02 : Dia Ibuku

Terlambat, guci keramik berukuran setinggi setengah meter itu jatuh menggelinding, pecah menjadi beberapa bagian setelah didorong sekuat tenaga oleh ibunya Dahayu, bu Warni.

Dahayu langsung berlari mendekati ibunya – yang terduduk di lantai seraya menutup kedua telinga. Dia nyaris tersungkur kala menaiki dua undakan tangga sekaligus, batas bagian pintu depan dengan ruang tamu.

“Nggak apa-apa, Mbak War. Ada adik di sini!” Dayu memeluk erat ibunya, mencium pucuk kepala yang dihiasi rambut berwarna dua, hitam dan putih.

“Adik … pyar!” adunya layaknya anak kecil, tangannya pun masih menutupi telinga.

“Mbak War, coba lihat sini! Adik mau lihat senyum manisnya, boleh?” dirinya mencoba membujuk, memposisikan diri sendiri sebagai adik, sosok yang sudah meninggal dunia.

Berhasil, sedikit demi sedikit bu Warni mau mendongak menatap mata teduh Dayu, senyumnya pun terbit kala melihat bibir sosok yang ia anggap almarhumah adiknya itu tertarik lebar.

‘Alhamdulillah, terima kasih ya Rabb,’ dalam hati dirinya mengucapkan puji syukur dikarenakan ibunya tidak tantrum.

Tanpa Dayu sadari, interaksi dirinya dan sang ibu diamati oleh sepasang mata Elang layaknya mengamati mangsa.

Tiba-tiba sosok wanita cantik, mengenakan gaun selutut yang membentuk lekuk tubuh seksinya terlihat menuruni undakan tangga.

“Gucci kesayanganku!” teriaknya histeris.

“Siapa yang memecahkan benda itu?!” Tunjuknya saat sudah sampai di undakan tangga paling bawah.

Tidak ada yang berani menjawab, dua asisten rumah tangga memilih bungkam dan menunduk dalam.

Masira – wanita berumur 30 tahun tersebut lantas mendekati suaminya yang masih terlihat menatap tanpa ekspresi dua orang saling memeluk.

“Mas, siapa mereka?” kala tak mendapatkan jawaban dari sosok layaknya patung, Masira melangkah mendekati Dahayu.

“Kalian siapa?!”

Dahayu mengusap lembut kedua lengan ibunya, mencoba menenangkan. Menatap tanpa ekspresi pada wanita cantik berpenampilan modis. “Saya orang yang dikirim oleh Bandi!”

“Jadi, kau orangnya?” tanyanya seraya menelisik wanita yang sama sekali jauh dari kata seksi. Celana jeans longgar, kaos oblong dengan panjang menutupi paha, rambut pendek dibawah telinga.

“Iya!” jawab Dayu tegas, dirinya membantu sang ibu untuk berdiri.

Sira menatap aneh pada wanita paruh baya yang terlihat seperti orang bodoh. “Lantas, siapa dia?”

“Ibuku!” sahutnya tegas, tanpa sedikitpun terdengar nada ragu.

Kening Sira mengernyit dalam, matanya terbelalak saat melihat ibu si wanita menjatuhkan diri di lantai, tangannya memeluk erat betis. “Dia gila?!”

Dahayu tidak langsung menjawab, ia mengeluarkan sesuatu dari saku samping celananya, lalu berjongkok, menatap penuh cinta wanita kesayangannya. “Ini kartunya, tapi Mbak main sendiri dulu ya, nanti Adik temani kalau sudah selesai urusannya.”

Bu Warni langsung merebut tumpukan kartu domino yang terbungkus plastik, lalu berjalan jongkok ke pojok ruangan, dirinya mulai mengocok dan mulai membagi kartu menjadi tiga.

“Dia tak gila, hanya mentalnya sedikit terganggu,” nadanya terdengar tenang nan rendah.

“Mereka betul-betul keterlaluan! Bagaimana bisa menyodorkan seseorang dari keturunan wanita gila kepada kami! Aku membatalkan kesepakatan ini!” Sira menghampiri suaminya. “Sayang, sebaiknya kita cari wanita lain saja!”

Amran Tabariq, atau yang sering dikenal dengan panggilan Tuan Amran, sama sekali tidak menanggapi rengekan istrinya, sebaliknya ia menoleh ke asisten rumah tangga yang sedari tadi berdiri tidak jauh darinya.

“Bi, bersihkan itu!” Dagunya menunjuk pada pecahan gucci.

“Baik, Tuan!”

Kemudian Amran memilih duduk pada sofa, disusul oleh istrinya yang bergelayut manja di lengannya.

“Kau!” panggilnya dingin, dengan nada menusuk. “Duduklah di sana!”

Tanpa kata apalagi membantah, Dahayu melangkah ke sofa mewah, duduk pada bagian ujung tepi, netranya sama sekali tidak menatap ke seberang.

“Apa Bandi sudah memberitahukan secara mendetail?” tanyanya, menatap wanita yang sedari tadi terlihat tenang, tidak mudah terkecoh, padahal mulut istrinya sudah sangat tidak sopan dalam berkata-kata.

“Dia hanya mengatakan telah menjodohkan – lebih tepatnya menjual saya kepada staf yang tinggal di villa bukit. Hanya informasi itu yang dia berikan,” jawabnya tanpa basa-basi, apalagi berusaha menutupi.

Memang benar adanya jika Bandi maupun Ijem, tidak ada memberitahu tentang siapa gerangan yang hendak menikahi Dahayu. Mereka juga menutup rapat mulut tentang hal penting, sengaja menyembunyikannya.

Amran menyipitkan mata, keningnya terlihat sedikit mengerut. Jelas dirinya terkejut atas pernyataan gamblang ini.

“Dasar manusia sampah! Bisa-bisanya tidak jujur, padahal mereka sudah menerima satu ruko di pajak kecamatan!” Sira terlihat marah, ia memang memiliki sifat sedikit tempramental.

‘Ternyata harga ku hanya satu buah ruko,’ batinnya terkekeh sinis.

“Bukan dijodohkan, tapi kau hanya akan dinikahi secara siri, sampai berhasil hamil dan melahirkan bayi yang sehat untuk kami, setelahnya – kau kembali pada status awal,” ungkap Sira, netranya menatap lekat sosok yang terlihat masih tetap tenang, tidak bereaksi sama sekali.

Namun, Amran melihat getar samar itu. Sekilas dan hanya sepersekian detik, ia memergoki tubuh wanita dihadapannya ini menegang.

‘Sebegitu tak berharganya kah diriku? Sampai seseorang yang seharusnya melindungi putri kandungnya, malah tega menjual serta mendorongku ke jurang penderitaan,’ Dayu sama sekali tidak menyangka, bila ayah yang selalu memaksa dirinya untuk tetap hormat, ternyata sosok begitu bejat.

“Apa lagi yang dia tawarkan kepada kalian?” tanyanya dengan nada dingin.

“Hanya Itu saja. Sebenarnya dia itu siapa mu?” kembali Sira bertanya.

“Bukan siapa-siapa, hanya seseorang yang perlu dibalas jasanya. Agar dikemudian hari tak lagi berani menggonggong,” ujarnya datar.

Wajah yang biasa selalu berekspresi datar itu, saat ini terlihat menyeringai samar. Amran tersenyum misterius. “Apa kau setuju?”

Dahayu mendongak, menatap berani sosok pria dewasa berkaos pas badan, celana selutut, postur tubuh atletis, wajahnya terbilang sedap dipandang, alis tebal, netra tajam, dagu terbelah. Pria dihadapannya ini, sama sekali tidak ia kenal. “Apa ada pilihan lain selain setuju? Tentu tidak bukan?”

Amran mengangguk, membalas tatapan lekat itu. “Berarti kau telah siap, bila suatu hari nanti berpisah dengan anakmu sendiri?”

‘Orang waras mana yang rela memberikan buah hatinya?!’ batinnya berteriak pilu, tetapi kepalanya mengangguk.

‘Semua demi Ibuk, agar dia bisa mendapatkan perawatan lebih baik, dan kami tak lagi menjadi pengemis hanya demi sebuah kartu kesehatan. Anggap saja aku menyewakan rahim ini.’ Dibalik bantal sofa, tangannya meremas lembut perutnya.

“Namun, saya menginginkan pernikahan resmi. Sah secara agama maupun negara!” ucapnya lantang, yang berhasil membuat istri Amran meradang.

“Siapa kau? Berani sekali meminta hal mustahil, hah?!”

Amran tidak mempedulikan istrinya, ia duduk tegak dengan siku bertumpu pada paha. “Apa alasan mu, sehingga memiliki nyali meminta hal tersebut …?”

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Al Qomariyatin

Al Qomariyatin

lagi dan lagi,kau bawa ku ke negeri imajiner maaakkkkk..... membayangkan situasi kondisi masa lalu,dengan lahan sawitnya,dengan lahan karetnya,dengan keindahan sumatera. cerdas lah pokoknya mak othor ni. semangat ya maaakkk... jangan kasih kendor yaaaa

2025-08-12

4

☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔

☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔

ck ck emang si bandit bedebah banget menjual anaknya seharga ruko ..wah2 murah sekali ...semoga saja si Amran berbalik cinta sama dayu

2025-08-12

2

Reni

Reni

kerennnnn
lawan Dayu jng mau diinjak2 seenaknya
lindungilah dirimu dan ibu mu kalo bukan kamu sendiri siapa Bandi hanya bisa buat g bertanggung jawab

2025-08-12

1

lihat semua
Episodes
1 01 : Pernyataan
2 02 : Dia Ibuku
3 03 : Menolak
4 04 : Terasa biasa saja
5 05 : Mirip papan penggilas
6 06 : Kembali pulang
7 07 : Jangan berharap muluk-muluk
8 08 : Mana buktinya?
9 09 : Impas
10 10 : Bekal spesial
11 11 : Aku tahu diri
12 12 : Saya anti drama
13 13 : Tuntaskan lah
14 14 : Miskin belagu
15 15 : Kalian lebih pantas dikasihani
16 16 : Biarkan tanganku yang berbicara
17 17 : Drama
18 18 : Tak semua bisa dibeli dengan uang
19 19 : Dia suami dari wanita lain
20 20 : Maaf saya tidak berminat
21 21 : Kehilangan jati diri
22 22 : Sakit tapi tidak berdarah
23 23 : Duit untuk menampar
24 24 : Ada rasa nyeri merayap di hati
25 25 : Dasar Tolol
26 26 : Aku tidak terlahir di dunia khayalan
27 27 : Dia bukan barang
28 28 : Tanya suamimu, tentang rasanya
29 29 : Aku pria pertama baginya
30 30 : Supaya kau cemburu
31 31 : Ternyata cuma sandiwara
32 32 : Seperti Upik Abu
33 33 : Kau seperti bunga Daisy
34 34 : Belum tentu bisa adil
35 35 : Adik marah?
36 36 : Tidak ada yang aneh
37 37 : Kembali asing
38 38 : Terbelenggu rasa bersalah
39 39 : Hari itu datang juga
40 40 : Usai sudah
41 41 : Serendah itukah aku?
42 42 : Kami berani bersumpah
43 43 : Karena dia istri saya
44 44 : Awalnya memang sakit
45 45 : Ayu ikhlas
46 46 : Merasa tidak sendirian
47 47 : Jangan sampai kekurangan gizi
48 48 : Lebih baik dari pada telur rebus
49 49 : Perkara nilai empat
50 50 : Lebih baik sudahi
51 51 : Maaf
52 52 : Mau pentas atau makan siang?
53 53 : Akhirnya nilai itu naik juga
54 54 : Keturunan wanita gila
55 55 : Bukan wanita mudah ditindas
56 56 : Naluri seorang ibu
57 57 : Tak lagi mau bersinggungan
58 58 : Fitnah atau Fakta?
59 59 : Menyesal pun tiada guna
60 60 : Ibuku tidak gila
61 61 : Ayu setuju
62 62 : Bagaikan pemulung
63 63 : Nak, malu tau
64 64 : Habis tak bersisa
65 65 : Tidak dengan melupakan
66 66 : Tolong didik dia
67 67 : Tetangga baru
68 68 : Begitu murah harga dirinya
69 69 : Kau mau aku bagaimana?
70 70 : Aslinya bejat.
71 71 : Fitnah keji
72 72 : Tolong jangan egois
73 73 : Putra dan menantu saya
74 74 : Hari bahagia
75 75 : Dress vintage
76 76 : Ada tawa ada duka
77 77 : Mulai terkuak
78 78 : Diam kau Lacur!
79 79 : Jemput Wisnu Syahputra
80 80 : Hukuman sesungguhnya
81 81 : Beri waktu
82 82 : Jangan banyak gaya
83 83 : Perkara Ayam
84 84 : Saudara kandung
85 85 : Hai nyonya Irna
86 86 : Permintaan
87 87 : Anugerah
88 88 : Dari hati ke hati
89 89 : Melepas rindu
90 90 : Kesempatan
91 91 : Semoga awal yang baik
92 92 : Merugi
93 93 : Mungkin ini karma
94 94 : Aneh
95 95 : Mencurigakan
96 96 : Menghilangkan jejak
97 97 : Upah harus sepadan
Episodes

Updated 97 Episodes

1
01 : Pernyataan
2
02 : Dia Ibuku
3
03 : Menolak
4
04 : Terasa biasa saja
5
05 : Mirip papan penggilas
6
06 : Kembali pulang
7
07 : Jangan berharap muluk-muluk
8
08 : Mana buktinya?
9
09 : Impas
10
10 : Bekal spesial
11
11 : Aku tahu diri
12
12 : Saya anti drama
13
13 : Tuntaskan lah
14
14 : Miskin belagu
15
15 : Kalian lebih pantas dikasihani
16
16 : Biarkan tanganku yang berbicara
17
17 : Drama
18
18 : Tak semua bisa dibeli dengan uang
19
19 : Dia suami dari wanita lain
20
20 : Maaf saya tidak berminat
21
21 : Kehilangan jati diri
22
22 : Sakit tapi tidak berdarah
23
23 : Duit untuk menampar
24
24 : Ada rasa nyeri merayap di hati
25
25 : Dasar Tolol
26
26 : Aku tidak terlahir di dunia khayalan
27
27 : Dia bukan barang
28
28 : Tanya suamimu, tentang rasanya
29
29 : Aku pria pertama baginya
30
30 : Supaya kau cemburu
31
31 : Ternyata cuma sandiwara
32
32 : Seperti Upik Abu
33
33 : Kau seperti bunga Daisy
34
34 : Belum tentu bisa adil
35
35 : Adik marah?
36
36 : Tidak ada yang aneh
37
37 : Kembali asing
38
38 : Terbelenggu rasa bersalah
39
39 : Hari itu datang juga
40
40 : Usai sudah
41
41 : Serendah itukah aku?
42
42 : Kami berani bersumpah
43
43 : Karena dia istri saya
44
44 : Awalnya memang sakit
45
45 : Ayu ikhlas
46
46 : Merasa tidak sendirian
47
47 : Jangan sampai kekurangan gizi
48
48 : Lebih baik dari pada telur rebus
49
49 : Perkara nilai empat
50
50 : Lebih baik sudahi
51
51 : Maaf
52
52 : Mau pentas atau makan siang?
53
53 : Akhirnya nilai itu naik juga
54
54 : Keturunan wanita gila
55
55 : Bukan wanita mudah ditindas
56
56 : Naluri seorang ibu
57
57 : Tak lagi mau bersinggungan
58
58 : Fitnah atau Fakta?
59
59 : Menyesal pun tiada guna
60
60 : Ibuku tidak gila
61
61 : Ayu setuju
62
62 : Bagaikan pemulung
63
63 : Nak, malu tau
64
64 : Habis tak bersisa
65
65 : Tidak dengan melupakan
66
66 : Tolong didik dia
67
67 : Tetangga baru
68
68 : Begitu murah harga dirinya
69
69 : Kau mau aku bagaimana?
70
70 : Aslinya bejat.
71
71 : Fitnah keji
72
72 : Tolong jangan egois
73
73 : Putra dan menantu saya
74
74 : Hari bahagia
75
75 : Dress vintage
76
76 : Ada tawa ada duka
77
77 : Mulai terkuak
78
78 : Diam kau Lacur!
79
79 : Jemput Wisnu Syahputra
80
80 : Hukuman sesungguhnya
81
81 : Beri waktu
82
82 : Jangan banyak gaya
83
83 : Perkara Ayam
84
84 : Saudara kandung
85
85 : Hai nyonya Irna
86
86 : Permintaan
87
87 : Anugerah
88
88 : Dari hati ke hati
89
89 : Melepas rindu
90
90 : Kesempatan
91
91 : Semoga awal yang baik
92
92 : Merugi
93
93 : Mungkin ini karma
94
94 : Aneh
95
95 : Mencurigakan
96
96 : Menghilangkan jejak
97
97 : Upah harus sepadan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!