Bab 4

Dimas telah sampai di rumah Lisa. Baru saja sampai di depan pintu, Lisa datang dengan berlari. Istri keduanya itu segera memeluk Dimas.

"Mas ... aku ada berita bahagia untuk kita," kata Lisa.

Dimas mengernyit. "Apa?"

"Sebentar lagi ... kamu bakalan jadi ayah dan aku jadi ibu," ucap Lisa sumringah.

Dimas kaget. "Beneran sayang!"

Lisa mengangguk lalu memberikan test pack pada suaminya. Dimas mengambil hasil test itu. Dia tersenyum bahagia dan memeluk erat Lisa.

"Terima kasih sayang. Aku sangat bahagia," ucap Dimas.

Dimas mengecup seluruh wajah Lisa. "Mulai sekarang, kamu tidak boleh capek-capek. Harus makan yang banyak dan jaga dia untukku." Dimas mengelus perut Lisa yang masih rata.

Dimas membawa Lisa kembali ke kamar. Dia merebahkan istrinya itu di ranjang. Dia kecup kening Lisa dengan sayang. Lisa telah memberinya kebahagian yang tiada tara.

Akhirnya penantian selama 5 tahun terwujud juga. Istri keduanya telah mewujudkan itu semua. Dimas menelepon orang tuanya dan mengatakan hal itu. Mereka juga merasa bahagia mendengarnya.

Hanya Anna yang masih belum Dimas beri kabar. Besok saat dia berkunjung ke sana, Dimas akan mengatakan pada Anna. Istri pertamanya itu juga akan menjadi seorang ibu.

Dimas berbaring di samping Lisa. Dia membawa Lisa ke dalam dekapan dadanya. Tiada henti Dimas memberi kecupan-kecupan hangat di puncak kepala Lisa.

...****************...

Pagi harinya Anna telah menyiapkan sarapan untuk Dimas. Seperti biasanya, Dimas akan datang pagi-pagi sekali untuk sarapan di rumahnya. Rumah Anna bagaikan warung makan dan Anna penjualnya.

Dimas hanya datang untuk makan saja. Selepas itu dia akan pergi. Ini lah keadilan yang di berikan Dimas untuknya. Yang terpenting Dimas sudah mengunjungi istri pertamanya itu.

Dimas masuk ke dalam rumah dengan wajah berbinar bahagia. Dia langsung saja memeluk Anna yang tengah menata makanan di meja.

Anna sedikit heran melihat tingkah Dimas. "Kamu terlihat bahagia sekali. Ada apa memangnya?"

Dimas mengecup bibir Anna sekilas. "Sebentar lagi ... kamu akan menjadi ibu."

Anna melongo heran. "Hah ... menjadi ibu?"

Dimas mengangguk. "Lisa sudah hamil dan aku akan menjadi seorang ayah."

Anna kaget mendengarnya. Dia menatap wajah bahagia suaminya itu. Ada rasa nyeri di dalam hatinya. Dengan mudahnya Dimas mengatakan hal itu. Dimas tidak memikirkan perasaan Anna.

"Selamat untuk kalian berdua," ucap Anna.

Anna langsung duduk di kursi dan sarapan. Dimas memperhatikan wajah istrinya yang tidak bahagia. Mana ada istri yang bahagia saat mengetahui suaminya menghamili wanita lain. Meski yang di hamili adalah istri sendiri.

Rasa sakit itu juga pasti ada. Rasa tidak terima sudah pasti mendera istri lainya. Dimas mengengam tangan Anna. Lalu dia kecup tangan itu.

"Kamu tidak bahagia dengan kehamilan Lisa?" tanya Dimas.

"Yang hamil Lisa bukan aku. Untuk apa aku bahagia. Malah aku sakit hati mendengarnya," kecam Anna.

Dimas mendelik mendengarnya. "Ann ... kamu juga akan menjadi ibu."

Anna memutar mata malas. "Ibu ... jangan konyol kamu."

"Ann ... anakku adalah anakmu juga. Aku akan membuat kamu bisa menjadi ibu. Aku akan mengatakan pada Lisa agar kamu yang merawat anak kami," tutur Dimas.

Braakk ... !

Anna mengebrak meja makan. Dia mengepal geram akan perkataan yang di ucapkan oleh Dimas. Anna memberi tatapan tajam pada suami yang tak berperasaan itu.

Anna menunjuk wajah Dimas. "Kamu ingin aku jadi babysitter?" Anna berkilat marah. "Setelah kamu menjadikan rumahku tempat makanmu, lalu kamu akan menjadikan rumahku tempat penitipan bayi. Begitu maksud kamu, huh," hardik Anna.

Dimas mengeleng kepala. Bukan itu maksud dari ucapannya. Dimas hanya ingin Anna turut mengurus bayi yang akan lahir itu. Dimas hanya ingin Anna juga merasakan bagaimana caranya menjadi seorang ibu.

"Ann ... bukan itu maksudku. Aku hanya ingin kamu turut merawatnya," ucap Dimas lembut.

"Cukup ... aku sudah muak denganmu!" bentak Anna.

Anna pergi meninggalkan Dimas. Dia keluar dari dalam rumah dan masuk ke dalam mobilnya. Kepala serta hati Anna sudah terbakar akan perlakuan Dimas.

Anna melajukan mobilnya membelah jalanan raya. Anna menghentikan mobilnya di sebuah taman kota. Dia keluar dari dalam mobil. Anna berjalan menuju kursi taman.

Dia menutup wajahnya lalu menangis tersedu-sedu. Anna meratapi nasib yang menderanya. Kini madunya telah hamil. Pasti Dimas akan lebih menyayangi Lisa.

Dari awal pernikahan Dimas dan Lisa. Anna telah merasa tersingkir. Apa lagi sekarang Lisa tengah hamil. Dimas sudah pasti akan melupakan dirinya.

Anna menghapus air matanya. Dia tidak boleh lemah. Dia harus kuat menghadapi ini semua. Anna mengambil batu dan melemparnya ke sembarangan arah.

"Aku benci kamu, Dimas," pekik Anna.

"Hei ... kamu," teriak seorang pria.

Anna kaget akan teriakan dari seorang pria. Anna berjalan mundur ke belakang saat pria itu mendekat padanya. Pria itu memakai kaus olahraga. Dia kelihatan marah melihat Anna.

"Berhenti kamu!" ucap pria itu.

Pria itu mendekati Anna. Pria dengan postur tubuh tinggi tegap. Berwajah campuran, rambut hitam pekat dengan bola mata kebiruan. Kulit putihnya bersinar saat di terpa sinar mentari.

Anna gelagapan dan bicara terbata-bata. "Ka-kamu mau apa?"

"Lihat ini ... kamu yang melemparku bagai batu, kan?" Pria itu menunjukan batu kecil yang di pegangnya. "Kamu sengaja, melakukan ini padaku?"

Anna mendelik melihat batu di tangan pria itu. Bagaimana bisa batu yang di lemparnya malah terkena pria tampan itu.

Anna menangkup kedua tangannya. "Maaf ... aku tidak sengaja. Mana kamu yang terluka?"

"Kepalaku ... kamu harus tanggung jawab," ucapnya.

Anna mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam tasnya. "Ini ... untuk biaya pengobatan."

Pria itu malah kesal melihat Anna memberinya uang. "Kamu kira aku tidak punya uang?" Pria itu berkacak pinggang. "Simpan saja uangmu. Aku tidak membutuhkan itu."

Anna menatap heran. "Lalu ... aku harus apa untuk menebus kesalahanku?"

Pria itu menatap Anna dari atas sampai bawah. Dia lalu mengambil tas Anna. Pria itu mengambil ponsel milik Anna.

"Hei ... itu ponselku," pekik Anna.

"Aku tahu ... aku ingin nomor ponselmu," katanya.

Pria tampan itu mengambil nomor ponsel Anna. Dia juga menyimpan nomor ponselnya di telepon Anna. Setelah selesai, dia kembali memberikan tas Anna.

"Namaku Rey ... itu nomorku," ucapnya.

Anna melihat ponselnya. Dia melotot saat melihat nomor baru dengan nama Rey. Nomor itu bernamakan Rey My Love.

"Hei ... kamu tidak waras. My love apa'an ini?" pekik Anna.

"Kamu sudah melukai diriku. Selama satu minggu, kamu harus menjadi pacarku," ujar Rey.

"Enak saja ... aku ini sudah menikah. Kamu ini pasti sudah gila," kesal Anna.

Rey cukup kaget mendengarnya. Wanita cantik di depannya ini sudah menikah. Anna seperti seorang wanita dewasa yang belum menikah. Dia masih muda dan sangat cantik. Anna menikah di usia 20 tahun dan sekarang usianya baru 25 tahun.

"Aku tidak peduli kalau kamu sudah menikah. Aku ingin kamu bertanggung jawab atas luka di kepalaku ini. Dalam satu minggu, kamu jadi kekasihku," tutur Rey.

Rey segera berlalu dari hadapan Anna. Dia tidak mendengarkan teriakan Anna yang memangil namanya. Anna menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.

Tbc

Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.

Terpopuler

Comments

Ayu Wandira

Ayu Wandira

enak bener jdi laki suka2 madu wanita😤😤

2024-02-29

2

Trisna

Trisna

apakah ini tanda menuju bahagianya anna

2024-02-23

1

La rahman Isni

La rahman Isni

puki eeeee

2024-02-01

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!