Bab 7

Dimas menaiki anak tangga masuk ke dalam kamar Anna. Tadi saat dia sampai di rumah, Anna tidak berada di dapur. Sarapan untuknya juga belum tersedia.

Dimas memutar knop pintu dan masuk ke dalam. Terlihat Anna baru saja keluar dari kamar mandi. Anna hanya melirik saja kedatangan Dimas.

"Maaf ... aku tidak sempat membuatkan sarapan," kata Anna.

Dimas menatap Anna yang acuh padanya. Ingin sekali dirinya merengkuh diri Anna. Namun dia urungkan. Anna masih marah padanya. Terlihat tiada senyum manis yang di berikan Anna padanya.

"Anna ... aku sudah mengirimkan uang bulanan untukmu. Maaf ... jatah bulanan kamu aku kurangi. Aku dan Lisa memerlukan banyak uang untuk anak kami nanti," tutur Dimas.

Anna tersenyum getir. Bukan masalah uang yang dia permasalahkan. Dimas tidak ada datang untuk meminta maaf padanya. Dimas bahkan tidak menanyakan kabar dirinya yang terluka.

"Aku bisa menghidupi diriku sendiri. Tanpa uang darimu aku masih bisa melanjutkan hidup," ketus Anna.

"Kamu istriku ... aku bertanggung jawab padamu," ucap Dimas.

Anna menatap wajah Dimas. "Aku hanya istri yang tidak kamu anggap. Apa aku penting dalam hidupmu. Aku wanita payah yang tidak bisa memberi anak."

Dimas tidak bermaksud seperti itu. Keadaanlah yang menyebabkan dia menghina Anna. Dimas hanya khawatir saja saat melihat Lisa menangis. Baginya mood Lisa selama hamil harus di jaga.

"Anna ... aku minta maaf soal semalam. Aku tidak sengaja menghinamu," ujar Dimas.

"Aku mengerti kondisimu," ucap Anna.

Anna malas untuk bertengkar lagi. Dimas pasti akan beralasan kalau Lisa hamil dan harus di jaga. Apalah arti dirinya bagi Dimas. Wanita yang tidak bisa memberikan keturunan untuknya.

Dimas bernapas lega karena Anna mengerti kondisinya. Dia mendekati Anna dan memeluk istrinya. "Makasih sayang!"

Anna hanya diam saja. Dia tidak membalas pelukan dari suaminya. Dimas mencoba untuk mencium bibir Anna. Namun Anna menolaknya.

Dimas membelai rambut Anna. Istrinya itu semakin cantik saja. "Anna ... kita sudah lama tidak melakukannya. Hari ini aku akan bolos bekerja. Kita nikmati hari ini bersama."

Anna berbinar mendengarnya. "Beneran ... aku sangat merindukan kamu."

Dimas mengangguk. "Iya sayang ... kita nikmati hari ini."

Anna memeluk Dimas erat. Sudah lama rasanya dia tidak bersama suaminya. Dimas mencium bibir Anna. Ciuman itu menjadi memanas di antara keduanya.

Dering ponsel Dimas berbunyi. Dimas melepas pagutannya dari bibir Anna. Ternyata istri keduanya Lisa yang menelepon.

"Ada apa Lisa?" ~ Dimas.

"Mas ... kamu gak masuk kantor?" ~ Lisa.

"Lis ... aku ingin bersama Anna hari ini." ~ Dimas.

"Mas ... anak kita gak bisa jauh dari kamu. Aku lagi ngidam pengen di dekat kamu terus." ~ Lisa.

"Baiklah ... aku akan ke kantor." ~ Dimas.

Dimas mematikan sambungan telepon dari Lisa. Dia menatap wajah Anna yang kelihatan bahagia. Dimas merasa tidak nyaman untuk bicara pada Anna.

Dimas berjanji untuk bersama Anna. Namun dia harus ke kantor karena Lisa ingin selalu di dekatnya.

"Anna ... maaf aku harus ke kantor. Lisa tidak bisa jauh dariku," ucap Dimas.

"Pergilah ... aku juga sudah terbiasa tanpa kamu," kesal Anna.

Dimas meraih tangan Anna lalu mengecupnya. "Ann ... aku janji lain kali kita akan bersama."

Dimas keluar dari kamar meninggalkan Anna. Dia tidak jadi membolos karena Lisa selalu ingin melihat dirinya. Anna menatap kepergian suaminya dari jendela kamar.

"Mas ... hanya sehari saja, beri aku waktumu," lirih Anna.

Anna merasa sedih akan dirinya sendiri. Dia seperti pengemis yang menginginkan Dimas. Namun Dimas tidak menginginkan dirinya.

...****************...

Diki masuk ke ruangan Reyhan. Dia memberikan berkas berisi informasi mengenai Anna. Diki sudah mengetahui semua tentang Anna dari orang yang dia suruh untuk mematai Anna.

"Rey ... ini, informasi mengenai kekasihmu itu," kata Diki.

Reyhan mengambil berkas dari tangan Diki lalu membacanya. "Jadi ... dia benar-benar sudah menikah?"

"Iya ... Anna sudah menikah. Tapi, suaminya punya istri lagi. Anna tidak bisa hamil," sahut Diki.

Rey tersenyum smirk melihat berkas di tanganya. Dia mulai merencanakan sesuatu untuk Anna. Dia menginginkan Anna sebagai kekasihnya.

Diki memperhatikan wajah Rey. Dia yakin Rey akan melakukan apa pun untuk mendapatkan keinginannya. Mau wanita itu sudah menikah atau belum. Kalau Rey sudah menargetkan dirinya maka dia harus mendapatkannya.

"Rey ... kamu menginginkan wanita itu?" tanya Diki.

Rey mengangguk. "Iya ... dia sangat cantik. Aku menginginkannya berada di bawah tubuhku."

Diki mengeleng tidak percaya. "Rey ... jangan menganggu rumah tangga orang lain. Kamu seperti tidak punya wanita lain saja."

Rey terkekeh. "Hehehe ... wanita bersuami saja sangat menyukai diriku. Kamu seperti tidak tahu saja. Lagian wanita ini sangat menantang untuk di taklukkan. Dari kemarin telepon dan pesan dariku dia abaikan. Aku sangat kesal padanya.

Dari kemarin Rey mencoba menelpon dan mengirim pesan pada Anna. Tetapi Anna tidak mengangkat maupun membalas panggilan dari Rey.

Reyhan baru pertama kali di abaikan seperti ini. Selama ini wanita lah yang selalu mengejar dirinya. Namun sekarang dia yang mengejar wanita.

"Kita ke butiknya sekarang. Aku ingin minta dia bertanggung jawab karena melemparku dengan batu dan mengabaikan diriku," ujar Rey.

Rey memakai jasnya kembali. Dia keluar dari dalam gedung kantor dengan di ikuti Diki. Rey masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Diki yang menyetir. Diki melajukan mobilnya menuju butik Anna.

30 Menit mobil mewah Reyhan sampai di butik Anna. Dia keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam butik. Para pegawai Anna menatap kagum dua pria tampan yang tengah berkunjung ke butik mereka.

"Kami ingin bertemu dengan pemilik butik ini," kata Diki kepada salah satu pegawai Anna.

"Maaf ... apa sudah membuat janji sebelumnya?" tanya Dian pegawai yang bekerja di butik Anna.

"Hei ... kamu tidak tahu siapa kami. Tunjukan saja ruangan atasanmu," kesal Diki.

Reyhan menahan bahu Diki agar tidak berbicara kasar. Dia mengambil alih berbicara pada Dian.

"Maaf Nona ... saya Reyhan. Kami ingin bertemu dengan Anna. Sebelumnya kami sudah membuat janji dan dia bilang kami langsung saja ke ruangannya."

Dian mangut-mangut mengerti. "Biar saya antar ke ruangan nona Anna."

"Tidak perlu ... tunjukan saja ruanganya," kata Diki.

"Ruangan nona Anna berada di atas," ucap Dian.

"Terima kasih, Nona," ucap Rey.

Rey menampilkan senyum manisnya. Dian terpesona pada ketampanan seorang Rey. Pegawai lainnya mulai berkasak-kusuk membicarakan ketampanan Reyhan.

Rey dan Diki menaiki anak tangga menuju ruangan Anna. Rey menghentikan langkah kaki Diki.

"Diki ... kamu tunggu di luar. Jangan lupa ... kamu foto sangat aku mendekati dia," titah Rey.

Diki tersenyum menganguk. Dia paham apa maksud dari perintah Reyhan. Sahabat sekaligus atasannya itu mulai merencanakan sesuatu untuk menjerat Anna.

TBC

Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.

Terpopuler

Comments

Sulaiman bayo Kwasa

Sulaiman bayo Kwasa

kawin lain saja anna

2024-02-26

0

Jin Jan

Jin Jan

anna jgn bodoh,knp km masih berharap dan bertahan dgn laki2 seperti dimas

2024-02-24

1

La rahman Isni

La rahman Isni

ana bego

2024-02-01

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!