Mobil fery kluar dari kampus, melintasi jalan Raya ibu kota menuju sebuah pantai yang berada di pinggiran ibu kota.
"Kau haus? Kita berhenti dulu di supermarket, untuk cemilan kita di pantai"
"Aku tidak haus, itu terserah kau saja"
Mobil Fery berhenti disebuah mini market di pinggir jalan.
"Kau mau ikut turun?"
"Tidak!
"Baik lah, kau ingin pesan apa saja?
"Terserah Dokter saja"
"Baiklah kau tunggu disini.."
Fery masuk kedalam Minimart 20 menit kemudian sudah kembali dengn membawa banyak cemilan dan minuman.
Fery melajukan mobil nya menuju pantai, dengan kecepatan sedang, selama di perjalanan Nadine tidak banyak bicara, fery sekali kali menoleh pada Nadine.
"Minum lah, ambil di kntong kresek itu, tidak usah sungkan pada ku Nadine, Anggap lah aku teman mu" Nadine tetap tak bergeming, saat di lampu merah Fery mengambil kaleng fanta, membukanya dan menyodor kan nya pada Nadine.
"Terima kasih.."
"Oiya.. berapa usia mu Nadine? tanya fery membuka obrolan.
"Mau jalan 24 tahun dua bulan lagi"
"Wahh hebat, sebentar lagi kau akan jadi Dokter muda"
Nadine tersenym "Dokter sendiri, sudah usia berapa tahun" tanya Nadine, sambil meneguk fanta kedalm mulut nya
"Jangan panggil aku Dokter, panggil saja aku ferry, umur ku 28 tahun"
"Kau ambil jurusan apa? tanya nadin
"Jurusan Dokter umum ambil S1 dn S2 selama 5 tahun di indo, dan aku kuliah lagi di swiis ambil jurusan psikolog, aku sempat bekerja di Swiss selama 2 tahun, bekerja di kedutaan untuk menangani kasus kejiwaan, karena Ayah ku sakit sakitan aku disuruh kembali kesini,tau aku pulang, sahabat ku mengajak bekerja di Rumah sakit nya, sekarang dia masih kuliah di Sidney, jadi aku bantu ia urus Rumah sakit nya disini.
"Kau seorang dokter Psikologis? tanya Nadine, mngangkat alis nya
"Kenapa? Fery tersenyum tipis "apa kau kaget kalau aku mengetahui kondisi sikis mu?
Nadine terdiam, ia gigit bibir bawahnya sambil paling kan wajah nya.
Tiga jam mereka sampai tempat tujuan, fery parkir kan Mobil nya dipinggir pantai, ia keluar dari mobil bersama Nadine, kedatangan mereka disambut Angin yang sepoy sepoy, rambut panjang nadine diterpa angin.
"Nadine lepas sepatu mu, nanti basah, kita berjalan kepantai tanpa alas kaki"
Nadine mengikuti perintah fery dan melepas sepatunya,kini mereka berdua tanpa alas kaki Berjalan ke pantai, pasir putih terasa dingin di kaki Nadin, fery terus melangkah kan kaki nya sampai di depan pantai, di iringi langkah kaki Nadine,
Kaki kecil anak anak berlarian kesana kemari di pinggir pantai, mereka bersendau gurau, ada pula yang main rumahan dari pasir, Nadin mengedar kan pandangan nya keseluruh arah, pemandangn lautan lepas yang begitu indah terbentang luas di depannya, Angin terus memain kan rambut nadin yang indah.
Gulungan ombak menerpa kaki putih Nadine.
"Gulung lah celana mu, Ombak itu bisa membasahi celana jeans mu" belum sempat nadine menggulung nya, fery sudah lebih dulu jongkok dibawa kaki Nadine, sambil menaik kan celananya sebatas betis, Nadine merasa tidak enak hati dan tersipu malu.
"Dokter fery, jangan begini"
"Tidak apa-apa, Ayo kita kesana" fery menunjuk sebuat tempat yang lebih indah, lebih mendekat dengan laut
"Berteriak lah...agar hati mu lebih rileks.." fery seakan sudah tau isi hati Nadine, ia pun mengikuti perintah fery, seakan Fery telah menghipnotis nya Nadine pun berteriak lepas...
"Aaaaaaaaaa.....Aaaaaaa.....Aaaaaa..
"Bagaimana? Apa kau sudah lebih tenang? tanya fery sambil memberi kan Air botol mineral.
Nafas Nadine tersengal sengal, Botol Air mineral sudah habis ia minum
"Hah! Iya kau benar, hati ku sudah lebih baik dari sebelumnya, beban ku sudah sedikit berkurang.
"Haiii ada sebuah bola, punya siapa ini? Fery ambil bola itu yang sudah berada di depan nya, Air laut telah membawa bola itu pada mereka.
"Yuk, kita main voly, kau bisa? Ajak fery
"Tentu aku bisa, disekolah aku suka main voly"
Mereka berdua menikmati suasana pantai sambil bermain volly, kini Nadine sudah bisa tertawa lepas, gelak dan tawa terdengar renyah dari bibirnya, sosok fery telah membuat nadine kembali ceria.
Senja pun telah tiba, sang surya telah tenggelam, jam sudah menunjuk kan pukul 6:00 sore, selesai menikmati makan sore di tepi pantai, mereka pun pulang meninggl kan Area pantai.
"Nadine aku akan antar pulang sampai rumah"
"Tidak usah Fery.., nanti aku turun di persimpangan jalan saja"
"Ahh! Ya Allah... kenapa jalanan macet banget" keluh Fery
Perjalanan Arah pulang lewat puncak begitu macet hingga menghabis kan waktu berjam-jam.
Jam sudah menunjuk kan pukul 11:00 wib, mobil fery sudah mendekati komplek Nadine, tiba tiba hujan pun turun.
"Aku turut disini saja" pinta Nadine
"jangan Nad ini masih di persimpangan jalan, lihat hujan sudah mulai turun" ucap fery membujuk, Nadine pun tidak jadi turun, Mobil terus Berjalan sampai depan pintu gerbang Rumah Revan.
"Biar aku buka kan pintu, diluar hujan"
"Tidak usah! Nadine menahan fery untuk turun "Terima kasih Dokter, hari ini sudah ajak aku ke pantai" ucap Nadine tersenym ceria.
"iYa Nadine, sama sama"
"Nadine keluar dari mobil, berlari kecil karna rintikan hujan, berdiri di depan gerbang, satpam penjaga Membuka pintu gerbang, Nadine masuk ke dalam sebuah pekarangan dan ia melihat mobil Revan sudah berada di dalam garasi, Nadin memencet tombol bel, berkali kali ia tekan tombol itu tapi tidak juga pintu itu terbuka, ia melirik jam yang melingkar ditangnnya, sudah jam 12 mlam, hampir sejam Nadine menunggu di depan pintu, hujan sangat deras, Angin begitu besar, dibarengi suara petir bersahutan, hujan malam itu membuat tubuh Nadine mengigil, ia dekap kan kedua tangan nya di dada, hingga sebuah pintu di buka kasar.
Ceklek
Berdiri lah sosok Revan yang angkuh dengan wajah dingin, tanpa ekspresi
"Untuk Apa kau pulang! Bentak Revan
"Maaf, di jalan macet" ucap Nadin, sambil menggigil
"Kau pikir, ini hotel, datang dari pergi sesuka hati mu!
"Maaf, aku salah, biar kan aku masuk Revan disini dingin" rintih Nadine
"Peduli apa Aku pada mu! tidur saja diluar" Teriak Revan, sambil berjalan masuk kedalam ingin menutup pintu
"Revan tunggu! Nadin menarik tangan Revan "ku mohon Revan, biar kan aku masuk ke dalam" dengan kasar Revan menghempas kan tubuh Nadine, sampai ia jatuh kelantai, karena lantai itu licin terkena cipratan air hujan, tidak sampai disitu, Revan menarik tubuh Nadine dan mendorong nya keluar dari teras rumah, Nadine terjatuh lagi terkena derasan Air hujan yang membasahi tubuh nya, dengan puas tanpa belas kasihan, apalgi merasa bersalah, Revan pergi meninggal kan Nadine begitu saja, yang masih diluar dengan guyuran Air hujan, dengan kasar Revan membanting pintu.
"BRAKKK..
Nadine bangkit dari ia terjatuh, berjalan ke teras rumah, ia terduduk dilantai sambil bersandar ditembok, Airmata sudah mengalir deras dari wajahnya, ia benamkan wajahnya diantara kedua lutut, tangisannya semakin dalam dan terdengar pilu, tubuhnya terguncang, Rasa sakit hati pada sosok Revan tidak pernah nadine lupa kan.
-
-
-
Bersambung
-
-
jangan lupa Setelah baca untuk LiKE, juga VOTE dan KOMENTAR positifnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments
LenidewiLestari
suami tidak punya aklak, setidaknya biar ganti baju dulu😡
2022-09-13
0
Fatimatus Soleha
jahat banget sih Revan, minta pisah aja Nadine😭
2022-08-31
0
Ⓜ️🅰️ℹ️
bagus gak pulang tadi
2022-07-07
0