03 : Menolak

Dahayu melirik sekilas sang ibu, memastikan bila sosok kesayangannya itu masih asik dengan dunianya sendiri. Kemudian kembali fokus memandang lekat tepat pada manik hitam pekat, sedikitpun tidak menghiraukan tatapan menghunus bak mata pisau runcing yang dilayangkan istri dari si pria.

“Saya hanya ingin memastikan masa depannya terjamin. Bukankah anak yang terlahir dari pernikahan siri, tak akan diakui oleh negara? Dan juga dia tidak berhak terhadap warisan ayahnya, betul ‘kan?”

Meskipun hanya lulusan SMP, tapi bukan berarti dia tidak tahu tentang hukum pernikahan agama dan negara, selama ini ia hobi membaca, menonton berita, agar memiliki wawasan luas.

“Ku kira kau sesederhana penampilanmu, tapi ternyata begitu picik. Belum apa-apa sudah memikirkan soal warisan, kelihatan sekali ingin menguasai harta suamiku. Perlu ku ingatkan! Bayi yang kau lahirkan nanti, hanya akan diakui sebagai anak biologis mas Amran dan diriku, kau sama sekali tak berhak. Mengerti?!” Sira menyilangkan kakinya, gayanya sangat arogan.

Dahayu terkekeh, nada sumbang nya sarat akan ejekan. “Anda lucu sekali Nyonya. Belum juga mengenal saya, tapi sedari tadi sudah entah berapa kali menyemburkan racun lewat perkataan tak masuk akal. Sebegitu takutnya kah kalau harta suami Anda jatuh ke tangan wanita asing?”

“Tentu saja bu_kan,” jawabnya terbata-bata, tak menyangka mendapatkan balasan telak.

“Terserah Anda mau menuduh bahkan mencap saya seperti apa. Sebagai seorang wanita yang akan mengandung selama sembilan bulan, lalu setelahnya meninggalkan darah dagingnya untuk diasuh oleh orang lain – bisa jadi seumur hidup takkan pernah berkesempatan bertemu lagi, bukankah wajar bila saya ingin memastikan masa depannya nyaman, aman, tak kekurangan sesuatu apapun?” Dayu menaikkan kedua alisnya, menatap sepasang suami istri secara bergantian dengan raut datar.

“Tapi, tak perlu juga dengan menikah resmi, secara siri saja sudah cukup, yang penting sah!” sanggah Sira, tidak mau kalah dan keukeuh menolak.

Amran sendiri masih duduk tenang, menyandarkan punggungnya pada sofa, kaki kirinya bertumpu di atas lutut sebelah kanan.

“Sah di mata agama, namun tidak dengan negara, apa untungnya coba? Mungkin bagi saya tak masalah karena pernikahan ini hanyalah bersifat sementara. Tapi, tidak dengan si jabang bayi! Siapa yang bisa menjamin masa depannya, sedangkan hati manusia sukar ditebak. Apalagi dia akan dibesarkan oleh sosok ibu tiri yang mana tak memiliki ikatan darah dengannya. Untuk sekarang Anda bisa mengatakan setuju, tapi di masa depan siapa yang tahu.”

Wajah Sira merah padam, baru pertemuan pertama, tapi hatinya sudah membenci wanita dihadapannya ini.

“Saya setuju!” jawaban tegas itu langsung mendapatkan respon berbeda dari kedua wanita.

“Mas! Dirimu apa-apaan sih?!” Masira mengguncang lengan suaminya, mencoba mencari perhatian penuh, tapi tidak hiraukan.

“Kalau Anda telah setuju, saya harap secepatnya membuat surat perjanjian! Agar tak ada yang dirugikan, ataupun ingkar janji.”

“Tak ada surat perjanjian. Pernikahan ini akan dilakukan seperti pada umumnya,” ujarnya tegas, netranya menatap tepat manik Dahayu.

“Tak bisa seperti itu!” Dahayu berseru spontan, tubuhnya ikutan kaku. "Anda juga harus memastikan terlebih dahulu, kalau saya sehat serta memiliki rahim yang subur."

“Betul itu! Harus ada surat perjanjian seperti yang sudah aku berikan kepada Bandi! Begitu dia melahirkan.” Tunjuknya pada Dayu. “Maka, harus segera diceraikan dan pergi dari kehidupan kita!”

Kali ini netra Amran – menatap tajam manik hitam wanita yang telah dinikahinya selama 5 tahun. “Apa harus sampai sejauh ini kau bertindak seorang diri, Sira? Pertama, tanpa memberi tahu terlebih dahulu, dirimu memutuskan mencari wanita lain untuk menampung benih ku, lalu tanpa persetujuan dariku ... langsung saja tanda tangan surat perjanjian dengan imbalan bangunan ruko yang mana sertifikatnya atas namaku. Sebetulnya yang kepala keluarga, aku atau kau?”

Mendapatkan tatapan menghunus, kata-kata rendah nan tajam, tubuh Sira seketika menegang, keberaniannya menguap entah kemana. Ia memang salah, bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu, meremehkan sang suami yang jelas-jelas memiliki sifat mendominasi.

“Ma_af, Mas. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk keluarga kita,” ucapnya mencari aman.

Namun, Amran tidak menanggapi, ia memilih berdiri. “Persiapkan dirimu! Seminggu lagi kita menikah, di sini!”

Kening Dahayu mengernyit, ia tidak dapat menebak jalan pikiran pria yang sudah berlalu itu. Bukan ini yang dia harapkan, setidaknya ada perjanjian jelas hitam di atas putih, bermaterai dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.

Setelah kepergian Amran, dua wanita tadi sibuk dengan pikiran masing-masing, sampai tidak menyadari sosok pria lain telah berdiri di hadapan mereka.

“Nona Dahayu!”

Yang dipanggil langsung mendongak, menelisik penampilan pria berpakaian rapi, kemeja kotak-kotak, celana jeans panjang, wajah oriental nya berkulit sehat.

“Perkenalkan, saya Randu. Asisten Tuan Amran,” ucapnya tanpa mengulurkan tangan.

“Anda sudah boleh kembali ke afdeling 5, bila nanti berkas syarat pernikahan telah lengkap, saya akan memberitahukan kepada Anda,” lanjutnya dengan intonasi sedang dan sopan.

Dahayu tidak langsung menanggapi, apalagi beranjak dari duduknya, banyak yang ia pikirkan, mencoba menerka kejanggalan ini. ‘Sampai mana mereka memberi informasi tentangku? Mengapa pria tadi seakan telah mengenal diri ini? Bagaimana mungkin ia menanggapi permintaanku dengan begitu mudah serta terkesan santai?’

“Adik!”

Teriakan melengking Bu Warni membuyarkan lamunan Dahayu, ia langsung menoleh ke arah ibunya.

“Lapar. Makan!”

Dahayu menatap jam murahan di pergelangan tangannya, ternyata sudah masuk tengah hari. Ia mengedarkan pandangannya, sudah tidak ada sosok wanita arogan tadi, tapi asisten yang katanya bernama Randu, masih berdiri kokoh tidak jauh dari tempatnya duduk.

“Ayo pulang, Buk!” Ia berjongkok, memungut kartu domino dan kembali memasukkan ke dalam plastik, kemudian menuntun ibunya keluar dari hunian terbilang mewah.

***

“Apa dia sudah pulang?” tanyanya tanpa mengalihkan perhatian dari lembaran kertas yang sedang diperiksa.

“Sudah, Tuan.”

“Kau urus semuanya, gunakan uang serta kekuasaan agar berkas pernikahan itu cepat selesai!”

Randu mengangguk sopan. “Baik, Tuan.”

Selepas kepergian sang asisten, Amran menyudahi kegiatannya, lalu membuka laci meja kerja, mengeluarkan satu map, dan membukanya. Netranya langsung disuguhi potret wanita berambut pendek, lengkap dengan data dirinya.

Pria berumur 30 tahun itu menatap lekat sosok yang memiliki kecantikan natural – tersembunyi dibalik busana serba longgar. Ia akui, bila Dayu memiliki daya tarik tersendiri, terlebih tatapan matanya yang menyimpan luka berbingkai amarah.

.

.

Sementara di lantai dua, tepatnya di kamar utama. Masira tengah mengamuk, membanting lampu tidur. “Kurang ajar! Tak bisa dibiarkan! Aku harus membatalkan pernikahan itu!”

Sira mengambil ponselnya, mencoba menghubungi seseorang, tapi sudah tiga kali panggilan tetap belum ditanggapi.

Akh … ia kembali berteriak, niat hati ingin mengamankan harta sang suami agar tidak jatuh ke tangan orang lain, dirinya mengusulkan ide gila. Awalnya hanya ingin menyewa rahim wanita lain, dikarenakan dirinya divonis sulit memiliki keturunan.

Namun, permintaannya ditolak mentah-mentah oleh sang mertua, berujung suaminya harus melakukan kontrak pernikahan siri.

***

Seminggu telah berlalu, usaha Masira sia-sia. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menurut, kini dirinya terpaksa menyaksikan pernikahan kedua suaminya.

Tepat di ruang tamu villa, sosok gagah bersahaja itu menjabat tangan pak penghulu.

“Baik, apa sudah bisa kita mulai…?”

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Marliyanipratama

Marliyanipratama

wah memang paok wanita satu ni... ketauan sekali licik nya...??!! heh😏😏




wah wah wah amran kau tak ada harga diri nya sebagai seorg suami dan kepala rumah tangga,, bagaimana bisa si laron melakukan hal ini kau justru tak tahu... jangan lah bodoh kau jdi jantan mau mau saja di kendalikan oleh betina durjana macam si laron nih hah..

sudah nya mandul sok tau pula tuh..
ayo dayu rebut si amran dari si laron aku kawal menuju aaakkkhhhhhh
eh salah syahh maksud ku.. aku dukung pelakor karana istri syah nya menyebalkan.. dan patut kita pukul pala nya pake palu/Facepalm//Grin//Grin/

2025-08-13

8

🍒⃞⃟🦅Amara☆⃝𝗧ꋬꋊ

🍒⃞⃟🦅Amara☆⃝𝗧ꋬꋊ

senjata makan tuan yaa Masira, niat mu dari awal sudah gak benar, seharusnya sebelum bertindak berpikir masak masak ,bukan main hantam kromo.

mungkin ini akan jadi awal petaka buatmu Masira, kasih sayang suamimu akan beralih ke Dahayu, yg secara sehat bisa memberi keturunan.
dan mungkin pernikahan yang kau rancang demi mengamankan harta suaminu ,akan berjalan lancar dan baik-baik saja ...
siapa tahu Amran justru jatuh hati pada Dahayu😄

2025-08-13

1

Betri Betmawati

Betri Betmawati

kau bodoh Sira memasukkan wanita lain dalm rmh tangga mu kau sendiri yg menghcurkn rmh tangga mu,tak berfikir kah kau bisa saja suami mu berpaling dan mencampakkan mu,
dasar bodoh maka nya punya otak dipakai mau mengaman kn harta malah JD petaka buat kamu sira

2025-08-13

1

lihat semua
Episodes
1 01 : Pernyataan
2 02 : Dia Ibuku
3 03 : Menolak
4 04 : Terasa biasa saja
5 05 : Mirip papan penggilas
6 06 : Kembali pulang
7 07 : Jangan berharap muluk-muluk
8 08 : Mana buktinya?
9 09 : Impas
10 10 : Bekal spesial
11 11 : Aku tahu diri
12 12 : Saya anti drama
13 13 : Tuntaskan lah
14 14 : Miskin belagu
15 15 : Kalian lebih pantas dikasihani
16 16 : Biarkan tanganku yang berbicara
17 17 : Drama
18 18 : Tak semua bisa dibeli dengan uang
19 19 : Dia suami dari wanita lain
20 20 : Maaf saya tidak berminat
21 21 : Kehilangan jati diri
22 22 : Sakit tapi tidak berdarah
23 23 : Duit untuk menampar
24 24 : Ada rasa nyeri merayap di hati
25 25 : Dasar Tolol
26 26 : Aku tidak terlahir di dunia khayalan
27 27 : Dia bukan barang
28 28 : Tanya suamimu, tentang rasanya
29 29 : Aku pria pertama baginya
30 30 : Supaya kau cemburu
31 31 : Ternyata cuma sandiwara
32 32 : Seperti Upik Abu
33 33 : Kau seperti bunga Daisy
34 34 : Belum tentu bisa adil
35 35 : Adik marah?
36 36 : Tidak ada yang aneh
37 37 : Kembali asing
38 38 : Terbelenggu rasa bersalah
39 39 : Hari itu datang juga
40 40 : Usai sudah
41 41 : Serendah itukah aku?
42 42 : Kami berani bersumpah
43 43 : Karena dia istri saya
44 44 : Awalnya memang sakit
45 45 : Ayu ikhlas
46 46 : Merasa tidak sendirian
47 47 : Jangan sampai kekurangan gizi
48 48 : Lebih baik dari pada telur rebus
49 49 : Perkara nilai empat
50 50 : Lebih baik sudahi
51 51 : Maaf
52 52 : Mau pentas atau makan siang?
53 53 : Akhirnya nilai itu naik juga
54 54 : Keturunan wanita gila
55 55 : Bukan wanita mudah ditindas
56 56 : Naluri seorang ibu
57 57 : Tak lagi mau bersinggungan
58 58 : Fitnah atau Fakta?
59 59 : Menyesal pun tiada guna
60 60 : Ibuku tidak gila
61 61 : Ayu setuju
62 62 : Bagaikan pemulung
63 63 : Nak, malu tau
64 64 : Habis tak bersisa
65 65 : Tidak dengan melupakan
66 66 : Tolong didik dia
67 67 : Tetangga baru
68 68 : Begitu murah harga dirinya
69 69 : Kau mau aku bagaimana?
70 70 : Aslinya bejat.
71 71 : Fitnah keji
72 72 : Tolong jangan egois
73 73 : Putra dan menantu saya
74 74 : Hari bahagia
75 75 : Dress vintage
76 76 : Ada tawa ada duka
77 77 : Mulai terkuak
78 78 : Diam kau Lacur!
79 79 : Jemput Wisnu Syahputra
80 80 : Hukuman sesungguhnya
81 81 : Beri waktu
82 82 : Jangan banyak gaya
83 83 : Perkara Ayam
84 84 : Saudara kandung
85 85 : Hai nyonya Irna
86 86 : Permintaan
87 87 : Anugerah
88 88 : Dari hati ke hati
89 89 : Melepas rindu
90 90 : Kesempatan
91 91 : Semoga awal yang baik
92 92 : Merugi
93 93 : Mungkin ini karma
94 94 : Aneh
95 95 : Mencurigakan
96 96 : Menghilangkan jejak
97 97 : Upah harus sepadan
Episodes

Updated 97 Episodes

1
01 : Pernyataan
2
02 : Dia Ibuku
3
03 : Menolak
4
04 : Terasa biasa saja
5
05 : Mirip papan penggilas
6
06 : Kembali pulang
7
07 : Jangan berharap muluk-muluk
8
08 : Mana buktinya?
9
09 : Impas
10
10 : Bekal spesial
11
11 : Aku tahu diri
12
12 : Saya anti drama
13
13 : Tuntaskan lah
14
14 : Miskin belagu
15
15 : Kalian lebih pantas dikasihani
16
16 : Biarkan tanganku yang berbicara
17
17 : Drama
18
18 : Tak semua bisa dibeli dengan uang
19
19 : Dia suami dari wanita lain
20
20 : Maaf saya tidak berminat
21
21 : Kehilangan jati diri
22
22 : Sakit tapi tidak berdarah
23
23 : Duit untuk menampar
24
24 : Ada rasa nyeri merayap di hati
25
25 : Dasar Tolol
26
26 : Aku tidak terlahir di dunia khayalan
27
27 : Dia bukan barang
28
28 : Tanya suamimu, tentang rasanya
29
29 : Aku pria pertama baginya
30
30 : Supaya kau cemburu
31
31 : Ternyata cuma sandiwara
32
32 : Seperti Upik Abu
33
33 : Kau seperti bunga Daisy
34
34 : Belum tentu bisa adil
35
35 : Adik marah?
36
36 : Tidak ada yang aneh
37
37 : Kembali asing
38
38 : Terbelenggu rasa bersalah
39
39 : Hari itu datang juga
40
40 : Usai sudah
41
41 : Serendah itukah aku?
42
42 : Kami berani bersumpah
43
43 : Karena dia istri saya
44
44 : Awalnya memang sakit
45
45 : Ayu ikhlas
46
46 : Merasa tidak sendirian
47
47 : Jangan sampai kekurangan gizi
48
48 : Lebih baik dari pada telur rebus
49
49 : Perkara nilai empat
50
50 : Lebih baik sudahi
51
51 : Maaf
52
52 : Mau pentas atau makan siang?
53
53 : Akhirnya nilai itu naik juga
54
54 : Keturunan wanita gila
55
55 : Bukan wanita mudah ditindas
56
56 : Naluri seorang ibu
57
57 : Tak lagi mau bersinggungan
58
58 : Fitnah atau Fakta?
59
59 : Menyesal pun tiada guna
60
60 : Ibuku tidak gila
61
61 : Ayu setuju
62
62 : Bagaikan pemulung
63
63 : Nak, malu tau
64
64 : Habis tak bersisa
65
65 : Tidak dengan melupakan
66
66 : Tolong didik dia
67
67 : Tetangga baru
68
68 : Begitu murah harga dirinya
69
69 : Kau mau aku bagaimana?
70
70 : Aslinya bejat.
71
71 : Fitnah keji
72
72 : Tolong jangan egois
73
73 : Putra dan menantu saya
74
74 : Hari bahagia
75
75 : Dress vintage
76
76 : Ada tawa ada duka
77
77 : Mulai terkuak
78
78 : Diam kau Lacur!
79
79 : Jemput Wisnu Syahputra
80
80 : Hukuman sesungguhnya
81
81 : Beri waktu
82
82 : Jangan banyak gaya
83
83 : Perkara Ayam
84
84 : Saudara kandung
85
85 : Hai nyonya Irna
86
86 : Permintaan
87
87 : Anugerah
88
88 : Dari hati ke hati
89
89 : Melepas rindu
90
90 : Kesempatan
91
91 : Semoga awal yang baik
92
92 : Merugi
93
93 : Mungkin ini karma
94
94 : Aneh
95
95 : Mencurigakan
96
96 : Menghilangkan jejak
97
97 : Upah harus sepadan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!