Bab 6

Anna sibuk dengan kegiatan memasaknya. Sebentar lagi Dimas akan pulang untuk makan malam. Anna berkutat dengan bahan dan alat-alat masakan.

Malam ini dia memasak makanan istimewa. Anna ingin menghabiskan waktu bersama suaminya. Anna menata makanan yang dia masak di atas meja makan.

Anna lalu menaiki anak tangga menuju kamarnya. Dia membersihkan diri dan berdandan cantik untuk menyambut kepulangan Dimas.

Bel rumah terdengar berbunyi. Anna segera turun membuka pintu. Dia memasang senyum manis menyambut kedatangan Dimas. Anna memutar kunci lalu menarik gagang pintu rumah.

Dia tertegun ternyata Dimas tidak datang sendirian. Ada Lisa juga yang datang bersama suaminya. Anna begitu kesal melihatnya. Rencana untuk bersama Dimas gagal total.

"Masuklah," ucap Anna.

Dimas memperhatikan penampilan Anna yang cantik. Keningnya berkerut karena tidak seperti biasanya Anna berdandan seperti itu.

"Kamu mau pergi?" tanya Dimas.

"Iya ... aku mau pergi," jawab Anna.

Anna terpaksa berbohong kepada Dimas kalau dia ingin pergi. Dia tidak mungkin mengatakan pada Dimas, kalau dirinya sengaja berdandan cantik hanya untuk menyambutnya. Apa lagi ada Lisa juga di rumahnya.

"Kemana?" tanya Dimas.

"Belanja," jawab Anna.

Mendengar kata belanja Lisa meradang. Dimas memang memberi uang lebih banyak pada Anna. Dimas melakukan itu karena Dimas selalu makan di tempat Anna.

"Kamu itu kerjanya foya-foya melulu. Bisanya cuma menghabiskan uang Dimas," ketus Lisa.

Anna melotot mendengarnya. Bisa-bisanya Lisa berbicara seperti itu. Dimas mengusap wajahnya. Rencana ingin membuat akur kedua istrinya gagal.

"Lisa ... jangan bicara seperti itu. Anna istri pertama. Sudah seharusnya dia mendapat lebih," ucap Dimas.

Lisa terlihat kesal akan pembelaan Dimas pada Anna. "Mas ... aku lagi hamil. Kita perlu uang banyak untuk kelahiran anak kita."

Anna memutar mata malas. "Hei pelakor ... kamu itu sadar diri. Sudah tahu suamimu itu punya istri lain. Kamu masih saja ingin menikah dengannya. Kamu itu harus berbagi, Dimas bekerja bukan hanya untukmu.

Lisa kesal akan ucapan dari Anna. Istri tua suaminya itu selalu menyebutnya pelakor. Lisa mengeratkan pelukan tanganya di lengan Dimas. Dia meneteskan air mata buaya.

"Mas ... lihatlah Anna. Dia selalu mengatakan aku pelakor. Apa salahku padanya. Kita berdua saling mencintai. Aku tidak pernah merebutmu," lirih Lisa.

Dimas mengepal geram. Anna telah membuat Lisa bersedih. Lisa sedang hamil dan perasaannya sangat sensitif. Kesedihan tidak baik untuk perkembangan janinnya.

"Anna ... jangan lagi bicara seperti itu!" bentak Dimas.

Dimas mencengkram lengan Anna. "Lisa istriku dan dia sedang mengandung anakku. Kalau sampai terjadi apa-apa, kamu tanggung sendiri akibatnya. Kamu itu payah, memberi seorang anak saja tidak bisa."

Anna terlonjak kaget mendengarnya. Kata-kata menyakitkan itu keluar dari bibir Dimas. Anna sungguh tidak percaya akan hal ini. Dimas membentak dan menghina dirinya.

Anna melepas kasar tangannya. "Tega sekali kamu, Dimas. Aku juga mau mempunyai anak. Bahkan aku melakukan segala cara agar bisa hamil. Namun apa daya jika aku masih belum di percaya untuk mengandung."

Anna meneteskan airmatanya. Dia tidak sanggup akan penghinaan yang di ucapkan Dimas. Anna berlari menaiki anak tangga lalu masuk ke dalam kamar.

Dimas terkesiap dengan apa yang barusan terjadi. Dia telah menghina istrinya sendiri. Dia sungguh tidak sadar akan apa yang dia ucapkan. Dimas hanya terbawa emosi tadi.

"Anna ... maafkan aku," ucap Dimas.

Dimas ingin menyusul istrinya Anna. Namun Lisa mencegahnya. Lisa senang dalam hati. Dimas telah membelanya dan menghina Anna. Dia begitu puas akan kejadian barusan.

"Mas ... biarkan Anna sendiri dulu. Lebih baik kita pulang saja," kata Lisa.

"Tapi ... aku khawatir akan kondisinya. Bagaimana kalau terjadi apa-apa," lirih Dimas.

Lisa mengelus punggung Dimas. "Mas ... Anna itu sudah dewasa. Dia bisa menjaga dirinya sendiri. Lebih baik kita pulang saja."

Dimas mengangguk. "Baiklah ... ayo kita pulang saja."

Dimas dan Lisa keluar dari rumah Anna. Dimas menatap jendela kamar Anna dari bawah. Dia merasa bersalah dengan apa yang dia ucapkan.

Lisa terlihat kesal karena Dimas belum kunjung masuk ke dalam mobil. "Mas ... ayo cepat pulang," pekik Lisa.

Dimas lalu masuk ke dalam mobil dan berlalu dari rumah Anna. Di balik jendela itu Anna melihat wajah suaminya. Dia melihat suaminya memilih pulang ke rumah Lisa dari pada menghibur dirinya.

Dimas sudah jauh darinya. Suaminya sudah tidak lagi memandangnya. Hanya karena Lisa menangis, Dimas tega membentak dan menghinanya.

Anna terduduk memeluk kedua lututnya. Suami yang sangat dia cintai tega menghinanya. Hatinya terasa sesak dan nyeri. Begitu sakit, perih namun tidak berdarah.

"Dimas ... apa salah aku tidak bisa mengandung. Sungguh tega dirimu menghina dan mempermalukan diriku," lirih Anna.

Anna meringkuk di balik dinginnya malam. Hatinya terluka namun pria yang dia cintai tidak datang menghiburnya. Anna sudah terbiasa akan malam-malam sunyi. Tiada tempat untuknya untuk berbagi saat ini.

Anna hanya memendam sakit hatinya seorang diri. Semua orang yang dia cintai menjauh darinya. Anna benar-benar seorang diri saja saat ini.

Dimas dan Lisa sudah berada di dalam kamar tidur mereka. Dimas mengelus kepala Lisa yang tengah berada di pangkuannya. Lisa sungguh menikmati setiap perlakuan lembut Dimas.

Hati Lisa begitu bahagia saat ini. Dimas sudah membalas sakit hatinya pada Anna. Dimas telah menghina dan mempermalukan Anna di hadapannya.

Lisa sangat yakin kalau Dimas sebentar lagi akan mencampakan Anna. Sejak menikah dengannya. Dimas tidak pernah tidur lagi dengan Anna. Dimas selalu menghabiskan waktunya bersama Lisa.

Hanya tinggal selangkah lagi untuk mendepak Anna. Lisa akan mengunakan anak di dalam kandungannya untuk menjerat Dimas agar selalu bersamanya.

"Mas ... aku ingin jatah bulananku lebih besar dari Anna," kata Lisa.

"Lisa ... aku selalu makan di tempat Anna. Kadang aku juga membawakan makanan untukmu dari rumahnya," kata Dimas.

Lisa bangun dari pangkuan Dimas. Dia memasang wajah cemberut. "Mas ... kita memerlukan banyak uang untuk keperluan anak kita. Anna itu tidak punya beban. Dia bahkan punya penghasilan."

Dimas memikirkan perkataan istri keduanya. Ucapan Lisa ada benarnya juga. Anna sudah punya penghasilan. Lagi pula Anna tidak punya beban yang dia tanggung.

"Baiklah ... aku akan mengurangi jatah bulanan Anna," ujar Dimas.

Lisa senang mendengarnya. Dia mencium pipi Dimas dan memeluknya. Dimas dan Lisa lalu merebahkan diri di tempat tidur. Keduanya memejamkan mata lalu tertidur.

Dimas terbangun dari tidurnya. Dia masih memikirkan apa yang telah dia buat kepada Anna. Sungguh dia tidak bermaksud untuk mengatakan jika Anna payah dan tidak bisa memberikan anak.

Dimas mengambil ponselnya. Dia mendial nomor Anna. Beberapa kali mencoba Anna tidak mengangkatnya. Dimas menghela napasnya. Dia tahu Anna marah padanya.

"Hah ... besok saja aku meminta maaf," lirihnya.

Dimas kembali menaiki ranjang kasur. Dia mengecup perut dan kening Lisa. Dimas membawa tubuh Lisa ke dalam pelukannya.

TBC

Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.

Terpopuler

Comments

Rusmi Anti

Rusmi Anti

ANa2 tgl kan saja suami ky dimas bikin sakit seluruh jiwa bukan cmn ht

2024-02-09

0

Dian Herdiani

Dian Herdiani

mau aja si ana di begoin...hadeuh

2023-08-19

1

Rasmaita

Rasmaita

👍👍👍

2023-08-11

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!