☘️☘️☘️
Bening POV
"Ayah mau di bawa kemana?" Aku berteriak memanggil nama ayah, mengikuti langkah mereka menuju TPU. Umi dan kerabat ku menangis semakin kencang.
Keranda di usung saat aku masih belum terlalu mengerti arti kehilangan, namun aku sakit dan saat melihat ayah di masukan ke dalam liang lahat, mematung melihat kerabat dan tetangga dekat saat mengusap kepalaku.
"Yang tabah Cahayu, semoga kamu menjadi gadis yang tangguh, dan bisa memberikan manfaat bagi orang banyak, doakan ayah mu semoga tenang di alam sana." Masih terngiang ucapan para pelayat yang datang ke rumah duka ya itu rumah Umi.
Aku hanya bisa menangis melihat sang ayah terbujur kaku di timbun tanah perlahan, mula-mula masih terlihat saat papan masih setengah, ayah tertidur sendiri disana pikirku.
Aku tidak bisa berkata-kata selain menangis merengkuh dalam pangkuan Umi, dan sahabatku yang tidak pernah jauh dari hidupku merengkuh ku.
Tangisan Umi pecah saat dia melihat jasad ayah ku mulai tertimbun sempurna.
menjadi gundukan merah dan tertera Nama ayahku.
Aku berjalan mengikuti langkah mereka, meninggalkan ayah sendiri di dalam sana. Aku belum terlalu mengerti selain hanya bersedih, berarti kami hanya berdua tinggal di rumah pikirku.
Banyak para pelayat datang mengucapkan bela sungkawa pada umi, dan mereka selalu mengusap lembut kepala ku.
"Jadilah anak yang tegar dan mandiri sayang." Umi, bibi, paman, menangis merengkuh tubuh ku. Aku merasa tidak sendiri meskipun pahlawan ku telah pulang untuk selamanya, aku berpikir masih ada banyak yang peduli.
Kedatangan kepala sekolah kerumah, dan melihat dia bersedih saat bersalaman dengan Umi, dia mengusap kepala ku.
"Cantika kamu tetap sekolah nak, bapak sudah masukan kamu pada daftar siswa beasiswa." Terdengar kepala sekolah berbicara di depan keluarga, aku hanya mengangguk lalu mereka menangis menatap ke arahku.
Aku hanya tertunduk pilu, aku mengerti di usiaku yang belum genap 11 tahun aku sudah menjadi yatim piatu. Aku merengkuh tubuh Umi, dan airmata umi terasa hangat berjatuhan di pundak ku.
Badannya bergetar saat dia menahan isak tangis, melihat aku kembali berdiri menyambut tangan sahabatku Auna, untuk kembali bermain di usia ku saat itu.
*****
Hari ini aku tengah berlari mengejar waktu, Aku nekat menaiki pagar belakang sekolahku, karena pintu gerbang Utama sudah ditutup sekitar sepuluh menit yang lalu.
Aku sebisa mungkin harus masuk lebih dulu sebelum guru yang akan memulai absen. Peluh keringat terasa merembes di sela-sela anak rambut ku, aku berjalan setengah berlari, sesekali menetralkan napas yang ngos ngosan aku berteriak.
"Auna tunggu!"
kini aksi ku ada yang ngikutin di belakang ku, mungkin mereka juga sama, seperti ku kesiangan, aku semakin mengencangkan laju lari ku, agar lebih cepat sampai di kelas, hingga aku tidak sadar, jika simpul tali sepatuku terlepas, dan ke injak kaki sebelahnya.
Sempoyong Bruuuk. Akhirnya badan ku terjatuh, dengan kedua tangan dan lutut, yang bertumpu menyentuh ubin sekolah.
"Aw...Aduuh...aduuh.. " bibir ku meringis. menahan rasa perih kala kerikil kecil menancap di lututku, tangan mungilku Mengusap ngusap telapak tanganku yang kotor, dan ada sedikit luka goresan.
Sebelum aku berdiri sebuah kaki jenjang tengah berdiri di depan ku, tangan kekar terulur tepat di depan wajah ku.
"kamu gak apa apakan?" Suara yang berat menyapaku.
Aku mendongkak ke atas, melihat wajah rupawan di hadapan ku, sorot mata yang teduh, bulu mata yang lebat dan lentik menghiasi bingkai wajahnya yang rupawan.
"Ayo, kita ke UKS" !
Tangan mungil ku menepis.
"Enggak usah kak, aku enggak apa apa kok!" Tanpa berpikir panjang aku, kembali berdiri. "Aku akan kena hukuman lagi, kalau terlambat."
Sahutku pelan namun mungkin masih sitampan dengar. Sebelum kaki ku kembali melangkah. Greb. . tangan ku di cekal.
"Tunggu dulu!"
Si pemilik wajah rupawan itu berjongkok, mengambil tali sepatuku yang terlepas, lalu mengeratkan tali simpul sepatuku yang terlepas.
"Lain kali hati hati ya" kedipan mata kirinya memperlihatkan bulu mata indahnya, senyum indah terukir di wajah rupawan nya.
Itulah pertemuan yang membekas di hati ku. Sambil berlari aku, melambai kan tangan kepadanya.
"Terima kasih kak." Sahut ku.
itulah pertemuan pertama dengan si pria yang selalu mengisi dalam setiap do'a doa ku.
Tatapan teduh yang mempesona, telah menyimpan rasa di dalam dada ku, untuk pertama kali aku miliki perasaan untuk, sesama lawan jenis.
☘️☘️🍀
Masa putih Biru.
Setiap hari aku berjalan dengan penuh semangat. Tak peduli kadang keringat membanjiri sekitaran wajahku.
Hanya sesekali ojek Yang mengantarku.
Kebanyakan aku dan sahabatku harus berlari mengejar waktu, agar pintu gerbang tidak terlalu duluan di tutup pak satpam.
kadang Auna selalu lebih dulu menunggu, di depan rumahku, karena aku bukan dari deretan keluarga kaya, aku terpaksa selalu sibuk, dari mulai bangun tidur, tidak ada waktu yang terbuang, selalu luangkan waktu, membantu pekerjaan umi, dan membantu di Warung Restonya Paman Bibiku.
Aku tak mengenal lelah, saat aku harus berjuang mengumpul kan pundi pundi uang, agar aku tidak lagi menyusahkan Umi ku, agar bisa membeli seluruh keperluan sekolah, dan barang barang pribadiku.
Seperti pagi ini, Bibi mendapat kan pesanan. Dari pelanggannya, sekitar 300 porsi ayam pecel untuk acara ulang tahun si anak lelaki langganan nya. Aku dengan cekatan membantu bibi. menyelesaikan kupasan bawang merah di mangkuk bumbu.
"Cahayu kalau sudah, tolong bibi tumbuk kunyit nya, masih ada waktu kan untuk menyelesaikannya?"
Tanya bibi sambil memotong motong ayam di depan ku. "Iya Bi". sahut ku.
"Entar, pulang sekolah buru buru kesini ya. Bantuin bibi packing akhir!"
Sahut Bibi, dan dia pokus pada ayam yang dipotong-potong di depanku.
"Iya bi?" Aku kembali menganggukkan kepala.
Setelah menyelesaikan bagian ku, aku beranjak pergi, untuk mengejar waktu sekolah ku.
Saat aku berdiri di depan pintu, terlihat Umi, nampak berkaca-kaca, entah apa yang membuat dia bersedih, namun setiap dia berdiri dalam pandangannya.
Selalu menangis, dan selalu terdengar do'a-doa terbaik yang dia ucapkan untuk kebaikan hidupku.
Inilah bidadari ku, malaikat tak bersayap yang begitu sabar menjaga ku. Dialah satu-satunya keluarga yang aku punya.
Perhatian dan cintanya hanya tercurah untukku, dia mengajarkan berbagai pengalaman hidup.
Mampu berdiri tegar menjalani hidup dalam keterbatasan, dan menjaga ku selama ini, Dari situlah apapun akan aku lakukan demi membuat dia bahagia.
****
Udara sore makin terasa hangat, saat Aku ikut mengantarkan pesanan. Terlihat bibi bahagia melihat ibu ibu seusia bibi menghampiri kami. Namun, dia lebih cantik dan modis. Aku tak menghiraukan mereka.
Aku langsung pergi, ketempat sang badut berada. Aku melihat dekorasi yang mewah, telah menghias tempat yang akan segera dimulai acaranya. Aku tersenyum-senyum bahagia, saat badut itu memainkan atraksinya.
Pandangan ku terlalu pokus, sama badut yang ku lihat di depan. Hingga kakiku terpeleset menginjak kerikil taman, yang tersebar rapi di sana.
bruuuuk, aku kembali terjatuh. Aku meringis karena luka yang tadi masih terasa ngilu. "Aduuuh Aww!" Aku merintih. Dan, tiba tiba, sosok yang pernah menolongku di sekolah kembali mengulurkan tangannya.
"kamu gak apa-apakan?"
Dia berjongkok, mengusap ringan lutut ku. Aku hanya mampu mengangguk, terpesona akan karunia tuhan yang di beri ketampanan luar biasa menurutku.
"kamu disini juga!!"
Pertanyaan tulus terlontar dari mulutnya. dan aku segera menarik lamunan ku, memutus tatapan kagum ku, tanpa sadar aku terpesona olehnya.
"Apakah Kamu dapat undangan ya dari tanteku?" Kembali dia bertanya, menatap ku lebih dari lima detik. Hingga rasa dalam dadaku yang lain meronta.
"Tidak, aku hanya membantu bibi. mengantarkan pesanan!" Ucap ku datar, namun perasaan dalam dada ku lain. inginku nikmati lama pemandangan indah yang terpampang di hadapanku.
Lalu si tampan menyodorkan tangannya.
"Sini aku bantu berdiri!"
Senyumnya begitu indah. Alis tebal menghias wajah putihnya. Hidung mancung dan bulu mata yang lentik menyempurnakan pahatan wajahnya.
DEG
DEG
Saat tangannya memegang tangan ku.
"Terimakasih kakak telah menolong ku dua kali!" Ucap ku tulus, dia tak menghiraukan ucapan terimakasih ku.
"Nama Kamu siapa.?" Pandangan matanya menghujam jantungku.
"A-aku Bening, kalau kakak?"
Aku balik bertanya dengan rasa yang tidak karuan. Aku begitu mudah terpesona olehnya.
"Aku IQBAL. aku masih saudara dari jauh, tanteu ku yang ngadain Acara ulang tahun ini, Kamu gak apa apakan, aku tinggal?"
Sahut si tampan, Dia menyelipkan saputangan di tangan ku.
"Semoga jangan pernah terjatuh lagi ya!"
dia tersenyum. "Umi, Abi ku sudah memanggil, aku pergi dulu ya?" Dia menatap ku berbeda, tatapan tajam namun meneduhkan.
"Aku selalu memperhatikan mu cantik, bahkan aku sengaja selalu memperlambat laju kendaraan ku. Agar aku bisa bertemu dengan mu di pagi hari, dan melihat mu memanjat pagar belakang Sekolah."
Suara dia Lantang membuatku malu sendiri, ternyata aksi nekat ku ada yang selalu memperhatikan, sungguh konyol diriku, dan pasti di pandangan si tampan lebih konyol gerutu ku.
Si wajah rupawan itu pergi, dan kadang sekali kali melihat ke arah ku.
"Cahayu Ayo pulang."
Teriak Bibi, aku terhenyak kaget saat bibi memanggil ku untuk pulang. Pandanganku masih pokus sama tubuh yang belum menghilang ,tertutup hiasan dekorasi taman.
Pov Bening Selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
‼️n
Baru nemu....baca sampai sini mulai suka...
2023-01-24
0
dewi syah
sudah mulai rapi thor.... suka😘😘
2020-10-23
1
Sofhia Aina
Huuuu....penasaran nie......🤫🤔🤔
2020-10-13
1