05 : Mirip papan penggilas

Amran berjalan angkuh, sama sekali tidak terpengaruh oleh tatapan tajam Dahayu, begitu sampai tepat dihadapan sang istri kedua, ia mengambil sesuatu dari saku samping celananya, lalu meraih telapak tangan berkulit sedikit kasar. “Ini kartu kesehatan Ibuk. Gunakanlah saat kontrol ke rumah sakit!”

“Tak perlu, saya sanggup menanggung biaya kesehatan Ibuku!” tekannya, berusaha melepaskan genggaman tangan mereka, bukannya terlepas, Amran semakin mengeratkan cengkraman nya.

“Saya tak suka mendengar kata penolakan. Ambillah!” ucapnya tegas, menatap tanpa berkedip pada iris mempesona Dahayu.

“Siapa Anda? Berani sekali ingin mengatur hidup saya!” Dayu menyentakkan tangannya sampai terlepas, lalu mundur satu langkah, kartu kesehatan tadi pun terjatuh di lantai.

Amran tersenyum samar, seperti dugaannya. Wanita dihadapannya ini sangatlah keras kepala. “Bila kau enggan menerimanya, jangan salahkan saya jika menutup akses pengobatan ibumu. Takkan ada dokter yang bersedia memeriksa wanita kesayanganmu itu.”

Dahayu mengepalkan tangan di sisi tubuh, bertambah saja daftar orang yang berniat berbuat semena-mena kepadanya dan sang ibu. Sebisa mungkin menahan emosi agar tidak meledak, memilih diam walaupun hatinya meradang.

“Bagus. Saya suka wanita penurut.” Amran menepuk lembut pucuk kepala Dahayu. “Saya akan pergi selama tiga hari, kau boleh tinggal di sini atau kembali ke rumah perkebunan, semua terserah padamu. Namun, ingat satu hal! Gerak-gerik mu selalu dalam pantauan. Jadi, harap jaga sikap jangan sampai melewati batas yang saya tentukan!”

Melihat sang istri masih bergeming dengan bibir terkatup rapat, enggan menatapnya, ia kembali berucap. “Randu akan menjelaskan apa saja yang boleh dan terlarang untukmu.”

Setelahnya, Amran mengambil kartu tadi, lalu mencondongkan badan kedepan, memerangkap Dahayu yang mencoba melengkungkan punggung sampai telapak tangannya memegang erat sisi meja rias, agar tidak bersentuhan.

Senyum samar terukir dibibir tebal sang pria kala tidak mendapati raut gugup apalagi salah tingkah si wanita, malah ia disuguhi tatapan berani sekaligus menantang.

"Saya suka aroma mawar ini," bisiknya tepat di pusara telinga sang istri, nyaris menempelkan pipi mereka. Sengaja memperlambat gerakan, ingin menguji sampai mana pertahanan istri keduanya.

Namun, Dahayu masih tetap mempertahankan ekspresi datar, sedikitpun tidak merespon apalagi terintimidasi, ia menatap tanpa kedip netra hitam Amran.

Sosok tinggi tegap itu menyudahi aksinya, kembali berdiri tegak, tanpa kata berbalik badan dan keluar dari sana.

Dayahu mendengus, menatap pintu yang tertutup rapat, baru saja ia hendak melepaskan kalung mahar, daun pintu kembali disentak kuat.

“Baguslah kalau kau tahu diri. Wanita miskin seperti mu ini memang tak pantas mengenakan barang mewah, cocoknya menggunakan emas imitasi.” Masira berdecak, berjalan mendekati sang madu.

“Hei!” Ia sentak lengan Dahayu saat wanita itu tetap tenang, enggan menanggapi dirinya. “Kau tak tuli ‘kan?!”

Dahayu tidak jadi melepaskan kalungnya, ia memiringkan posisi badan agar berhadapan dengan wanita bermulut pedas dan emosian. “Bila hatimu terbakar api cemburu, seharusnya yang kau lakukan memadamkan nya, bukan malah terus menerus mencari perkara denganku! Coba dirimu bayangkan! Bagaimana jadinya kalau sampai aku terpancing lalu memilih menjadi wanita murahan sungguhan, sudah siapkah kau bersaing denganku?”

Netra Masira membulat sempurna, emosinya nyaris mencapai ubun-ubun, menelisik tubuh saingannya. “Cuih! Sosok layaknya gembel seperti ini, berlagak ingin menggoda suamiku, mimpi kau!”

Dahayu mundur sampai bokongnya bersentuhan dengan meja rias, menatap Masira dari ujung rambut sampai kaki. “Bila dibandingkan dengan mu, tentu tubuh ku lebih berisi. Ukuran dada kita pun jauh berbeda – dapat ku tebak bila size bra mu hanya 32 B sedangkan milikku 34 C. Bokong mu pun seperti papan penggilas baju, lurus tanpa lekukan. Kau lihat ini!”

Dayu merubah posisi menjadi setengah badan menghadap cermin, lalu menepuk bokongnya sendiri. “Dapat kau dengar bukan? Bila bunyinya bernada, sudah tentu empuk sampai tanganku membal, bukan seperti suara memukul batu.”

Kemudian ia kembali menghadap Masira yang wajahnya memerah menahan amarah. “Dengan perbedaan terpampang nyata seperti itu, bukan tak mungkin kan … bila suami kita tergoda?”

“Dasar sinting!” Masira kehabisan kata-kata, ia menghentakkan kakinya, lalu berbalik berjalan cepat keluar kamar.

Tanpa mereka ketahui, bila perdebatan sengit itu di dengar dan dilihat Amran melalui cctv tersembunyi yang sengaja di pasang pada kamar tamu.

Sedangkan Bondan dan Randu, kebagian menjadi pendengar pertengkaran tanpa bisa menonton layar laptop sang tuan, saling menampilkan ekspresi berbeda.

"Apa pulak tadi itu? Sampai-sampai kutang pun ikut dihadirkan, dah macam saksi persidangan saja." Bondan menggelengkan kepala, berkata begitu lirih, takut sang tuan yang duduk di kursi kebesarannya mendengar.

“Tak ku sangka bila Nyonya kedua berlidah tajam. Tak sabar lah aku mau nengok mereka adu otot. Ayok kita taruhan! Siapa yang menang? Aku pegang nyonya Dahayu,” sambungnya, sikunya sedikit menyenggol lengan Randu. Mereka berdiri berjarak dari meja kerja.

“Bah! Payah kali kau lah. Sesekali coba dirimu perlihatkan ekspresi lain, jangan macam boneka santet terus!” Mulutnya terus menggerutu ketika mendapati wajah datar temannya, Randu.

"Randu."

"Ya, Tuan." Ia maju mendekati meja atasannya.

"Apa si tua bangka itu sudah memasukkan berkas perceraiannya?" Amran menutup laptop.

"Belum, Tuan," jawabnya seraya menunduk.

Rahang Amran mengetat, suaranya begitu dingin nan rendah. "Dasar sampah!"

***

"Pak, sebetulnya Dayu sudah menikah belum sih?" tanya Fiya, anak tiri Bandi.

"Entahlah, tapi pihak Pak Bondan sudah meminta surat kuasa peralihan wali nikah, apa mungkin Dahayu telah resmi dipersunting olehnya ya?" ia balik bertanya.

"Aneh kali ya Pak, walaupun kita enggan datang, bukan berarti tak ingin mengetahui tentang perkawinan itu," sungut Fiya, mereka sedang duduk di ruang tamu.

"Halla, tak usah mencari tahu! Buang-buang waktu dan menambah beban pikiran saja! Yang terpenting, kita telah mendapatkan ruko di pajak dan setiap bulannya takkan lagi direcoki Dayu beserta ibuk gila nya itu." Ijem meletakkan sepiring pisang goreng di atas meja.

"Mamak benar. Malas kali ku tengoknya, apalagi melihat wajah sombong Dayu, pengen rasanya ku ludahi. Sedikitpun ia tak ada hormatnya, padahal aku lebih tua darinya," gerutu Fiya.

"Sudahlah!" Bandi berkata acuh tak acuh, ia sedang mengunyah pisang goreng.

"Bang, kapan kau mau memasukkan berkas perceraian ke pengadilan agama?" Ijem bertanya seraya menyeruput kopinya.

"Pikir nanti lah, sebetulnya aku enggan menceraikan Warni. Kita jadi kehilangan tambahan jatah sembako dan kegunaan kartu kesehatan khusus untuknya. Sayang sekali rasanya, uang tunjangan per bulannya harus terlepas dari genggaman," mimiknya terlihat begitu kesal, tapi ancaman sang anak kandung tak bisa dianggap remeh. Ia paham betul bila Dahayu sangat keras kepala.

"Bagaimana kalau kita manipulasi, Pak?" Fiya menegakkan punggung, menatap antusias sang ayah tiri.

"Caranya ...?"

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

🍒⃞⃟🦅Amara☆⃝𝗧ꋬꋊ

🍒⃞⃟🦅Amara☆⃝𝗧ꋬꋊ

Jangan main2 dengan tuan Amran ,Fiya.
mau merekayasa berkas surat cerai demi kartu kesehatan jatah sembako, aaiihhh ...tak tahu diri dan malu,terlihat sangat kalian ini keluarga kemaruk,serakah dan perhitungan.

2025-08-14

6

Marliyanipratama

Marliyanipratama

wah ini nenek gayung, tak habis² nya yah cari perkara dengan dayu...

dayu diam dan tengil saja suami mu sudah menaruh rasa apalagi dayu agresif seperti ulat bulu, tak bisa dan tak ada yg menjamin bahwa mereka akan beradu bibir dan terdengar suara akkkhhhh


udah mandul, mulut mu level Setan, kikir, licik, iri pula tuh... 😏😏😏

itu kan sudah jdi keputusan mu wahai laron yg tak berguna...??? lagian kau sendiri yg menyodorkan ikan segar ke hadapan kucing.... untung saja ikan nya mahal dan tak mau kucing sentuh...


ini belum seberapa, bru aja kalung, kau sudah kebakaran apalagi harta amran semisal nya langsung di kuasai oleh dayu...??

kejang apa mungkin langsung innalillahi ya kau wahai laron...???
ayo dayu lawan bila perlu kau bercinta dengan amran depan mata nya si laron/Chuckle//Chuckle/

2025-08-14

3

Ⓜ️αɾყσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐🐊

Ⓜ️αɾყσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐🐊

si kismin yang berlagak jadi sikaya mau memanipulasi pula siap2 dibikin kere sungguhan ma juragan Amran

2025-08-14

2

lihat semua
Episodes
1 01 : Pernyataan
2 02 : Dia Ibuku
3 03 : Menolak
4 04 : Terasa biasa saja
5 05 : Mirip papan penggilas
6 06 : Kembali pulang
7 07 : Jangan berharap muluk-muluk
8 08 : Mana buktinya?
9 09 : Impas
10 10 : Bekal spesial
11 11 : Aku tahu diri
12 12 : Saya anti drama
13 13 : Tuntaskan lah
14 14 : Miskin belagu
15 15 : Kalian lebih pantas dikasihani
16 16 : Biarkan tanganku yang berbicara
17 17 : Drama
18 18 : Tak semua bisa dibeli dengan uang
19 19 : Dia suami dari wanita lain
20 20 : Maaf saya tidak berminat
21 21 : Kehilangan jati diri
22 22 : Sakit tapi tidak berdarah
23 23 : Duit untuk menampar
24 24 : Ada rasa nyeri merayap di hati
25 25 : Dasar Tolol
26 26 : Aku tidak terlahir di dunia khayalan
27 27 : Dia bukan barang
28 28 : Tanya suamimu, tentang rasanya
29 29 : Aku pria pertama baginya
30 30 : Supaya kau cemburu
31 31 : Ternyata cuma sandiwara
32 32 : Seperti Upik Abu
33 33 : Kau seperti bunga Daisy
34 34 : Belum tentu bisa adil
35 35 : Adik marah?
36 36 : Tidak ada yang aneh
37 37 : Kembali asing
38 38 : Terbelenggu rasa bersalah
39 39 : Hari itu datang juga
40 40 : Usai sudah
41 41 : Serendah itukah aku?
42 42 : Kami berani bersumpah
43 43 : Karena dia istri saya
44 44 : Awalnya memang sakit
45 45 : Ayu ikhlas
46 46 : Merasa tidak sendirian
47 47 : Jangan sampai kekurangan gizi
48 48 : Lebih baik dari pada telur rebus
49 49 : Perkara nilai empat
50 50 : Lebih baik sudahi
51 51 : Maaf
52 52 : Mau pentas atau makan siang?
53 53 : Akhirnya nilai itu naik juga
54 54 : Keturunan wanita gila
55 55 : Bukan wanita mudah ditindas
56 56 : Naluri seorang ibu
57 57 : Tak lagi mau bersinggungan
58 58 : Fitnah atau Fakta?
59 59 : Menyesal pun tiada guna
60 60 : Ibuku tidak gila
61 61 : Ayu setuju
62 62 : Bagaikan pemulung
63 63 : Nak, malu tau
64 64 : Habis tak bersisa
65 65 : Tidak dengan melupakan
66 66 : Tolong didik dia
67 67 : Tetangga baru
68 Pengumuman 🫶
Episodes

Updated 68 Episodes

1
01 : Pernyataan
2
02 : Dia Ibuku
3
03 : Menolak
4
04 : Terasa biasa saja
5
05 : Mirip papan penggilas
6
06 : Kembali pulang
7
07 : Jangan berharap muluk-muluk
8
08 : Mana buktinya?
9
09 : Impas
10
10 : Bekal spesial
11
11 : Aku tahu diri
12
12 : Saya anti drama
13
13 : Tuntaskan lah
14
14 : Miskin belagu
15
15 : Kalian lebih pantas dikasihani
16
16 : Biarkan tanganku yang berbicara
17
17 : Drama
18
18 : Tak semua bisa dibeli dengan uang
19
19 : Dia suami dari wanita lain
20
20 : Maaf saya tidak berminat
21
21 : Kehilangan jati diri
22
22 : Sakit tapi tidak berdarah
23
23 : Duit untuk menampar
24
24 : Ada rasa nyeri merayap di hati
25
25 : Dasar Tolol
26
26 : Aku tidak terlahir di dunia khayalan
27
27 : Dia bukan barang
28
28 : Tanya suamimu, tentang rasanya
29
29 : Aku pria pertama baginya
30
30 : Supaya kau cemburu
31
31 : Ternyata cuma sandiwara
32
32 : Seperti Upik Abu
33
33 : Kau seperti bunga Daisy
34
34 : Belum tentu bisa adil
35
35 : Adik marah?
36
36 : Tidak ada yang aneh
37
37 : Kembali asing
38
38 : Terbelenggu rasa bersalah
39
39 : Hari itu datang juga
40
40 : Usai sudah
41
41 : Serendah itukah aku?
42
42 : Kami berani bersumpah
43
43 : Karena dia istri saya
44
44 : Awalnya memang sakit
45
45 : Ayu ikhlas
46
46 : Merasa tidak sendirian
47
47 : Jangan sampai kekurangan gizi
48
48 : Lebih baik dari pada telur rebus
49
49 : Perkara nilai empat
50
50 : Lebih baik sudahi
51
51 : Maaf
52
52 : Mau pentas atau makan siang?
53
53 : Akhirnya nilai itu naik juga
54
54 : Keturunan wanita gila
55
55 : Bukan wanita mudah ditindas
56
56 : Naluri seorang ibu
57
57 : Tak lagi mau bersinggungan
58
58 : Fitnah atau Fakta?
59
59 : Menyesal pun tiada guna
60
60 : Ibuku tidak gila
61
61 : Ayu setuju
62
62 : Bagaikan pemulung
63
63 : Nak, malu tau
64
64 : Habis tak bersisa
65
65 : Tidak dengan melupakan
66
66 : Tolong didik dia
67
67 : Tetangga baru
68
Pengumuman 🫶

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!