SUARA HATI BENING
"Saya terima nikah dan kawinnya Cantika Bening Rahayu binti lukman Sahaja, dengan maskawin berupa alat sholat serta uang dua juta dua ratus ribu rupiah di bayar kontan."
Suara Yoda lantang dengan satu tarikan napas, dia mengucapkan ijab qabul dengan baik dan benar.
"Gimana para saksi. Sah?" Tanya pak penghulu ketika masih menjabat tangan Yoda di depan-nya.
"Sah sah sah!" Ucap saksi yang duduk di belakang Yoda berseru.
Wajah wajah haru dan bahagia terlukis dari wajah mereka, terutama wajah sang ibu yang begitu mendamba hadirnya wanita pertama yang menjadi menantu pertamanya. Terharu bahagia menyaksikan acara ijab qabul lancar lantang dan khidmat.
"Alhamdulilah." Mereka mengucap syukur kepada Allah SWT. Hadirin kini pokus sama pengantin wanita, yang baru keluar dengan balutan kebaya berokat putih, dengan hiasan renda-renda cantik, senada dengan kain batik bunga dengan corak hitam putih yang menjadi kain kebanggaan khas nusantara, baju yang sangat simpel, Namun tidak mengurangi kesan kecantikannya sedikitpun, auranya terpancar alami. Di tambah riasan yang tipis natural, begitu indah pas, No berlebihan, enak di pandang semua tamu yang hadir di sana.
"Cantik sekali." Gumam-gumam kecil dari tamu-tamu terdengar samar, namun masih bisa di dengar sang pengantin.
Dia begitu anggun, berjalan perlahan dengan ayunan langkah bak ratu yang akan menghadap sang raja di singgasananya.
Senyum tulus bercampur dengan debaran jantung kontras membuat wajahnya terlihat malu-malu.
Dia masih belum percaya, akan menikah secepat ini. Namun, dia selalu berharap Bisa mendapat perhatian dan rasa cinta, yang mampu membimbing kejalan yang di ridhoi Allah SWT.
Meskipun terbersit perasaan ragu untuk menikah muda, namun, Bening percaya bahwa semua mahluk hidup sudah di atur dengan garis kehidupan yang berbeda-beda.
Akhirnya dia memilih untuk menetapkan dan menerima pernikahannya dengan lapang. Tekadnya sudah bulat, tidak mungkin dia bisa membatalkan lagi, setelah semuanya sah di depan mata.
Ya Allah bimbing aku, agar aku bisa menjadikan pernikahan ini , sebagai penyempurna ibadah ku pada mu. Bisa mengangkat derajat ku dan kedua orang tua ku, yang telah tenang di alam sana.
Jadikanlah pernikahan yang langgeng , dan hanya maut yang bisa memisahkan kami.
Bening berdo'a tulus dalam hati, menetralkan Perasaannya, yang tiba-tiba bersedih, dia mencoba menarik napas lalu membuangnya perlahan.
puk....
puk..
Tangan Auna sahabat Bening menepuk punggung belakangnya.
"Pengantin jangan sedih,
Bukankah nanti ada yang nemenin bobo?"
Goda Auna, tepat di samping telinga sahabatnya. Yang membuat wajah Bening seketika lebih merah merona, dari pada warna blush on yang menempel di pipinya.
Auna adalah sahabat sedari kecil, dia yang tahu persis bagaimana perjalanan hidup Bening selama ini.
Sahabat yang melebihi saudara, di mana Bening bebas mengadukan segala keluh kesah yang pernah dia alami.
"Ku do'akan semoga malam pertamanya lancar, dan kasih tahu aku bagaimana rasanya, Hehe." Sahut Auna menggoda, dengan senyum merekah dari bibirnya.
"Apa sih!"
Bening menahan bibir Auna dengan jari telunjuk tangannya.
"hussh ...Diam orang orang lihatin kita.!"
Protes Bening pelan, dan hampir tidak terdengar, jika gerak bibirnya tidak terlihat.
"Abaikan saja mereka, sekarang hari bahagia kamu. Becan.!"
Sambung Auna lebih semangat menggoda sahabatnya, dengan suara yang terdengar samar.
(Becan ) Itulah panggilan sayang Auna untuk Bening. tapi umi, Paman dan bibinya, memanggilnya Cahayu, hanya kedua urang tuanya yang memanggilnya Cantika.
Dia sosok pekerja keras dan pantang menyerah. Selain itu Dia juga tidak mau mengecewakan orang yang telah mengasuhnya. Bening ikhlas, menerima calon suami pilihan uminya.
Dia tidak menyangka, meskipun menikah belum di dasari rasa cinta, tapi melihat orang orang pokus pada dirinya, jantungnya mendadak berdebar, badannya terasa panas, sendi sendinya terasa kaku.
Dia masih bingung memikirkan bagaimana langkah kedepan, mengarungi hidup dengan seorang Yoda, yang belum dia kenal sama sekali.
"Ayoo !" Auna memboyong pengantin untuk duduk berdampingan, dengan pengantin pria, perasaan si cantik makin berdebar.
Pandangannya kini tertuju, pada sosok Yoda yang baru saja Sah menjadi suaminya. Balutan kemeja putih, di lapisi jas berwarna hitam, melekat sempurna, di tubuh atletisnya, tidak ketinggalan BHS hitam menempel sempurna di kepalanya.
Hidung yang mancung, badan yang berisi, kulit bersih, itulah kesan pertama yang dilihat sekilas oleh si Cantik Bee, mungkin bisa jadi cinta telah tumbuh di pandangannya kali ini.
Ternyata mas Yoda keren
Gerutu Bening dalam hatinya.
"Ayo! Pak Yoda, sekarang neng Cantika Bening, udah sah jadi milik anda seutuhnya." Sahut pak penghulu.
Yoda bergeser, mendekat kearah Cantika, menatap wajah sang istri tidak ada raut bahagia, kecewa, atau bersedih, wajah istrinya hanya terlihat gugup.
Yoda mengulurkan tangannya persis dihadapan Bening, Bening gugup menyambut tangan kokoh di depannya, lalu dia mengangkat tangan Yoda sang suami sampai di kening-nya.
"Yoda... " Ibu Sofy mengulurkan sebuah kotak merah berisikan cincin berlian untuk mereka berdua.
lalu Yoda mengambilnya, setelah jabatan tangan dengan sang istri terlepas.
"Sini ulurkan tanganmu Bee" Pinta Yoda terdengar bersuara mencoba memanggil istrinya, namun Bening masih bengong.
Oh jadi panggilan nya Bee.
Bening bergerutu dalam hati.
Dia mengulurkan tangannya, badannya mulai merasakan panas dingin, ketika tangannya bersentuhan dengan tangan Yoda, dia sudah merasakan getaran aneh di dalam dadanya.
Yoda berhasil memasukan cincin di tangan Bening, kini giliran Bening yang memasukan cincin kejari tangan Yoda.
"Sudah selesai!"
kata ibu Yoda berseru, yang duduk persis dibelakang Yoda.
Bening tersenyum malu, saat sorakan teman teman dan para tamu menyuruh Yoda untuk menciumnya.
Tapi, sikap Yoda tidak berubah, hanya menunjukan senyum simpul lalu berwajah datar lagi, hati Bening tercubit.
Apakah dia tidak bahagia menikah dengan ku, dan itu sudah pasti.
Pikiran Bening melayang jauh.
tiba tiba ada yang menyentuh hangat di keningnya.
Cup!
Bibir Yoda menyentuh dahinya, lembut hangat saat bibir Yoda menyentuh kulitnya.
Sorakan dari teman dan keluarga begitu bersemangat, menggoda mereka, Bening kaget, dan merasakan debaran lebih cepat dari yang tadi dia rasakan.
Batinnya bersuara.
Inikah perasaan orang orang pengantin baru diluaran sana, saat merasakan adegan ini.
Gerutu Bening dengan senyum simpul terlukis dari wajah lugunya.
Acara ijab qabul di adakan secara kekeluargaan saja. Hanya di hadiri tetangga dekat, pak RT dan kerabatnya.
Tapi, berbeda dari sudut pandangan Bening, Ini menegangkan, menyesakan, mendebarkan melebihi acara wisuda sekolahnya dulu.
Hiruk pikuk kumpulan kini satu persatu telah berpamitan pulang, setelah mencicipi hidangan yang cukup banyak, apalagi hanya untuk tamu undangan yang hanya berjumlah puluhan. kini tinggal Auna, dan keluarga inti saja yang masih berkumpul.
"Sayang ku Becan, selamat menempuh hidup baru ya!"ucap Auna, sambil berkaca kaca memeluk raga ringkih sahabatnya.
"Semoga kamu bahagia dan segera kasih aku banyak keponakan, hehe!" Auna terkekeh, campur pilu, dia merasakan sesak, terasa baru kemarin mereka main main, sekarang, salah satu dari mereka sudah memilih menetapkan diri untuk menikah.
Rasanya masih banyak kertas kosong yang belum mereka lukis, dengan kisah kisah cerita, dan keinginan mereka yang belum tercipta.
"Aku akan selalu mendo'akan yang terbaik untukmu becan."
Sahut Auna kembali bersuara.
Bening terisak, melepas pelukan sahabat terdekat satu satunya itu.
Ada banyak potongan kilasan bayang kenangan yang terlintas di benaknya. Ketika sahabat yang selalu bersama kini harus jauh.
"Aku bakalan rindu saat saat kita bersama, dan aku yakin kamu juga merasakan hal yang sama, jadi istri yang baik ya Becan ku!" Auna berbicara dengan suara sedikit tercekat, sambil menghapus bulir Bening disudut matanya.
"Terimakasih ya Una, sudah menemani ku selama ini, dan mengantarkan sampai ketitik ini." Sahut Bening iba, sekali lagi mereka saling merangkul begitu erat, saling memberi kekuatan untuk keduanya.
"Berjauhan itu jalan tuhan untuk kita saling merindukan." sahut Auna, lalu melepaskan pelukannya, menatap wajah yang selalu ia pandang setiap saat. Hatinya sendu dia bakalan rindu kebersamaan mereka selama ini.
"Jadilah lebih baik kedepannya Ya ! dan sekarang harus semangat ada yang akan anu anu!" ucapan nyeleneh Auna, seketika kembali membuyarkan rasa pilu di hati mereka.
"Apa sihh!" Bening mencubit tangan sahabatnya. Sambil menetralkan rona merah menahan geli.
"Becan udah ya, sekarang aku balik dulu aku nggak bakalan balik balik jadinya, kalau kamu melo terus begini!" Seru Auna sambil menggoyangkan pautan tangan mereka.
"Jaga dirimu ya Una!" Bening berseru sambil melambaikan tangannya. lambaian tangan keduanya tidak luput dari pengawasan Yoda. Bening melirik dengan ujung matanya, mengawasi Setiap ekspresi suaminya.
Dia bahkan acuh di saat teman dekat ku berpamitan pulang, setidaknya senyum kek.
Bening bergerutu kecewa dengan raut wajah dari suaminya. kini giliran umi Naina yang mendekat. "Cahayu sini mendekat-lah!" Umk Naina menggeser duduknya, mendekat kearah duduk Bening. Umi mengusap lembut, rengkuhan pelukannya.
"Jadilah istri penurut ya sayang.!
Semoga keberkahan menyertai mu.
jadikanlah suami mu pedoman hidupmu, untuk mencapai ridho nya Allah, jadilah ! istri berbakti pada suami kamu nak."
Umi Naina memberi wejangan.
Sambil menghapus air matanya, umi Naina semakin merengkuh tubuh Sang cucu, seketika luruh air mata Bening yang sedari tadi dia tahan. Melepaskan segala sesak yang ada dalam dadanya.
"Terimakasih umi telah menjaga ku sampai sejauh ini. Dan aku tidak akan bisa membalas segala kebaikan mu selama ini." Sahut Bening Mereka semakin terisak.
"Semoga, aku bisa menjadi istri yang sholehah, seperti yang umi harapkan, dan semoga aku tidak mengecewakan harapan dan do'a-do'a mu, Aamiin Ya Allah."
Ucapan Bening tulus dengan mata yang memerah. Sesak semuanya telah berubah, dia harus menerima takdirnya jika dia sudah menikah.
Umi Naina melepaskan pelukan anak asuhnya, sekaligus cucu tercintanya, kini dia berbalik menghadap pada Yoda menantu barunya.
"Nak Yoda, Umi serahkan putri Umi kepada mu, semoga kamu bisa mendidik dan menjaganya dengan baik, menyayangi dan mengasihi seperti umi menyayanginya. Umi percaya, kamu sosok lelaki yang baik nak." Rentetan pesan umi Naina lirih, dengan harapan yang dalam.
Ucapan Umi Naina terus berdengung nyaring, Terngiang ngiang di telinga Yoda.
Dia mungkin bisa menjaga dan melindungi dengan mudah. Tapi dia belum yakin dengan memberikan perasaan hatinya. Saat ini hatinya masih benar-benar gusar harus menjawab apa.
"Iya umi ! semoga aku bisa jadi suami yang baik, do'akan kami saja, umi."
Yoda berucap, tapi dengan wajah menunduk. Resah gelisah mendera jiwanya.
"Umi percaya kok, Kalian bisa melakukannya." Umi mengelus lembut tangan menantunya. Umi Naina menggeser tubuh rentannya. Melirik kearah mama Sofy.
"Nyonya Sofy tolong titip anakku ya, jaga dia, didik, jadikan mantu yang baik, dia masih belum mengerti soal cara berumah tangga yang baik," Sahut umi Naina pada besannya.
"Tidak usah khawatir Umi, dia anak yang baik, dan penurut, pasti dia jadi istri yang penurut kok, tenang saja. kita serahkan pada suaminya. kita hanya perlu menasehati, dan mendo'akannya, aku akan sayangi dia seperti aku menyayangi putraku juga, aku udah lama menantikan mempunyai seorang putri Umi."
Mama Sofy berucap tanpa keraguan, nampak sorot cinta sudah tercetak tulus dari raut wajahnya, sambil mengusap punggung tangan besannya. Lalu melirik kearah mantunya. Yang terlihat sendu mendengar ucapan Mereka berdua.
"Sayang kemari lah !" Sofy melambaikan tangannya, memberi kode Untuk segera mendekat.
"Ada apa nyonya?"
tanya Bening sambil mendekat, dia masih merasa sungkan pada orang-orang baru di keluarga baru suaminya.
Aku sudah menikah benarkah
Gerutu Bening dalam hati sambil mendekat kearah ibu mertuanya.
"husssssh....
Masa sama mama panggil nyonya sih ! nggak lucu tahu." Mama Sofy pura pura merajuk.
"Panggil mama saja ya sayang,"
Pinta Mama Sofy.
"Iya, maaf mama, aku nggak akan ulangi lagi." jawab Bening dengan nada suara pelan juga nampak tersenyum malu.
"Ya udah, kalau kalian lelah, naik ke kamar saja, pasti kalian cape nahan sesak dari tadi. Biar umi Naina nanti sore pulang di antar pak Muji sopir mama." Terdengar Mama memecah suasana canggung yang di rasakan pengantin itu.
Yoda berdiri, setelah mendapat perintah seperti itu, melirik kearah istri. Dia berlalu mendahului istrinya, yang masih terlihat bingung.
Bening berjalan di belakang suaminya, dia masih awam, kedepannya kisah mereka akan menjadi seperti apa, setelah ikatan pernikahan ini. Keduanya berjalan naik kekamar, tinggal umi Naina, mama Sofy dan papa Arya, yang masih duduk diruang tamu.
Bahagia itulah perasaan mereka, harapan mereka sudah tercapai. Terlihat dari wajah mereka nampak berseri, kadang terdengar tawa-tawa kecil.
"Saya mohon besan, sayangilah dia. Jangan segan, tegurlah saat dia berbuat kesalahan."
Pinta Umi Naina tulus, dia kembali memecah suasana, berkaca kaca. Terlihat tangannya berkali-kali mengusap air mata.
"Tenang Umi, kita bimbing mereka bersama-sama, kita tidak perlu khawatir."
Sahut Mama memberi kekuatan kepada Umi Naina. Mama Sofy juga mengerti bagaimana beratnya umi Naina melepaskan cucu tercintanya.
Bagaimana kisah yang baru di mulai selanjutnya..?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Deb 766hi
kenapa sering sekali menggunakan kata gerutu...
2023-01-02
1
Yeni Novianti
p0
2021-08-03
0
Nurul Hidayati
nyimak dulu ya Thor...
2021-04-01
0