Sudah dua jam Guanlin bermain ponsel di atap sekolah, sesekali ia mengumpat kesal dan mengusak kasar rambutnya.
Cklek
Guanlin menegakkan tubuhnya saat mendengar bunyi pintu atap yang di buka, kemudian ia mengerutkan dahinya saat melihat Niha menghampirinya. Padahal ia berharap orang yang menghampirinya itu adalah Liyan.
"Eumh Lin" gumam Niha.
Guanlin menatap Niha lalu kembali sibuk dengan ponselnya.
"Gue, ugh serius gue malu banget sama lo. Maafin gue ya lin"
Guanlin tak menyahut, Niha tampak mencari kata-kata agar Guanlin meresponnya.
"Gue-
Cklek
Perkataan Niha terpotong saat seseorang membuka pintu atap, dan Guanlin pun terlihat merespon, ia tersenyum kecil kearah Liyan, si pelaku pembuka pintu.
Liyan memandang guanlin dan Niha bergantian.
"Lagi....pada ngapain?" Tanya Liyan.
Tanpa mengatakan apapun, Niha langsung pergi meninggalkan keduanya.
"Si Niha lo apain Lin??"
"Kagak gue apa-apain"
"Terus, kenapa tiba-tiba pergi?"
"Mana gue tau"
"Bohong lo!"
"Serius, emang tuh cewek gak jelas"
Liyan mengangguk-angguk seraya duduk disamping Guanlin.
"Kok lo tau gue disini?"
Liyan nemutar bola matanya malas "ini tempat yang sering lo kunjungin kalo lagi bolos"
"Oh gitu, terus ngapain lo kesini? Kangen ya?" Ujar Guanlin seraya menyenggol bahu Liyan.
"Kepedean mulu lo dari tadi pagi"
"Yaelah becanda Li hahaha"
Liyan mendengus kecil, kemudian ia memandang Guanlin sejenak.
"Gak bisa apa lo ketawa kayak gini di depan orang laen?"
"Ini ketawa"
"Ih di depan temen lo yang lain, selain gue"
"Temen gue disini cuma lo doang"
"Bandel sih lo nya jadi gak ada yang mau nemenin"
"Itu lo mau nemenin gue"
Liyan mendengus sebal "terus lo kalo pulang sekolah suka ke eldo, itu sendirian?"
"Kagaklah, sama gengan gue"
"Bandel semua ya?"
Guanlin hanya mengendikkan bahunya.
.
.
.
.
.
“sarah...”
Sarah yang tengah memainkan ponselnya mendengus sebal saat melihat Baejin yag datang menghampirinya seraya tersenyum.
“masih marah apa Sar? Kan kemaren cuma bercandaan doang”
“keterlaluan tau gak? Lo tuh bukan siapa-siapa gue tapi jawab telpon gue seenaknya, kalo pun mau jawab gak usah ngaku-ngaku pacar gue, dianya jadi gak nelpon gue lagi”
Baejin meringis kecil, ucapan Sarah seperti menyayat hatinya. Kata ‘bukan siapa-siapa’ terus terngiang hingga jantungnya benar-benar berdenyut nyeri.
“yaudah maafin gue. Gue janji deh gak bakal begitu lagi” gumam Baejin dengan suara serak, hal itu mampu menarik perhatin Sarah, ia menoleh kearah Baejin dengan tatapan bersalah.
“Bae, gue gak bermaksud ngomong begitu, gue cuma lagi kesel aja”
“iya tau, selo aja” sahut Baejin seraya tertawa pelan.
“lo kok gak masuk kelas?” tanya Sarah.
“lagi freeclass, kalo lo? Kok malah di kantin?”
“lagi males masuk aja”
“masuk sana, kelasan lo lagi ulangan ngedadak juga”
“hah? Sok tau lo”
“serius, tadi gue ngelewatin kelas lo, terus pak Kay lagi bagiin kertas ulangan”
“ah ******..... gue ke kelas dulu! Eh eh nanti pulang bareng lagi”
“iya” sahut baejin seraya tersenyum dan memandang kepergian Sarah.
.
.
.
.
Bad Boy
.
.
.
.
Guanlin baru saja memasuki rumahnya yang besar namun terlihat sepi itu. ia berjalan santai sampai suara kakaknya membuat langkahnya terhenti.
“Guanlin”
“hm?”
Kris menghampiri Guanlin yang kini tengah berdiri menunggu Kris untuk melanjutkan kalimatnya. Kris mengendus sekitar tubuh Guanlin dan mendengus sebal.
“Lo abis minum?”
“iya”
“lo tuh kapan sih tobatnya? tiap hari pulang larut terus, di sekolah juga bikin masalah mulu. Cape gue ngurusin lo yang nakal kayak gini”
“yaudah gak usah ngurusin gue, samanya aja sama kayak papa mama, dia juga gak peduli sama gue. Tau gue umur 17 aja kagak”
“lonya aja yang kurang ngedeketin diri sama mama papa-
“terserah, gue cape” sela guanlin seraya berjalan menjauh menuju lantai dua, kamarnya.
“jangan kayak gini Lin, lo pikir kita seneng liat lo yang nakal begini? Yang ada malah muak tau gak?”
“yaudah jangan peduliin gue lagi, anggap aja gue gak ada. Jangan di bikin ribet, ini hidup gue jadi lo gak perlu repot-repot ngatur hidup gue kalo emang gue cuma bikin susah”
Blam
Setelah mengucapkan hal itu, Guanlin langsung mebanting pintunya dengan cukup kencang. Kris memijat keningnya, sulit sekali membuat Guanlin menjadi anak baik-baik.
.
.
.
Drrrtt
Drrttt
drrrttt
Guanlin yang baru saja selesai mandi segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas, sebuah panggilan tak dikenal tertera di layar ponselnya, Guanlin pun menjawab panggilan tersebut.
“halo?”
“dateng ke Eldo sekarang juga, gue punya sesuatu”
Pip
Guanlin mengerutkan dahinya saat mendengar suara yang begitu familiar, namun karena penasaran dengan ucapan orang tadi, ia pun pergi ke Eldo untuk menghilangkan rasa penasarannya.
.
.
.
Sesampainya di Eldo, ia berdiam diri memandang pintu eldo yang biasanya menyala karena lampu yang menghiasinya, kini terlihat gelap, dan juga parkiran di depan eldo yang cukup sepi, hanya ada satu mobil sedan hitam dan motor miliknya. Ia pun melangkahkan kakinya memasuki eldo, di dalam sana awalnya cukup sunyi, namun semakin kedalam dan tepat di atas pojok lantai dansa terdapat sekelompok pria berbaju hitam yang wajahnya ia kenal, ia pun segera menghampiri sekelompok pria tersebut.
“Mark?”
Sekelompok pria itu menoleh kearah Guanlin saat Guanlin menyebut nama salah satu pria disana.
“gue kira lo bakal dateng, Gimana kabar lo Lin?” tanya Pria yang dipanggil Mark tersebut seraya beranjak dan menghampiri Guanlin.
“maksud lo apa nyuruh gue kesini?”
“selo Lin, gue cuma mau ngasih sesuatu sama lo. Oh ya, duduk dulu dong” Ujar Mark seraya mempersilahkan Guanlin untuk duduk di sofa merah yang berebentuk U di hadapannya. Dan sekarang Guanlin dan kelompok Mark duduk bersampingan.
“Cuma buat seneng-seneng aja sih, ini lo bisa bagiin ke temen-temen lo. Gratis buat lo, tapi setelah nyoba ini kalo lo pengen lagi bisa beli di gue” ujar mark seraya menyodorkan satu kantung plastik berukuran kecil kearah Guanlin.
Guanlin mengerutkan dahinya “ apa ini?”
“buka aja” sahut Mark seraya terseyum kecil.
Guanlin yang penasaran membuka kantung plastik tersebut dan mengerutkan dalam keningnya “rokok?”
“rokok ganja” timpal Mark, Guanlin terlihat sedikit terkejut, namun ia kembali mendatarkan ekspresinya.
“gue gak pake kayak gini”
“ey, gak jantan lo Lin. Gue yakin temen-temen lo udah pernah nyoba, masa lo enggak? Ayolah Lin, satu kali doang”
Guanlin terdiam sejenak, kemudian ia menghela nafasnya pelan.
“kasih gue lima batang dulu”
“okay hahaha”
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments