.
Segera ku ambil HP ku untuk mengabadikan moment ini dalam sebuah Foto.
Dimana William terlihat tampan dan Mira juga terlihat sangat lucu dan cantik. Mereka terlihat sangat menyayangi dan William justru terlihat seperti menjaga Mira dalam tidur.
***
Tak terasa kini baby Angel sudah berusia 2 tahun dan William sudah berusia hampir 6 tahun dan mulai bersekolah.
Sedangkan Mira..gadis kecil itu berusia 8 bulan dibawah William sehingga mereka bersekolah di sekolah yang sama namun Mira satu tingkat di bawah Liam.
Selama beberapa tahun ini hampir setiap hari Mira datang dan bermain bersama Liam. Ditambah sekarang Sarah menawarkan diri untuk mengantarkan Liam pulang sekolah.
Hal itu karena Mira akan tetap meminta ke rumah kami setiap hari, jadi Sarah tidak perlu bolak balik ke rumah mereka terlebih dahulu.
Bahkan akhirnya aku menyediakan 1 buah kamar disebelah kamar Liam untuk digunakan Mira dan Sarah.
Liam dan Mira sungguh tidak dapat terpisahkan. Bahkan Mira sudah mengklaim bahwa Liam adalah kekasihnya.
"Mamaaaaa..." jerit gadis kecil berlesung pipi itu seraya menghambur ke dalam pelukanku
"Hai sayang Mama..bagaimana sekolah Mira hari ini?" tanyaku ketika mereka tiba.
"Mila mama.. Mila..bukan Mira.."
"Mama lupa terus nih..Mila ga mau dipanggil begitu" ucapnya seraya mengembungkan pipinya dengan tangan yang terlipat di dada.
"Ooh iya..maaf sayang..Mama lupa lagi" ucapku seraya menepuk keningku pelan lalu memberikan ciuman di pipi bulat itu.
"Heem..baiklah..Mila maafkan, karena Mila sayang Mama" ucapnya seraya memeluk leherku
"Mila..ganti baju dulu sayang" ucap Sarah
"Oke Mami..."
"Mama..Mila ganti baju dulu di kamar ya" ijinnya
"Iya sayang..setelah itu kita langsung makan siang bersama ya..Hari ini Mama masak kesukaan Mila lho..Ayam bakar madu.." ucapku yang dijawab oleh anggukan cepat Mila
"Kakak.. langsung ganti baju juga ya" seruku lagi
"Oke Mam.." jawab Liam yang masih berdiri di sebelah Sarah. Mila langsung berlari ke arah mereka dan memegang tangan Liam untuk bersama-sama menaiki tangga.
***
Setelah kami menyelesaikan makan siang, Liam dan Mila melanjutkan membuat tugas rumah mereka di kamar Liam.
Sedangkan aku dan Sarah memilih untuk mengobrol ringan di ruang keluarga.
"Sarah..kulihat hari ini kamu sedikit gelisah dan tampak sedang bermasalah..ada apa?"
"kamu tahukan bahwa kamu boleh bercerita apapun kepadaku" tanyaku yang sedang memangku Angel
"Sebenarnya iya Kak..ada sesuatu hal yang membuatku tidak tenang"
"Semalam Nico bercerita bahwa sedang ada masalah di perusahaan.." jawabnya
"Bolehkah aku tahu? mungkin kami dapat membantu."
"Begini Kak..sudah beberapa bulan ini, Nico mencurigai seseorang melakukan kecurangan di perusahaan"
"Bahkan orang itu terbukti menjual rencana project ke kompetitor kami"
"Kenapa tidak langsung kalian laporkan saja ke kepolisian Sarah..agar masalah ini tidak berlarut-larut?" tanyaku heran
"Masalahnya tidak semudah itu kak..Orang yang Nico curigai adalah adik Papa Nico..yaitu pamannya sendiri"
"Sejak dahulu paman sudah membantu Nico..Nico menganggap Paman sebagai penganti Papanya sendiri"
"Baiklah.. kamu jangan cemas..Kakak akan coba cerita ke Jo.. semoga dia memiliki jalan keluar yang dapat membantu kalian" jawabku menenangkan Sarah.
Sarah hanya menganggukan kepala menyetujui perkataanku.
Sarah sudah ku anggap seperti adikku sendiri..menggantikan kehadiran Nina yang melanjutkan studinya di kota lain.
***
Semalam aku sudah berdiskusi dengan Jo. Kami langsung menghubungi Nico dan menyarankan kalau sebaiknya Nico berbicara secara terbuka dengan sang paman yang bernama Hasan bahkan jika perlu tunjukan semua bukti yang dimilikinya.
Jo sudah pernah bertemu dengan Hasan dan menurut Jo, Hasan adalah tipe orang yang haus kekuasaan sehingga Nico harus berhati-hati.
Bahkan Jo merasa Hasan sudah tidak menyukainya sejak awal karena kedekatannya dengan Nico.
Siang harinya Sarah datang dengan terburu-buru untuk menitipkan Mira kepadaku.
Katanya Sarah akan pergi ke perusahaan Nico untuk mendampinginya berhadapan dengan Hasan.
Aku juga langsung menghubungi Jo dan memintanya menemani Nico dan Sarah.
Sepanjang hari..Aku terus merasa khawatir namun tidak berani menghubungi salah satu dari mereka karena takut menggangu pembicaraan penting itu.
Malam harinya Jo pulang ke rumah bersama Nico dan Sarah. Dari raut wajah cemas mereka aku tahu ada sesuatu yang buruk terjadi.
Saat ini Liam dan Mira sedang menonton televisi di kamar Liam, sedangkan Angel berada dikamar baby bersama pengasuhnya.
"Ada apa?" tanyaku kepada Nico seraya berjalan mendekati Jo.
"Hasan tidak menyangkal tuduhan itu..Dia bahkan mengatakan bahwa seharusnya perusahaan itu adalah miliknya bukan Nico" ucap Jo yang malah menjawab pertanyaanku
"Padahal perusahaan itu Papiku rintis sendiri sejak awal dan bukan milik keluarga.. Hasan memang sudah gi**" ujar Nico kesal
"Tapi aku takut mas..Dia mengancam akan melenyapkan kita!! " ucap Sarah takut bahkan suaranya terdengar bergetar
"Tapi kalian sudah melakukan hal yang benar..kalau dibiarkan Hasan dapat lebih berbahaya.." ucap Jo
"Kamu benar.." jawab Nico seraya menganggukan kepalanya
"Kamu sudah melakukan yang aku minta tadi?" tanya Nico kepada Sarah
"Sudah mas.."
"kalau begitu kita pulang sekarang..kita harus menyusun rencana terbaik.. terutama bagi keselamatan Mira" ucap Nico seraya menggenggam jemari Sarah.
"Apa tidak sebaiknya kalian menginap..ini sudah malam?" tanyaku
"Sebaiknya kami pulang Jelita..Ada orang yang harus kami temui malam ini.." jawab Nico
"Iya Kak..dan mungkin beberapa waktu ini aku dan Mira akan jarang bermain kesini.." tambah Sarah
"Baiklah..Aku mengerti..kalian hati-hatilah dan Sarah, kakak akan sering menghubungimu" ucapku seraya berjalan untuk memeluk adik angkatku itu.
Kami sekeluarga mengantarkan Nico dan keluarganya sampai pintu utama.
Liam dan Mira terlihat saling berpelukan erat sebelum gadis kecil itu masuk kedalam mobil.
Pelukan itu sebagai pengobat rindu bagi Liam karena kusampaikan bahwa mulai besok Mira akan jarang datang.
Kami melambaikan tangan hingga mobil mewah milik Nico keluar dari perkarangan rumah kami.
Namun tanpa kami semua sadari bahwa itu adalah pertemuan terakhir kami dengan mereka.
*** tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments